🪐ANGKASA~3🪐

3.5K 590 134
                                    

📍Kalau kalian baca wp, terus sad end. Versi novel lebih suka Sad end or happy end?

🌌 Happy Reading🌌

"Ngapain Ayah ke sini?"

Penampilan Gilang sekarang sangat berbeda jauh dengan dulu. Kini Gilang berpenampilan seperti pengusaha sukses.

Sepertinya hidup Gilang lebih baik setelah bersama keluarga barunya. Seperti itulah yang ada di pikiran Angkasa saat ini.

"Ayah cuma mau lihat keadaan kalian," jawab Gilang.

Angkasa tertawa pelan. "Aku sama bunda masih hidup. Ayah nggak perlu repot-repot ke sini cuma buat tanya itu."

Gilang menunduk, ia tak bodoh untuk membaca tatapan Angkasa. Pria itu tahu bahwa Angkasa kecewa dan marah pada dirinya.

"Angkasa, apa kamu butuh sesuatu? Siapa tahu Ayah bisa bantu."

"Baru sekarang Ayah peduli?" tanya Angkasa.

Kara, gadis itu sedari tadi hanya diam melihat interaksi seorang ayah dan putranya.

"Angkasa, maafin Ayah. Saat itu Ayah-"

Gilang berhenti bicara saat terdengar suara pintu terbuka dan muncullah seorang wanita yang merupakan mantan istrinya.

Seketika suasana menjadi tegang. Kania mulanya hanya diam menatap Gilang, hingga kemudian menangis histeris.

"KAMU! BERANINYA KAMU KE SINI!!"

Gilang dan Kara terkejut karena perubahan reaksi Kania yang tiba-tiba.

"Kania, kamu-"

"DIAM!! JANGAN SEBUT NAMAKU! KAMU BRENGSEK!" Kania mulai tak terkendali, ia terus mendorong tubuh Gilang agar pergi dari rumahnya.

"PERGI! KAMU JAHAT!! KAMU PENJAHAT!"

Angkasa yang tak bisa lagi melihat Kania seperti itu pun segera mendekat ke arah Kania.

"Udah Bunda, nanti Bunda capek. Kita masuk aja, ya?" ucap Angkasa lembut.

"Nggak, dia jahat Alaska. Dia jahat sama Bunda," ucap Kania sembari menjambak rambutnya sendiri.

Kening Gilang mengerut. Ia yakin tadi dirinya tak salah dengar, ia mendengar Kania memanggil Angkasa dengan Alaska.

"Tante, masuk yuk. Kara temenin," ucap Kara.

Kania pun luluh dan tak menolak lagi. Kini tinggal Angkasa dan Gilang.

"Lebih baik Ayah pergi sekarang," ucap Angkasa.

"Angkasa, bunda kamu-"

"Pergi."

Gilang mengusap wajahnya kasar. "Oke, Ayah pergi."

<><><>

Setelah Ayahnya pergi, Angkasa duduk di bangku teras yang terbuat dari bambu. Ia menatap lurus ke depan.

Lihat Angkasa, Bunda.Where stories live. Discover now