kondisi

1.3K 232 62
                                    

Ini kisah tentang kematian,
Ketika kami mendapati dia terbaring lemah dan kaku.
Sebuah perpisahan yang tak pernah kami inginkan.

Kata 'semoga kita bertemu lagi' adalah kalimat yang terakhir kali keluar dari mulut manis mu.






























Takemichi berjalan lunglai menyusuri lorong apartemen yang telah sepi. Suasana yang biasa masih ramai akan para penghuni, kini telah sirna karena hari yang telah gelap gulita.

Mulutnya yang semerah ceri itu telah berganti dengan biru yang pucat dan kering. Wajahnya memerah padam bukan karena malu. Tetapi, sakit yang ia rasakan akhir-akhir ini.

Pusing sekali. Batin Takemichi memegang kepalanya.




Tangannya yang bergetar pelan mencoba membuka pintu. Tubuhnya seakan ingin jatuh jika saja Izana tak menangkap nya.

"Takemichi?! Kau baik-baik saja?!!" Tanyanya khawatir.


Takemichi yang terkejut mencoba untuk mengambil napas sejenak. Tangannya yang bergetar ia sembunyikan dibalik mantel tebalnya. Bibir yang pucat pasi itu mencoba untuk tersenyum agar kekhawatiran Izana menghilang.


"Aku baik. Kenapa kau masih diluar? Ini sudah tengah malam bocah." Ucap Takemichi mencubit lengan Izana.


Izana diam sebentar sambil mengamati wajah lesu Takemichi. Dirinya sadar, jika akhir-akhir ini Takemichi sering merasa lemah. Tubuhnya saja sudah tak segemuk dulu.

Itu antara, Takemichi yang banyak bekerja atau ada hal yang mungkin tak dirinya ketahui.


"Aku menunggumu." Jawab Izana memeluk Takemichi.


Laki-laki berusia 27 tahun itu tersenyum. Tangannya ia bawa untuk mengusak lembut surai perak Izana yang telah memanjang.

"Bisa kau membuka pintu ini? Aku sangat lelah." Ujar Takemichi.


Izana yang patuh akan Takemichi pun segera membukakan pintu untuk sang empu. Menggandeng telapak tangan yang sekarang telah berbeda ukuran itu, menariknya pelan dan membawa Takemichi masuk kedalam.


"Sebaiknya kau segera istirahat, Takemichi. Wajahmu pucat sekali." Ucap Izana membelai pipi Takemichi.


Takemichi terdiam sebentar. Tangannya mengepal erat. Senyum penuh paksaan tampil di kedua sudut bibir nya.

"....kau juga." Ucapnya meninggalkan Izana.



Pemuda berusia 17 tahun itu mengangguk paham. Ia segera beranjak dari sana dan pergi menuju kamar. Menyusul ketiga babunya yang telah pergi mengarungi duni mimpi.


Sedangkan, Takemichi yang saat ini berada di depan pintu kamarnya memegang dada yang terasa sesak dan sakit. Kepala yang tadinya pusing, serasa ingin lepas dari anggota tubuhnya.

"Akhh...s-sesak sekali!" Ucapnya .


Dirasa sakit itu bertambah kuat, Takemichi segera membuka pintu dan pergi menuju kamar mandi yang memang berada di dalam.

Suara batuk yang kencang memenuhi seisi kamar mandi. Cairan merah yang kental keluar dari mulut dan hidungnya.

"Apa....yang terjadi denganku?" Lirihnya sambil memegang dada.








Tanda-tanda mau pulang kayaknya:)









Butuh waktu 20 menit agar batuk yang Takemichi alami berhenti. Tubuhnya yang sudah lemas ia jatuhkan di atas ranjang. Tangannya menengadah dan berusaha meraih sesuatu yang tidak terlihat.

"Apa aku baik-baik saja?"

"Kuharap iya. Aku masih mau melihat mereka tumbuh dan memiliki pasangan sendiri." Ucap Takemichi tersenyum.



Saat sedang asik dengan pikirannya yang terbang kemana-mana. Tiba-tiba, pintu kamarnya di ketuk pelan.

"Takemichi, kau di dalam? "


Suara Izana yang rendah terdengar.


"Ya, masuklah." Ucap Takemichi.



Pintu terbuka dengan pelan. Dan terlihat lah wajah Izana yang suram namun tampan di waktu yang bersamaan.

"Ada apa? Kau belum tidur? " Tanya Takemichi.



Izana tak menjawabnya. Ia berjalan menuju Takemichi yang berbaring di ranjang.

"Aku mah tidur denganmu." Ucapnya.

"Kau sudah berumur 17 tahun. Tidak pantas untuk remaja seperti mu untuk tidur bersama orang yang lebih tua." Jelas Takemichi mencubit ginjal Izana.



Ngelawak dikit. Ini book terlalu serius njir.




Izana tertawa kecil. Tangan yang telah melebihi lengan Takemichi itu memeluk sang 'calon mayad' dengan erat.

Wajahnya ia sembunyikan pada dada datar Takemichi. Dada Takemichi memang datar, tapi dada Toji sangatlah berisi.


"Kenapa? Tumben sekali kau manja seperti ini? " Tanya Takemichi mengusak surai Izana.

"Aku tidak tau. Tapi, rasanya kau akan pergi jika aku menginggalkanmu sebentar saja" Balas Izana.




Takemichi menghentikan kegiatannya. Entah kenapa perasaan nya sedikit terganggu ketika mendengar apa yang Izana katakan.



Semuanya akan baik-baik saja bukan?

































Apa yang terjadi pada Takemichi?

Mungkinkah cerita ini menjadi target sad end setelah anak pungut?




















Saya akan jarang up untuk selanjutnya. Sebetulnya jam pulang saya masih sekitar jam 1 siang. Sabtu libur.

Tapi, untuk minggu depan sudah normal. Yang artinya pulang sore telah menunggu saya ಥ‿ಥ

Jangan lupa mampir ke book sebelah dan berilah tanggapan kalian!!

Duda Ran menunggu kalian semua.

Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pinterest.

Sweet Babysitter [ Izana x Takemichi ] ✔Where stories live. Discover now