sembilan

24 3 0
                                    

Haruto bisa mencium aroma permen kapas yang perlahan mulai terasa familiar di hidungnya itu dengan baik karena gadis itu duduk tepat di sebelahnya. Tidak lagi selang dua bangku, tapi benar-benar duduk di sebelahnya.

Apakah ia terkejut? Tentu saja. Haruto memang menduga ada hal yang direncanakan oleh sang Ayah pada makan malam kali ini, namun ia tidak menduga akan bertemu dengan anak semata wayang pemilik firma hukum ternama di negara mereka, Firma Hukum Naoi & Nishimura. Lebih tepatnya, Haruto tidak mengira kalau gadis itu adalah Naoi Rei—putri satu-satunya Mr. Naoi yang kabur dari rumah dua tahun lalu tanpa alasan yang jelas.

"Apa kita akan membicarakan kejadian tadi pagi?" Tanya Rei saat Haruto baru saja menarik napas dan ingin membuka obrolan. "Kalau iya, lebih baik jangan bicara."

"Are you mad?"

Rei mendengus samar dan ia melanjutkan makan malamnya tanpa menjawab. Haruto merapatkan bibir dan berujar, "Sorry for being rude."

Haruto bisa melihat gadis itu menghentikan kegiatannya memotong daging dan ia merasa harus melanjutkan setelah mendengar saran Jeongwoo sebelum menurunkannya dan J di restoran tadi siang.

"And also thank you."

Rei masih diam dan mengunyah makan malamnya. Haruto nyaris frustasi dan ia berakhir menggigit lidahnya saja tanpa melanjutkan lagi. Jadi sangat mengerikan kalau ia salah bicara dan gadis itu akan menghajarnya seperti tadi pagi.

"Apa gue menampar lo terlalu keras tadi pagi?" Tanya Rei pelan.

Haruto menoleh dan menggeleng, "Gue pantas mendapatkannya."

"Gue nggak bilang lo nggak pantas mendapatkannya." Sahut Rei dengan kerutan samar di keningnya yang kembali membuat Haruto waswas. Apa dia akan dihajar lagi?

Haruto meyakinkan dirinya sendiri kalau ia akan baik-baik saja karena gadis itu pasti menjaga sikapnya di hadapan orang tua mereka.

"Gue rasa lo udah mendengar gosipnya." Ucap Rei lagi. "Lo udah dengar kalau putri satu-satunya keluarga Naoi kabur dari rumah kan?"

Haruto menggeleng cepat dan berbohong. "Gue nggak memperhatikan gosip apapun."

Rei menoleh kepadanya tanpa mengatakan apa-apa. Haruto yakin gadis itu sedang menantangnya untuk beradu, dan sebelum Rei sadar kalau ia berbohong, Haruto segera mengaku.

"Fine. Gue cuma denger sekilas. Sampai lo datang di depan pintu tadi, gue baru sadar kalau lo adalah putri yang mereka bicarakan."

Rei mengangguk santai, dan ia kembali melanjutkan makan malamnya membiarkan Haruto merutuk dalam hati. Lelaki itu mempertanyakan dirinya sendiri yang mendadak lupa bagaimana caranya memegang kendali.

"Gue baru pulang ke rumah setelah dua tahun hari ini. Kemudian Papa gue mengajak gue ke tempat ini." Cerita Rei dengan nada rendah sehingga hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya. "Apa lo tahu? Di sepanjang jalan, gue terus berpikir kalau Papa gue mau menjual gue."

"Setidaknya gue pikir, kalau Papa mau menjual gue, Papa harus menjual gue kepada orang yang bisa membantunya menghasilkan lebih banyak uang. Lalu gue melihat lo. Jadi gue nggak memiliki harapan apapun." Rei tersenyum sinis dan Haruto jelas tersinggung oleh kata-katanya.

Rei mengambil segelas wine miliknya dan menyesap pelan setelah memutarnya, "Apa kata-kata itu cukup membuat lo marah? Kalau iya, gue nggak akan mengungkit kejadian tadi pagi lagi untuk selamanya."

"Lo pikir gue akan terjebak ke dalam rencana lo dan jadi anjing penurut begitu?" Ujar Haruto muak bersikap baik seperti saran yang diberikan oleh Jeongwoo. "I know your plan, girl."

"What?"

"Lo sengaja menolong gue supaya kelihatan murah hati untuk ini kan? Pasti iya. Itu sebabnya lo menolak tawaran-tawaran yang gue berikan tadi pagi karena lo berniat mengambil peluang yang lebih besar."

Rei menyipitkan mata, "Gue nggak merasa menghabiskan waktu seumur hidup dengan lo meskipun itu belum terjadi dan tentu aja tidak akan terjadi adalah sebuah peluang."

"Liars." Sahut Haruto sengit dan Rei mendesis. "Narcissistic. Lo pasti sangat meninggikan diri lo di atas apapun."

Keduanya tidak lagi bicara sampai makan malam berakhir sementara kedua orang di hadapan mereka bahkan sudah diam sejak makan malam dimulai.

J tidak terlalu mengerti laki-laki ataupun rencana kedua orang tuanya malam ini. Entah itu berujung perjodohan atau bukan, J hanya berpikir untuk membangun relasi kemana pun dia pergi. Itu sebabnya ia terus mencuri-curi pandang ke arah Jungwon untuk mencari waktu membuka topik pembicaraan seperti yang dilakukan kembarannya beberapa saat lalu. Meskipun J sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Namun, membuka topik pembicaraan kepada seseorang yang sepertinya tidak berniat diajak mengobrol melunturkan kepercayaan diri J secepat kilat. Pada akhirnya, ia cuma menelan banyak pertanyaan dalam kepalanya sampai makan malam berakhir.

Padahal itu hanya beberapa pertanyaan sederhana seperti; apa kesibukan lelaki itu? apa yang dilakukannya di waktu senggang? atau mengapa wajahnya dingin sekali? apa lelaki itu tahu ia bisa membuat orang lain kabur hanya karena melakukan kontak mata dengannya?

"Konyol. Dia itu patung atau robot?" Kata J yang tanpa sadar ia suarakan. Ia mengunyah potongan dagingnya dengan cemberut sementara semua orang kini telah menatapnya.

J melotot terkejut sebelum tertawa canggung. "Aku sedang membicarakan proyek milik walikota Ankara yang membangun patung robot setinggi enam meter dengan uang pajak yang dibayar oleh rakyat."

"Menurutmu itu konyol?" Suara lelaki di sebelahnya akhirnya terdengar juga, dan J sesaat ragu untuk menoleh kalau saja hal itu tidak berguna menjauhkannya menjadi pusat perhatian. J memberanikan diri menatap Jungwon dan mengangguk.

"Ya, konyol. Apalagi ketika ia meminta warganya untuk menghormati robot." J tertawa kecil ketika mengakhiri ucapannya dan ia melihat ekspresi datar Jungwon yang tidak berubah sama sekali. "Eh, tidak lucu ya?"

Jungwon menatapnya dan J meneruskan sambil menghadapnya dan memberi hormat. "Selamat malam, Robot."

Lelaki itu tidak tersenyum ataupun tertawa saat mengambil gelas wine-nya dan menyesapnya perlahan, namun J melihat kuping Jungwon yang memerah hanya karena sapaan jenakanya.

Oh, laki-laki yang lucu.

B; rei • haruto (fanfiction)Where stories live. Discover now