O3. tinggal bersama

1.3K 202 19
                                    

second lead; ft. yoshiho

"mashi, kakak ada perjalanan bisnis ke busan selama dua minggu. selama itu yoshi akan menginap di sini untuk menemanimu, tidak apa-apa, 'kan?"

mashiho yang sedang asyik menyantap sarapan paginya hanya mengangguk-angguk pelan sebelum kemudian selesai mencerna ucapan karina dan memekik saat itu juga, "HAH?!"

apa kakaknya benar-benar sudah gila?!

"k-kenapa orang itu harus tinggal di sini?! aku tidak apa-apa, kok, ditinggal sendirian!"

"apa maksudmu? kau itu kan manja dan ceroboh, bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian di rumah yang besar ini?" sahut karina.

mashiho menjambak rambutnya frustasi. "aku sungguh-sungguh, kak! ayolah, aku bukan anak kecil lagi. aku sudah sma!"

karina tergelak mendengarnya. "kau saja masih suka ketakutan kalau ada geledek dan memintaku untuk menemanimu tidur."

"aish! tapi, kakㅡ"

"sudah, tidak ada penolakan. aku tidak akan tenang perginya kalau meninggalkanmu sendiri."































"ada apa dengan wajahmu? kusut sekali."

jaehyuk menghampiri mashiho yang sedang merebahkan kepalanya di meja dengan raut wajah yang jauh dari kata baik-baik saja.

"aku bingung, jae ...."

"kenapa, tuh? coba cerita sini sama a'a."

plak!

mashiho sontak menghadiahkan pukulan pada kepala jaehyuk begitu mendengar panggilan menggelikan yang dilontarkan oleh temannya itu.

sedangkan jaehyuk hanya terkekeh kemudian lanjut berkata, "ampun, deh, ampun! jadi, hal apa yang sedang mengganggumu?"

mashiho menatap jaehyuk sejenak, menimang-nimang apakah ia harus menceritakannya pada pemuda yoon itu. "ehm, begini ... ini soal temanku."

"... dia memiliki seseorang yang sangat dibencinya, tapi belakangan ini dia terus memikirkan orang itu. menurutmu, itu kenapa?"

"sudah jelas, 'kan? kau menyukainya."

"apa maksudㅡ hei! sudah kubilang ini cerita temanku!" sahut mashiho dengan tidak santainya.

jaehyuk kembali terkekeh. "iya, iya. maksudku, temanmu menyukai orang itu."

"kenapa begitu?!"

"kalau menurutku, temanmu itu sebenarnya hanya denial padahal ia sudah menyadari perasaannya yang sesungguhnya."

"ㅡcoba saja kau tanyakan padanya, apakah bila berada di dekat orang itu, ia merasa berdebar? hanya dengan melihat senyumnya, ia bisa ikut bahagia? dan bila tidak bertemu sehari saja, ia akan merindukannya? kalau iya, berarti sudah jelas."

alis mashiho menukik tajam seiring dengan bibirnya yang tanpa sadar mengerucut ke depan mendengar nasihat cinta dari jaehyuk barusan.





























di sinilah mashiho berada sekarang. duduk berhadapan dengan yoshi di meja makan dalam suasana canggung.

mau tidak mau, mashiho memperbolehkan yoshi untuk tinggal di rumahnya karena karina berkata kalau ia akan mengecek setiap hari lewat video call.

"kenapa tidak dimakan?" tanya yoshi, melihat mashiho yang sedari tadi hanya memandangi makanan di hadapannya tanpa menyentuh barang sesuap pun.

"tidak lapar," jawab mashiho singkat.

"tapi, nanti kau sakㅡ"

"berhenti bersikap sok peduli padaku!"

setelahnya, mashiho pergi ke kamarnya, meninggalkan yoshi yang terbengong sendiri melihat reaksi tak terduga dari pemuda mungil itu.























malam semakin larut, tetapi mashiho masih bergerak gelisah di balik selimutnya. pasalnya, di luar hujan deras dan dirinya memiliki ketakutan tersendiri dengan bunyi geledek.

ia ingin meminta yoshi untuk menemaninya, tetapi jelas gengsinya terlalu tinggi untuk itu.

di tengah pergumulannya, tiba-tiba saja sebuah kilat menyambar seiring dengan suara guntur yang menggema memenuhi ruangan.

"aAAAAAA!!!" mashiho spontan memekik. tubuh mungilnya semakin meringkuk seperti ulat sembari meremat kuat selimut yang membalut tubuhnya.

sementara itu, di kamar sebelah, yoshi yang baru saja akan terlelap, kembali membuka matanya karena mendengar suara teriakan.

baru saja ia hendak berinisiatif pergi ke kamar mashiho untuk mengecek keadaan, tetapi niatnya urung seketika kala mengingat perkataan pemuda itu yang menyuruhnya untuk berhenti memedulikannya.

akhirnya, yoshi memutuskan untuk kembali memejamkan mata sebelum suara ketukan pintu menginterupsinya.

ceklek

pintu kamar pemuda kanemoto itu terbuka menampilkan seorang pemuda mungil dengan wajah kikuknya dan sebuah bantal berukuran cukup besar yang berada di pelukannya.

yoshi rasanya ingin berteriak sekarang juga melihat pemandangan menggemaskan yang tersaji di hadapannya saat ini.

"ada apa?" tanyanya lembut.

layaknya anak kecil yang sedang merayu untuk dibelikan sesuatu, kini mashiho tengah menundukkan kepala sambil memainkan jari-jarinya karena malu dengan ucapannya sendiri. "uhm ... dari kecil aku benci suara geledek, jadi tidak bisa tidur sendirian kalau hujan deras seperti ini ...."




"... bolehkah aku tidur di sini?"

[]

second lead; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang