O7. di balik rumor

1.1K 191 12
                                    

second lead; ft. yoshiho

"pak."

"hm?"

"boleh bertanya sesuatu tidak?" tanya mashiho di sela-sela kegiatan makan malamnya dengan yoshi.

"apa itu?"

"soal di kafe tempo hari ...." mashiho akhirnya melontarkan pertanyaan yang terus membuatnya penasaran selama beberapa hari belakangan, "siapa wanita itu?"

pergerakan sendok di tangan yoshi seketika terhenti. "kenapa kau menanyakannya?"

mashiho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "hanya ... penasaran?"

yoshi terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya berucap, "kau pasti sudah mendengar rumor tentangku di sekolah."

deg!

"ah, jadi dia wanita itu ...?"

"begitulah."

"kalau begitu, anak yang berada dalam gendongannya ...." mashiho menggantungkan kalimatnya dengan ragu, mengingat pertanyaannya mungkin akan menyinggung perasaan pemuda kanemoto itu.

tahu ke arah mana maksud dari ucapan mashiho, yoshi pun menjawab, "dia bukan anakku."

"... sejak awal orang tuanya memang tidak pernah menyukaiku. bahkan ketika sahabatku menyebabkan kecelakaan itu, mereka malah mengambil kesempatan untuk menuduhku dan melarangku mendekati sakura lagi," lanjutnya sembari tertawa hambar.

di sisi lain, entah mengapa, penuturan yoshi barusan membuat mashiho bernapas lega di dalam hati. padahal, sejak awal ia begitu membenci pemuda di hadapannya itu karena rumor yang ada.

namun sekarang, setelah mengetahui fakta bahwa rumor itu tidak sepenuhnya benarㅡbahwa yoshi tidak menghamili wanita ituㅡmenimbulkan rasa senang tersendiri di hati mashiho.

"ah, maaf harus membuatmu mendengar cerita tidak penting seperti ini," ucap yohi pelan. "entah kau mempercayainya atau tidakㅡ"

"aku percaya," sahut mashiho cepat. kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

yoshi tertegun, sedikit tak percaya bahwa mashiho akan mengatakan hal tersebut. ia menatap lurus manik hitam legam itu, berusaha mencari sorot kebohongan di sana, tetapi tampaknya si pemuda takata bersungguh-sungguh dengan ucapannya, terbukti dari raut wajahnya yang terlihat serius.

hal itu membuat seulas senyum terukir di bibir yoshi, seiring dengan tangannya yang tergerak untuk mengusap lembut surai pemuda di hadapannya itu. "terima kasih."

mashiho yang mendapat perlakuan lembut seperti ini hanya bisa tersenyum kikuk sembari sibuk menetralkan detak jantungnya.

"l-lalu? apa yang terjadi selanjutnya?"

tawa hambar lolos dari mulut yoshi tatkala kenangan pahit itu kembali terputar di dalam memorinya. "ia terpaksa menikah dengan park jihoon, pemuda bejat itu."

park jihoon?

rasanya mashiho tidak asing dengan nama itu.

ah, bukankah pemuda itu yang pernah berbicara di telepon dengan yoshi tempo hari?



























"kau mau ikut ke klub tidak besok?" tanya haruto tiba-tiba.

kedua netra mashiho membesar. "kau gila?! kita pasti akan langsung diusir oleh security karena masih di bawah umur."

jawaban dari mashiho membuat jaehyuk terkekeh. "kau ini polos sekali, sih. ketahuan tidak pernah ke klub, ya?"

jelas saja tidak pernah! mashiho bisa dimakan hidup-hidup kalau ketahuan pergi ke klub oleh sang kakak.

"bukankah kau bilang kakakmu sedang pergi ke busan?"

benar juga, sih.

pemuda takata itu hampir saja menyetujui ajakan haruto, kalau saja ia tidak teringat akan mata-mata yang sengaja karina kirimkan untuk mengawasinya.

siapa lagi kalau bukan kanemoto yoshinori? pemuda itu juga pasti akan berceramah panjang lebar kalau mendapati dirinya pulang dalam keadaan mabuk nanti.

"yakin, nih, tidak mau ikut?" jaehyuk bertanya sekali lagi, tetapi mashiho tetap memberikan gelengan sebagai jawabannya.



























mashiho sudah mencari posisi ternyaman di kasur empuknya dan menarik selimut, bersiap-siap untuk pergi ke alam mimpi, sebelum suara dering ponsel menginterupsinya.

dengan malas, ia pun mengarahkan tangannya untuk mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas dan terpampanglah nama karina di layar benda berbentuk persegi panjang itu.

"kenapa?!" tanyanya dengan nada ketus.

"hei! kenapa nada bicaramu begitu? apa kau tidak merindukanku?"

mashiho mencibir. "ini baru seminggu, kak."

"jadi, aku harus menghilang setahun dulu baru kau akan merindukanku?"

sebuah kekehan lolos dari mulut mashiho. sebenarnya, kalau boleh jujur, ia merasa senang bisa mendengar omelan kecil dari sang kakak setelah beberapa hari tidak mendengarnya.

"ngomong-ngomong, yoshi ada bersamamu, 'kan? kau tidak mengusirnya pergi, 'kan?"

"tidak, kakakku yang cerewet."

"kalau begitu, coba berikan ponselmu padanya."

"ck! kenapa kakak tidak menelepon langsung ke ponselnya, sih?" sambil menggerutu, mashiho berjalan keluar dari kamarnya dengan ogah-ogahan dan menghampiri yoshi yang masih duduk di sofa ruang tamu, lengkap dengan laptopnya.

"ada apa?"

tanpa menjawab, pemuda mungil itu menyodorkan ponselnya pada yoshi.

setelahnya, ia beranjak menuju dapur untuk mengambil minum, walaupun maksud lainnya adalah agar dirinya bisa menguping percakapan kedua manusia itu secara diam-diam.

"halo?"

"tidak, dia anak yang manis, kok."

"tentu saja aku rindu."

"iya, kau hati-hati di sana."

"love you too."

mashiho mendelik mendengar kata-kata manis yang dilontarkan yoshi pada kakaknya.

ketika pemuda itu selesai bercakap-cakap di telepon, mashiho langsung menyambar ponselnya dari tangan yoshi lalu berjalan menuju pintu.

"mau ke mana?" tanya yoshi.

"rumah jaehyuk."

"malam-malam begini?"

brak!

di luar, tangan mashiho segera bergerak men-scroll daftar kontak untuk menghubungi seseorang.

"jaehyuk, aku ikut ke klub."

[]

second lead; yoshiho [✓]Kde žijí příběhy. Začni objevovat