lima belas

29 5 0
                                    

"Do you know? I wanna kiss you everytime we get this close."

Rei berujar ketika Haruto merebahkannya di atas kasur empuk miliknya dan menatapnya dengan sayu sementara lelaki itu melengos. "Youre drunk."

"Because youre rude. Youre always being rude since that night." Gerutu Rei dengan lirih. "Sampai hari ini juga. Nyebelin."

"Youre drunk." Ulang Haruto tanpa menganggap serius apa yang dikatakan Rei dan ia menarik selimut gadis itu sampai lehernya. "Lo bisa tidur dengan nyenyak sekarang. Gue juga bakal pulang."

"You wanna go?" Tanya Rei dengan suaranya yang kecil sebelum mendengus dan membalikan tubuhnya memunggungi Haruto. "Go home. Drive safely. Dont worry about me, im used to being alone."

Haruto terhenyak, "Kenapa lo bikin gue merasa bersalah gini sih?"

"Im drunk." Sahut Rei mengulangi apa yang dikatakan Haruto kepadanya tadi sementara lelaki itu membelalak. "Lo pasti memang dilahirkan dengan sikap menyebalkan."

"I wasnt like this before."

"Kalau begitu apa kepala lo terbentur sesuatu di tengah jalan? Kenapa lo selalu bikin orang lain kesal?" Gerutu Haruto dan jawaban Rei lagi-lagi mengejutkannya. "No, I just watched my mom accidentally jump into the Han River two years ago."

Haruto bergeming sementara Rei mendecak. "Jangan mengasihani gue. Kalau mau pulang ya pulang aja sana."

"Gue memang mau pulang." Sahut Haruto meski yang dia lakukan adalah melangkah mendekat ke arah sofa panjang di depan kasur dengan ukuran king size tersebut dan menyahut. "Is she safe?"

"Mm-hm. Dia tinggal di Jepang dan udah punya keluarga baru." Jawab Rei dengan nada suara pahit yang Haruto sadari dengan jelas. "Oh, apa sekarang dia hidup dengan baik?"

"Of course, she became a high class prostitute. Uangnya pasti banyak." Ujar Rei pelan. Tapi satu-satunya yang bisa Haruto dengar adalah suara menggigil wanita itu yang membuatnya panik. "Hei, are you okay?"

"It's okay, it usually goes away on its own." Jawaban Rei membuat Haruto menggeram sehingga ia memilih mengeceknya sendiri. Jemarinya menyentuh dahi dan sekitar leher Rei yang mengeluarkan keringat dingin. "Lo demam. Apanya yang nggak pa-pa? I dont even trust you anymore."

Haruto tidak tahu apa yang harus ia lakukan sehingga ia langsung menghubungi saudara kembarnya dengan panik.

"What the heck, Brother? Apa yang lo lakukan dengan menelepon gue tengah malam begini?"

"I need your help, My JJ."

"Whats going on?"

"Seseorang hampir mati—"

"Damn! Apa lo yakin?"

"Im pretty sure, My JJ! Demamnya tinggi banget. Dia menggigil dan mulai meracau, bukannya dia kelihatan hampir mati?"

"Jeez. No, dia nggak bakal mati hanya karena demam." Sungut J dengan sebal ketika ia mulai sadar dari setengah tidurnya. "Lo bisa kirim lokasinya. Gue akan ke sana."

"Apa yang harus gue lakukan buat menghambat kematiannya?"

"Stop being over dramatic, To." Geram J yang menjambak rambutnya sendiri kesal. "Sekarang jelasin kondisi dia pelan-pelan."

"Badannya panas banget. Dia keringat dingin dan bajunya basah kuyup. Dia juga menggigil."

"Apa dia pakai selimut? Gimana AC ruangannya?"

"Gue memakaikannya selimut tadi sebelum dia mulai menggigil. AC ruangannya menyala."

Dari seberang sana, Haruto bisa mendengar saudaranya sedang mengambil beberapa barang dan melangkah keluar dari kamarnya terburu-buru. "Singkirin selimutnya, dan sesuaikan suhu AC-nya sesuai kenyamanan dia."

"Oke. Oke." Haruto mengikuti apa yang dikatakan oleh kembarannya dengan patuh sebelum menyahut. "Lalu apalagi yang bisa gue lakukan."

"Lo bisa mengganti bajunya dengan pakaian kering dan tipis sebelum mengompresnya dengan kain basah di bagian sekitar leher atau ketiak. Dia nggak akan mati, lo bisa mengecek suhu tubuhnya dengan termometer setiap empat jam sek—ARGH!!"

Haruto tidak lagi mendengar suara kembarannya dan ia menjadi lebih panik dari sebelumnya kalau saja J tidak mengirim pesan lebih dulu.

j
hey, im okay
but i think i broke my ankle
gue tetap bisa ke sana naik taksi
kirim alamatnya sekarang

haruto
NO, STAY THERE
you broke your ankle for gods sake
gue bakal mengurusnya sendiri dan lo harus langsung mengobati kaki lo, paham?

j
are you sure?
lo panik banget tadi!

haruto
gue lebih panik ngebayangin lo keluar malem-malem dengan kaki pincang, My JJ

j
DANG
kalo gitu gue bakal membantu dari sini
tanya gue kalo lo bingung

haruto
you already tell me the step before
sekarang, lo mending fokus sama kaki lo dulu nggak usah mikirin yang lain
im sorry for making a mess, My JJ

Haruto kini melempar ponselnya ke atas kasur, ia menjambak rambutnya sesaat ketika ia mengingat instruksi lanjutan yang diberitahukan kembarannya beberapa saat lalu.

Mengganti baju. Ganti baju.

Harusnya itu bukan urusan yang sulit kalau ada J di sini, tapi dia tidak bisa membiarkan kembarannya datang dengan pergelangan kaki yang terluka. Haruto menggeram karena ia berperang dengan pikirannya sendiri dan selama itu juga, rintihan Rei semakin jelas.

"You do it without any intention. You just help her." Haruto menepuk pipinya berulang kali, lalu ia membuka lemari pakaian wanita itu dan mencari pakaian tipis yang tertangkap matanya.

Lelaki itu kembali gentar ketika ia mendekati Rei yang kini benar-benar seperti tidak bernyawa membuatnya memantapkan hati untuk mengganti baju wanita itu secepat mungkin—sekali lagi tanpa niat apapun.

Haruto membuka ritsleting gaun Rei  dan napasnya menjadi tercekat ketika ia melihat punggung wanita itu. Jantungnya benar-benar berdebar tidak nyaman, tentu saja ini bukan pertama kalinya ia melucuti gaun seorang wanita, tapi ini pertama kalinya ia melucuti gaun seseorang yang bukan pacarnya yang dalam keadaan tidak sadar pula!

"Youre not an asshole. Youre a gentleman. Agreed." Gumam Haruto yang setelahnya berhasil meloloskan gaun yang sudah basah oleh keringat tersebut dari tubuh Rei.

Haruto kemudian memakaikannya kaos besar penemuannya yang cukup menutupi sampai setengah paha wanita itu. Lalu setelahnya Haruto menarik napas lega dan mulai melaksanakan langkah selanjutnya. Ia akan memulai mengompres Rei sampai demamnya benar-benar turun dan memastikan wanita itu tidak mati saat bersamanya.

B; rei • haruto (fanfiction)Where stories live. Discover now