tiga belas

25 4 0
                                    

Jungwon tidak tahu apa yang ia pikirkan ketika ia menyuruh Sunoo, personal assistant-nya untuk pergi makan siang lebih dulu meski masih ada yang harus mereka diskusikan mengenai rapat dengan para pemegang saham pada pukul dua.

"Masih banyak yang harus dikaji dan saya ragu kalau waktunya cukup. Apa kita akan mengorbankan jam makan siang lagi? Lagi?"

Dalam kondisi normal, Jungwon akan menjawab dengan tegas dan menyebalkan. Ia akan memastikan waktu Sunoo habis untuk membantunya seperti pria yang kejam. Namun siang ini, situasi yang aneh terjadi. Jungwon mengusirnya.

"Tidak. Kamu bisa pergi dan menghabiskan waktu makan siang kamu di mana pun kamu mau. Sekarang, cepat pergi." Usir Jungwon tanpa menggerakan bibirnya dengan sangat jelas saat wanita itu mendekat ke arahnya. "Hai."

Sunoo membelalak senang, dan meski ia penasaran siapa gadis cantik berambut sebahu itu. Ia tidak melewatkan kesempatannya untuk kabur dari bosnya yang kejam.

Apakah itu keputusan yang tepat? Jungwon tidak memikirkan untung dan ruginya dengan jelas saat ia hanya bisa bergeming dihadapan wanita dengan aroma buah yang menyegarkan itu yang sangat mendefinisikan karakternya yang ceria dan kikuk di saat bersamaan dan membuat Jungwon yakin ia tidak berhalusinasi kalau J benar-benar berada di gedung perusahaannya.

Wanita itu menawarkannya makan siang bersama dengan kakak kembarnya, dan Jungwon mengiyakan begitu saja karena ia pun sudah terlanjur mengusir Sunoo.

Harusnya tidak ada masalah dengan ide makan siang tersebut. Harusnya.

Tapi tatapan menyelidik Haruto yang terus membuatnya merasa tidak nyaman sungguh membuatnya lelah. Jungwon pikir lelaki raksasa itu tidak akan mengutarakan apa yang ada dipikirannya, namun rupanya ketika J pergi ke toilet sebentar, Haruto langsung mencecar.

"Apa lo berniat mendekati J?" Tanya Haruto dengan informal dan wajah yang tidak bersahabat. "Atau hanya perasaan gue aja?"

"Apa saya nggak boleh berada di sekitarnya?" Tanya Jungwon yang walaupun kesal tetap mempertahankan kata-katanya agar tetap sopan.

"Nggak. Apalagi kalau punya niat terselubung."

Jungwon menatap mata Haruto dengan lurus dan ia ataupun lelaki itu sama sekali tidak gentar untuk beradu sampai besok malam karena mereka berdua keras kepala.

"Apa pendapat lo tentang adik gue?"

"J adalah wanita yang menarik." Jungwon mengatakan dengan jujur dan meneruskan. "Hanya itu yang bisa saya katakan karena saya belum mengenalnya lebih jauh."

"Lebih baik jangan." Ucap Haruto dengan dengus samar. "Gue kenal orang seperti lo yang mencintai pekerjaannya di atas apapun. Lo bilang adik gue menarik? Gue ragu itu adalah sudut pandang lo sebagai seorang laki-laki atau seorang pembisnis. Karena dari sudut pandang bisnis, J adalah aset yang bagus, bukan?"

Jungwon mengepalkan tangannya yang berada di atas meja dan Haruto menyadarinya. Jungwon hanya menahan emosinya dengan baik dan Haruto menyeringai karena itu.

"Gue nggak akan ikut campur tentang hubungan kalian—antara lo dan J." Haruto berkata sementara matanya menatap kembarannya yang sedang berjalan kembali ke meja mereka. "Tapi kalau suatu hari gue melihat dia terluka karena lo, gue nggak ragu buat menghancurkan lo entah bagaimana pun caranya."

Ancaman Haruto bukan sekadar omong kosong belaka yang bisa Jungwon anggap angin lalu. Kata-kata itu sangat mengganggu konsentrasinya sepanjang sisa hari dan ketika ia mendapat panggilan telepon dari sang Ayah sesampainya ia berada di penthouse yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama satu tahun terakhir, Jungwon tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Papa dengar kamu makan siang dengan anak-anak Mr. Watanabe hari ini."

Jungwon melonggarkan dasinya dan ia menyahut, "Ya."

"Keputusan yang sangat bagus, Nak. Kamu punya kepekaan yang baik dalam menjalin relasi." Puji ayahnya dari seberang sana. "Terus jaga kedekatanmu dengan mereka. Terutama dengan putrinya."

...

...

"Kamu tahu, sekalipun J jarang terlibat acara-acara penting dan tidak seperti putri konglomerat lain. Ia tetap putri satu-satunya keluarga Watanabe-Jang." Ayahnya mulai tertawa pelan dan menyahut semringah. "Kalau kamu berhasil menaklukan perasaannya dan membuatnya jatuh cinta. Itu pasti akan menjadi hasil yang luar biasa."

Jungwon tersenyum miring. "Jadi itu sebabnya acara makan malam beberapa hari yang lalu diadakan? Papa berniat menjodohkan aku dengan dia?"

"Tidak begitu." Sergah Mr. Yang dengan cepat. "Mr. Watanabe memang tertarik dengan kinerjamu dan ia berpikir kamu cocok menjadi pendamping putrinya. Namun, ia tidak akan memaksakan apapun. Lain halnya kalau kamu dan putrinya menjadi dekat setelah acara itu, saling jatuh cinta dan menikah."

Jungwon melengos, "Untuk saat ini aku tidak berpikir untuk menikah, Pa."

"Jungwon," panggil ayahnya dengan serius. "Papa sangat mengandalkan kamu. Kamu tahu kan?"

"Kita bisa melanjutkan pembicaraan ini lain waktu. Aku sangat lelah sekarang."

"Baik. Kamu bisa beristirahat dengan nyaman, kamu sudah bekerja sangat keras sepanjang hari." Tutup ayahnya sebelum benar-benar memutus sambungan telepon tersebut.

Jungwon memejamkan mata dan memijat pelipisnya karena kepalanya terasa pening secara mendadak. Sekali mendengar, ia bisa mengetahui bagaimana cara ayahnya memandang wanita itu sebagai sebuah aset berharga, persis seperti yang dikatakan oleh Haruto.

Sekarang, Jungwon bertanya kepada dirinya sendiri, dari sudut pandang mana ia akan melihat seorang Jang J?

Jungwon mengusap gusar wajahnya, ia bertekad untuk menjauh dari gadis itu sampai ia bisa menentukan di sisi mana ia berada. Untung pancuran air dingin yang membasuh tubuhnya sangat membantu menyingkirkan senyum ceria wanita itu dari kepalanya.

Setidaknya sampai beberapa saat sebelum ponselnya bergetar dan pesan masuk itu datang ketika ia keluar dari kamar mandi.

unknown number
apa kamu lagi sibuk? - j

Jungwon mengutuki dirinya sendiri saat jemarinya mengkhianati rencananya untuk menghindar dari gadis itu sementara waktu.

jungwon
tidak sama sekali
kamu dapat nomor saya dari mana?

Jungwon segera menamakan nomor tersebut dan balasannya datang secepat kilat.

jang j
hnggg, rahasia?

Senyum tipis di bibir lelaki itu tercipta ketika ia membacanya sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

jang j
yang jelas itu melalui perjalanan panjang dan dramatis

jungwon
seperti melewati lembah dan mengarungi lautan?

jang j
nggak selebay itu

...

...

jungwon
ada apa?
mengapa sampai repot-repot mencaritahu nomor saya?
kenapa nggak bertanya langsung?

jang j
nggak tahu deh
aku cuma merasa otakku bakal eror kalau memintanya secara langsung

Jungwon menjemur handuknya saat ia memastikan rambutnya sudah kering dan ia mengambil tempat di kursi kerjanya dan bersandar nyaman dan dengus geli saat membaca pesan wanita itu sampai pesan lain menyusul.

jang j
apa kamu senggang akhir pekan ini?

Jungwon melirik kalendernya yang ia bulatkan dengan tinta merah disertai jadwal di bawahnya.

jungwon
paginya tidak
tapi saya punya acara dari siang sampai malam

jang j
mau jalan bersama?

jungwon
hanya jalan bersama?

jang j
hanya kalau kamu nggak keberatan menggunakan waktu pagi kamu bersamaku

jungwon
saya pikir saya nggak keberatan

J tersenyum geli di kamarnya sambil menggelengkan kepala tak habis pikir. "Ternyata kamu cuma antisosial di dunia nyata."

B; rei • haruto (fanfiction)Where stories live. Discover now