delapan

20 4 0
                                    

Yang Jungwon tahu ada yang aneh dengan undangan acara makan malam yang diterima oleh keluarganya, dan ia tahu kalau kedua orang tuanya menyembunyikan sesuatu ketika ia menanyakan kakak perempuannya yang tidak ikut bersama mereka.

Namun, Jungwon diam saja mengunci mulutnya sambil mengamati iPadnya yang menunjukan sebuah artikel mengenai perkembangan pesat perusahaan keluarga mereka dan ia mengambil peran besar dibalik hal itu. Wajahnya yang sedang menghadiri konferensi di Singapore dua hari yang lalu terpampang dengan jelas di sana, dan Jungwon tidak memberikan reaksi apapun selain wajah datar.

Jemarinya mengetuk artikel lain dan barulah senyum di bibirnya tercipta. Itu adalah artikel yang membahas penerbangan seorang pewaris Yayasan Saint-Maria yang selalu menjadi bahan pembicaraan di setiap sudut kota. Semua iri dengan hal yang ada di dalam diri gadis itu, dan Jungwon mengapresiasi kerja kerasnya yang selalu membuahkan hasil yang luar biasa. Jang Wonyoung adalah standarnya dan kalau saja gadis itu belum bertunangan dan bersiap untuk menikah akhir tahun ini, Jungwon pasti akan berusaha sekeras mungkin mendapatkan hatinya.

Pada akhirnya, mengagumi Jang Wonyoung dari kejauhan adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan.

Jungwon menyimpan kembali iPadnya dan kini ia melihat mobil mereka mulai  memasuki sebuah restoran mewah bergaya eropa yang khas.

"Jaga sikap dan jangan pasang wajah cemberut, paham?" Ujar Mama kepadanya yang dibalas Jungwon dengan anggukan singkat.

Mereka berjalan memasuki restoran dan ketika sampai di lobi, mereka bertemu sepasang ayah dan anak perempuan yang sedang mengobrol atau lebih tepatnya berdebat.

"... Ini nggak masuk ke dalam perjanjian."

"... Kita sudah sepakat tadi pagi dan kamu memilih pulang, jadi ini masuk ke dalam perjanjian."

"... Wah aku terkejut karena Papa semakin licik."

"... Aish. Kamu bertingkah seperti Papa akan menjual kamu."

"... Bukannya memang begitu?"

"... Tentu saja tidak!"

"Wah wah, rupanya kita bertemu lebih awal Mr. Naoi." Jungwon menoleh dan menyadari kalau papanya yang baru saja buka suka.

Lelaki yang masih tampan diusinya yang menginjak setengah baya itu menoleh terkejut sebelum tersenyum semringah menjabat uluran tangan yang disodorkan kepadanya.

"Benar sekali, saya pikir kita akan bertemu di dalam."

"Apa beliau sudah ada di dalam?"

"Saya dengar sudah. Mau masuk bersama?"

"Ya tentu saja, mari masuk bersama." Ujar Mr. Yang sebelum tersadar dan memperkenalkan istri dan juga anaknya. "Oh iya, ini istri dan anak bungsu saya. Perkenalkan dirimu, Nak."

"Yang Jungwon." Ucap Jungwon dengan sopan dan Mr. Naoi menepuk bahunya. "Tampan sekali, dan kelihatan bertanggung jawab seperti ayahnya. Kamu membesarkan putra dengan sangat baik, Mr. Yang. Saya sudah dengar sedikit tentang pencapaiannya dalam satu tahun terakhir untuk perusahaan, luar biasa."

"Omong-omong, ini putri semata wayang saya." Ujar Mr. Naoi yang membuat gadis berwajah cantik yang semula kelihatan angkuh itu mengulas senyum penuh sopan santun yang mengubah 180 derajat kesannya. "Naoi Rei."

"Cantik sekali," puji Mrs. Yang kelihatan langsung menyukai gadis itu.

Mereka kemudian berjalan beriringan dipandu seorang pelayan, dan Jungwon berakhir di sebelah gadis tinggi itu di belakang para orang tua mereka.

"Apa kita seumuran?"

"Saya lahir di Tahun Monyet." Ucap Jungwon dibalas anggukan singkatan gadis misterius tersebut. "Kita seumuran."

Jungwon mengangguk dan tidak merespon lebih namun Rei kembali bicara.

"Bulan apa?"

"Februari."

"Tanggal?" Tanya Rei dengan cepat dan Jungwon tidak mengerti mengapa ia menjawab pertanyaannya alih-alih mengabaikannya.

"Sembilan."

"Im older 6 days than you." Jawab Rei yang entah mengapa terdengar kekanakan karena ia kelihatan bangga. Jungwon menoleh dan menyahut tak terima. "Doesnt matter. Umur nggak menjamin kedewasaan seseorang."

"Tetap, gue lebih tua enam hari daripada lo." Balas Rei dengan senyum miring dan informal. Ia kemudian melipat kedua tangannya, sepertinya ia paling tahu bagaimana cara membuat orang lain kesal.

Sebab Jungwon merasa kesal hanya karena mengobrol sepatah dua kata dengannya.

"Apa lo tahu rencana terselubung dibalik makan malam ini?" Tanya Rei lagi-lagi mengajak bicara Jungwon, dan Jungwon entah mengapa selalu menjawabnya. "Nggak tahu. Tapi gue merasa ada yang direncanakan oleh orang tua gue."

"Lo harus menjawabnya dengan formal." Celetuk Rei dengan menyebalkan yang jelas bertujuan untuk mengerjai dirinya. Jungwon bisa merasakan hanya lewat tatapan gadis itu kepadanya.

"Saya nggak tahu. Tapi saya memang merasa ada yang janggal dengan acara makan malam kali ini." Kata Jungwon yang sekali lagi diluar kehendaknya ia mengikuti perintah Rei.

Rei mengangguk mengerti, "gue nggak tahu dengan orang tua lo. Tapi gue rasa, Papa gue berencana buat menjual gue. Apa lo merasa bakal dijodohkan?"

"Apa kita berdua akan dijodohkan?" Sahut Jungwon terkejut namun tidak membuat keributan, sementara Rei menggeleng. "Melihat reaksi orang tua kita barusan, kayaknya nggak begitu."

"Jadi maksud kamu ada orang lain lagi?" Tanya Jungwon yang dibalas Rei dengan kedikan dagu ke arah pintu di depan mereka.

"Kita bakal tahu sebentar lagi." Katanya pendek. Wajahnya kembali terlihat dingin dan Jungwon pun turut memasang topengnya dengan baik.

Sesampainya di dalam ruangan, ada empat orang yang terdiri dari keluarga inti tengah mengobrol dengan ringan sambil tertawa ringan, lalu selepas kedatangan mereka, orang-orang itu segera menoleh dan menyambut mereka.

Mata Jungwon memindai keempat orang yang barangkali bisa ia kenali, dan dari pengamatannya ia hanya bisa mengenali 3 dari 4 orang yang ada di sana. Pertama, tentu saja kepala keluarga Watanabe yang memiliki banyak hotel mewah baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kedua, ada Mrs. Jang mantan istri Mr. Watanabe yang memiliki bisnis rumah mode terkenal di Amerika Serikat. Ketiga, lelaki jangkung layaknya raksasa yang pernah tertangkap basah oleh paparazzi sedang makan malam bersama Jang Wonyoung dan dirumorkan berkencan beberapa tahun yang lalu meski kabar tersebut telah ditepis, ia adalah Haruto, anak pertama keluarga Watanabe yang terkenal gemar sekali gonta-ganti pacar dan sialnya semua mantan lelaki itu cantik sekali.

Jungwon tidak mengenali gadis berambut pendek di atas bahu dengan mata besar yang kelihatan ceria itu. Namun Jungwon bisa menebak kalau gadis itu adalah si bungsu yang merupakan adik kembar Haruto yang jauh dari sentuhan media dan menjalani kehidupannya dengan nyaman di Seattle.

"Selamat malam."

Mata mereka bertemu dan gadis itu tersenyum ke arahnya dengan hangat. Jungwon tidak tahu bagaimana cara membalasnya, jadi ia mengangguk dengan formal tanpa berani melakukan kontak mata lebih lama lagi.

B; rei • haruto (fanfiction)Where stories live. Discover now