🪐ANGKASA~6🪐

4.1K 583 163
                                    

📍Tim baca Wattpad online or offline?

🌌 Happy Reading 🌌

Pada umumnya di hari Minggu seperti ini, remaja seusia Angkasa menghabiskan waktu dengan bermain atau sekedar menongkrong bersama teman. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Angkasa.

Hari ini Angkasa dan bundanya baru saja pulang dari rumah sakit untuk check up rutin dan memeriksa kesehatan mental Kania.

Seharusnya hari ini juga jadwal Angkasa untuk konsultasi tentang penyakitnya, tapi Angkasa sengaja melewatkan hal tersebut agar pengeluaran bulan ini tidak terlalu besar. Bagi Angkasa, bundanya lebih penting dari apapun, termasuk dirinya sendiri.

"Bunda, hari ini ada pesanan kue?" tanya Angkasa yang menyusul Kania di dapur.

"Iya, Bunda dapat pesanan dari Bu Iva, tapi ada beberapa bahan yang habis," jawab Kania sembari menyiapkan bahan-bahan bahan kue.

"Apa aja yang habis, Bun? Biar Alaska beliin," tawar Angkasa.

"Gula, mentega, sama keju."

Tanpa banyak alasan, Angkasa segera pergi menuju minimarket terdekat untuk membeli bahan-bahan yang disebutkan oleh bundanya tadi dengan berjalan kaki.

Bibir Angkasa tak berhenti tersenyum mengingat perkataan dokter yang menyatakan bahwa kondisi mental Kania mengalami perkembangan.

Sampai di depan minimarket yang dituju, mata Angkasa menangkap pemandangan dua anak laki-laki kembar yang sedang bergurau. Hal itu mengingatkan Angkasa pada Alaska.

Angkasa mengehela napas berat, lalu bergumam.

"Alaska, lo di mana?"

<><><>

Kini Angkasa tidak tahu dirinya berada di mana, yang jelas ia tengah berada di sebuah bangunan yang penuh dengan kobaran api.

Napasnya terasa sesak, matanya terasa perih, belum lagi rasa panas yang menyentuh kulitnya. Yang harus dilakukannya saat ini hanyalah keluar dari tempat ini.

"Tolong ...."

Angkasa terhenyak, saat mendengar suara yang mirip dengan suaranya. Jangan-jangan ... itu Alaska?

"Angkasa ...."

Kini suara itu memanggil namanya. Angkasa menoleh ke sana sini untuk menemukan di mana suara itu berasal.

"Alaska! Lo di mana?!" teriaknya.

Tak ada sahutan. Hingga ledakan keras berbunyi di ruangan itu.

"Alaska!"

Cowok yang semula tengah tertidur itu langsung mendudukkan dirinya. Angkasa menyeka keringat di dahinya sembari mengatur napasnya.

Syukurlah itu semua hanya mimpi. Sepertinya ia terlalu memikirkan Alaska hingga ia bisa bermimpi seperti itu.

Namun, terlintas pertanyaan di pikiran Angkasa.

Jika suatu saat Alaska kembali, lalu bagaimana dengan dirinya? Apa ia harus pergi dari rumah ini? Juga, bagaimana reaksi Kania?

Ah, Angkasa berpikir terlalu jauh. Ia sendiri tidak tahu keberadaan saudara kembarnya. Bahkan, ia juga tidak tahu apakah Alaska masih hidup atau ....

Lihat Angkasa, Bunda.حيث تعيش القصص. اكتشف الآن