Bab 07 ♛ The Other Side Of You

Mulai dari awal
                                    

“Bangsat emang mereka,” ujar Kesya ingin melempar sandal yang dipinjamnya dari Sarah. “Sahabat cap kadal.”

Elno membungkam mulut yang tidak berhenti menyumpah serapahi tiga gadis tadi.

“Kenapa lo gak bales Senjana tadi, sih? Dia udah hina lo,” tanya Kesya kesal.

“Emang gue harus bales apa, yang dia ucapin itu fakta.” Kalau dirinya memang miskin, yang menyukai seorang Putri Raja. Seperti Romeo dan Juliet, tetapi bedanya adalah, Romeo lebih berani menyatakan perasaan dibandingkan dirinya.

“Ya, lo bisa gampar dia, kek. Kalo bukan ditempat umum udah gue jambakin rambut mereka satu-satu,” dengkus Kesya.

“Kalo gitu gue juga sama, ini ditempat umum. Bedanya gue gak akan gampar dia,” jelas Elno. “Tapi gue akan buat kata-kata yang bisa gampar dia karena bikin kita emosi.”

Kita, huh? Apa itu tadi?

Kesya mencium rambutnya yang sudah bau matahari, “kapan kita pulang?” tanyanya.

Cowok yang ditanya sibuk menghitung pendapatan yang tidak boleh kurang dari keluarnya barang, ia kemudian mengambil air mineral jualannya lalu membuka tutupnya. “Nih, minum.” Kemudian dia berikan kepada Kesya.

“Huhu, makasih.” Tau aja dia lagi kehausan. “Tapi lain kali jangan ngambil dari dagangan juga, kali. Ntar, lo rugi.”

“Gak papa, cuman sebotol buat orang yang udah bantu gue jualan.” Elno memandang ke langit dengan mata menyipit, rupanya matahari sudah berada di atas kepala, pantas saja panas sekali.

•♛•

Cuaca yang tadinya panas, mendadak mendung lalu turun hujan. Beruntungnya dia sampai di kafe duluan daripada hujan.

“Lima Jus jeruk, lima nasi goreng, dua cappucino panas,” ucap Elno kepada Putra dan Doni.

Dua orang itu tidak komen sama sekali, biasanya setiap gerak-geriknya akan selalu disinisi oleh dua orang itu. Entahlah, dia tidak mau berpikir yang tidak penting, pelanggan di kafe kali ini membludak, banyak yang berteduh sambil memesan hidangan kafe mereka, hingga pemilik kafe sendiri turun tangan menjadi kasir, menggantikan Arta yang kini bertugas mencatat pesanan pembeli bersamanya.

“Selamat datang di Codes Kafe, silahkan pilih menunya,” sambut Elno.

“Hai, El….” Kesya melambaikan tangannya dan tersenyum ceria.

“Lo, ngapain?”

Kesya tak memperdulikan keterkejutan Elno, dirinya sibuk membolak-balik buku menu. “Satu cokelat panas, tart mini cokelat makan di sini. Sama bungkus nasi goreng lima,” ucap Kesya menyebutkan pesanannya.

Pertanyaan Elno dalam hati adalah, gadis itu ke sini naik apa?

“Tadi pesen taksi online,” tutur Kesya.

“Gue gak nanya, terima kasih atas pesanannya, mohon ditunggu.”

Kesya mengedikkan bahunya, matanya jelalatan mengamati para cogan yang sedang makan. Rasanya mau dia ajak kenalan atau mutualan. Dibolehin Elno, gak, ya? Soalnya dia harus minta izin calon suami dulu, mwehehe….

Tidak lama datang seorang cowok yang membawa pesanannya. “Satu cokelat panas, mini tart cokelat, silahkan dinimkati. Lima bungkus nasi goreng masih dibuat. Yang mengantar pesanan bukan Elno.

“Makasih, Arta?” eja Kesya menatap name tag di dada Arta.

“Itu nama saya.” Arta tersenyum manis.

Kesya juga ikut tersenyum lebar, arh, senyum Arta sangat manis. Setelah cowok itu pergi pun Kesya masih tersenyum-senyum. Dan dia tidak sadar kalau Elno melihat semuanya, dari awal.

Sudah empat jam, hujan telah reda sejak tadi tapi gadis itu belum mau pergi, padahal nasi gorengnya sudah berada di mejanya. Ia bahkan memesan cokelat panas lagi dengan croissant. Tujuannya apalagi kalau bukan menunggu Elno.

“Kes, bangun, kita pulang,” tutur Elno membangunkan Kesya yang telungkup di atas meja. Ia memindahkan kresek berisi nasi goreng agar lebih mudah membangunkan gadis ini.

Emh…jam berapa?” tanya Kesya seraya mengucek matanya.

“Setengah sepuluh.”

Kesya mengangguk, matanya melihat kresek berisi nasi goreng miliknya. “Gue tadi beli buat kita makan di rumah,” ucapnya.

“Harusnya gak usah,” decak Elno.

“Tapi gue mau,” balas Kesya. “Kita cuman bertiga, kenapa lo beli lima? Mau mukbang?”

“Pas perjalanan gue ke sini, gue liat ada dua anak kecil neduh gak jauh dari sini. Baju mereka compang-camping, kasian. Niatnya nanti gue mau cari mereka, buat kasih nasi goreng, semoga mereka masih di sekitar sini.”

Elno mengangguk paham, dirinya bahkan membeli air mineral juga beberapa roti untuk dikasih ke anak-anak yang dimaksud Kesya.

Benar saja apa yang diucapkan Kesya, saat mereka pulang, Elno juga melihat dua anak kecil tidur saling berpelukan beralaskan kardus di depan ruko yang sudah tutup. Elno melepaskan jaketnya untuk diberikan kepada dua anak yang sedang dibangunkan Kesya.

Malam ini, sungguh indah bagi Elno dan Kesya, melihat sisi lembut dan penuh kasih sayang dari diri masing-masing membuat mereka merasa jauh lebih dekat.

Beauty and The PoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang