16. park jihoon

974 161 22
                                    

second lead; ft. yoshiho

"karina!"

yoshi menghela napas lega ketika menangkap keberadaan karina yang tengah duduk di bangku taman, tak jauh dari apartemennya.

karina tak menoleh, bahkan ketika yoshi telah mengambil tempat di sampingnya.

"maafkan aku," ucap yoshi tulus.

hening beberapa saat sebelum karina akhirnya membuka suara, "untuk?"

"membohongimu selama ini."

"jadi? yang aku lihat tadi benar adanya?" karina bertanya lagi, masih dengan padangan lurus ke depan.

"maaf, semuanya terjadi begitu saja." yoshi menundukkan kepalanya. sungguh, ia merasa seperti pria berengsek saat ini.

"jadi ... akhirnya tetap seperti ini, ya?" karina tertawa hambar, tetapi nada suaranya terdengar begitu pilu.

"... pada kenyataannya, kau tak pernah menyimpan rasa apa pun padaku sejak awal, bukan begitu?"

satu pertanyaan yang dilontarkan karina membuat hati yoshi mencelos. "akuㅡ"

"sudahlah," sela karina, bangkit dari duduknya. "lagipula itu takkan mengubah apa pun."

yoshi ikut berdiri, menatap wajah gadis itu. "apa maksudmu?"

"aku butuh waktu. biarkan aku sendiri."

"tapiㅡ"

"aku akan pulang ke rumah, yoshi. tenang saja, aku tidak akan berbuat hal nekat seperti dulu. oke?"

karina tersenyum tipis pada yoshi, meyakinkan pemuda itu bahwa ia akan baik-baik saja.

yoshi mengangguk mengerti. "baiklah, kalau begitu hati-hati."

yoshi memang berkata seperti itu, tetapi diam-diam ia bergegas kembali ke apartemen untuk mengambil mobilnya dan mengikuti karina yang kini tengah memanggil sebuah taksi.

setelah mengikuti taksi itu dan memastikan karina benar-benar masuk ke dalam rumahnya, barulah yoshi memutar balik mobilnya untuk segera kembali ke apartemen karena teringat pada mashiho yang masih menunggunya.

namun, sebelum ia menginjak pedal gas, getaran pada ponselnya membuat pergerakannya terhenti.


bajingan
| sent a photo


kedua netra yoshi sontak membola begitu melihat foto yang dikirimkan oleh park jihoon.

"sial."

bukan. itu bukan foto penculikan atau semacamnya.

jihoon hanya mengirimkan foto mashiho yang sedang duduk manis di dalam mobilnyaㅡtepatnya, di samping kemudiㅡdengan pandangan lurus ke arah ponsel yang berada di tangan pemuda mungil itu.

namun, tetap saja hal itu membuat darah yoshi mendidih kalau itu adalah segala sesuatu yang menyangkut park jihoon, terlebih kesayangannya berada bersama pemuda itu.

tanpa berpikir panjang lagi, yoshi segera melajukan mobilnya, menghubungi pemuda bermarga park itu dan berkata dengan nada rendah,

"katakan di mana kau sekarang."




























mashiho mengernyit heran ke arah pemuda di sampingnya yang kini tengah terkikik usai menerima telepon dari seseorang.

ya, mashiho memang berada di mobil jihoon sekarang.

mau bagaimana lagi? setelah pemuda park itu membuang-buang kata bahwa ia akan memakai cara yang lebih ekstrem, mau tidak mau mashiho memilih untuk menerima ajakannya dengan sukarelaㅡdaripada jihoon berbuat hal yang lebih aneh, begitu anggapan mashiho.

"hei, kau tahu? reaksi seorang kanemoto yoshinori sangat lucu kalau sudah menyangkut orang yang dicintainya."

kedua mata mashiho membesar begitu mengetahui bahwa orang yang baru saja melakukan panggilan dengan jihoon adalah yoshi.

"kau memberi tahu padanya?!"

jihoon mengangguk tanpa ragu. "kutebak, dia akan segera meluncur ke sini untuk menjemputmu."

mashiho berdecak mendengarnya. padahal ia yakin yoshi sudah cukup pusing menjelaskan semua kejadian tadi pada kakaknya dan ia tidak ingin menambah beban pemuda itu.

"kau tidak ke sekolah?" jihoon kembali membuka percakapan.

tangannya bergerak mengambil bungkusan kentang goreng yang tadi sempat ia beli lewat layanan drive-thru, lantas menawarkannya pada mashiho.

"malas," jawab mashiho acuh, sekaligus menggeleng atas tawaran kentang goreng dari pemuda park itu.

jihoon kembali terkekeh. "rupanya tampang polos ini tidak mencerminkan sikapmu, huh?"

mashiho memutar bola matanya malas. "aku sudah berpuluh-puluh kali mendengar hal itu."

"lihat, 'kan! berarti bukan aku saja yang beranggapan seperti itu."

"ya, ya, terserah," sahut mashiho acuh, sama sekali tidak ada sopan-sopannya dengan pemuda yang notabene lebih tua darinya itu.

"ngomong-ngomong, aku sudah boleh pergi sekarang, 'kan?"

jihoon tersenyum kemudian mengangguk. "terima kasih sudah menemaniku hari ini."

kali ini, mashiho ikut terkekeh. padahal mereka baru saja bertemu dan melakukan hal-hal sederhana, seperti sarapan di minimarket yang dilanjutkan dengan berkendara santai mengelilingi pusat kota, tetapi anehnya, mashiho merasa bahwa jihoon tidak seburuk yang ia kira ketika mendengar cerita yoshi.

"kata-katamu barusan terdengar seperti duda kesepian, tahu?" cibir mashiho.

"apa kau bilang?!"

"bercanda," ucap pemuda takata itu dengan enteng sembari membuka pintu mobil jihoon. "kalau begitu aku pergi dulu."

"ah, tolong sampaikan permintaan maafku pada yoshi tentang sesuatu yang menimpa kami di masa lalu."

"tidak mau. sampaikan saja sendiri."

"hEIㅡ!"

brak!

jihoon hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat mashiho yang sudah lebih dahulu keluar dengan membanting pintu mobilnya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

"benar. lupakanlah masa lalumu yang telah kurusak, yoshinori. sekarang, berbahagialah dengan bocah itu."

[]


tenang aja, jihoon udah tobat gaes wkwk
btw, maap kalo part ini flat banget

second lead; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang