acuh

1.5K 264 39
                                    

Sudah beberapa hari ini Takemichi mengacuhkan mereka. Tidak sepenuhnya mengacuhkan, namun hanya menghindar untuk sementara waktu.

Dirinya masih tersulut emosi ketika keempat anak itu tidak memberitahu alasan kenapa wajah serta anggota tubuh yang lain bisa memar dan bonyok seperti itu.

Memang masalah sepele. Tapi, jika di biarkan begitu saja, lama-kelamaan mereka akan semakin menjadi-jadi. Bisa saja mungkin di masa depan Izana dan yang lainnya akan membuat suatu perkara yang akan membuat repot dirinya atau orang lain.
















Saat ini Takemichi tengah memasak makan malam. Kepalanya masih senantiasa di hiasi dengan koyo yang menempel. Tangannya terus bergerak mengikuti irama musik yang ia putar di ponselnya.

Senyum tipis terbit di wajahnya. Wajah murung serta bersalah yang Izana tampilkan akhir-akhir ini sangat menghiburnya. Membuatnya untuk semakin gencar untuk menjahili bocah dengan surai perak itu.











Izana keluar dari kamarnya dengan suasana hati yang sedikit buruk. Wajahnya yang sangat sangar terlihat semakin menyeramkan ketika manik lilac itu berkilat karena paparan cahaya lampu.

Hatinya terasa sakit saat Takemichi tak memandangnya. Mengabaikannya ketika dirinya berusaha untuk berbicara. Mengucapkan satu kata maaf agar Takemichi mau menatap nya.


Kaki kecilnya berjalan menuju dapur, mencari babu-babu nya yang sejak tadi pagi pergi entah kemana. Meninggalkannya sendiri di sini.

Saat tiba di dapur, manik lilac itu berkilat senang ketika menemukan Takemichi yang tengah sibuk mengaduk kuali berisi sup.

Wajahnya yang cantik sedikit tertutup poni panjangnya. Keringat yang berkumpul di kepala mulai jatuh perlahan dan membasahi dagunya.

Membuat Takemichi terlihat sangat eksotis saat ini. Mata Izana mulai berair, tubuhnya bergetar dan mulai berlari untuk menerjang tubuh sang calon masa depan.



Ini udah keluar dari sifat Izana yang sesungguhnya:)




Brugh






Takemichi tersentak kaget ketika Izana memeluk kakinya. Celana yang ia kenakan mulai basah dengan di iringi suara tangisan yang lirih.

"Ada apa? " Tanya Takemichi.

Izana yang memeluk kaki Takemichi sedikit tersentak. Tangannya mengepal erat sambil meremat celana panjang yang di kenakannya.

Suara terbata-bata mulai keluar dari mulut yang manis namun pedas itu, "k-kau marah p-padaku?"


Takemichi meletakkan kain lap di atas kursi. Tubuhnya ia sejajar kan dengan tinggi Izana. Manik biru laut itu menatap lamat bocah bersurai perak yang saat ini tengah menundukkan kepalanya.

Ia menghirup napas sejenak, "benar, aku marah denganmu. Aku juga marah dengan yang lain. Kau tau apa kesalahan mu? "


Izana mengangguk mengerti, ia tahu betul apa yang telah ia dan lainnya lakukan.

"Lalu, apa kau ingin melakukannya lagi? " Tanya Takemichi lagi.

"Tidak!!" Balas Izana cepat.

"Benarkah? Kau berjanji? "

"Tentu! Aku berjanji."


Senyum hangat muncul di kedua sudut bibir Takemichi. Tubuh kecil Izana ia bawa ke dalam pelukannya. Mengusak dan mengusap lembut surai perak dan punggung kecilnya.

"Janji adalah janji, oke. Jika kau berbohong, kau harus menelan seribu jarum untukku." Ucap Takemichi sambil menampilkan senyum.


Izana yang masih di dalam pelukan Takemichi mengangguk paham. Ia membalas pelukan Takemichi dengan erat.

"Baiklah. Ajak Kakucho, Ran dan Rindou untuk pulang. Mereka ada di lantai bawah." Minta Takemichi.

Izana yang pada dasarnya memiliki jiwa sebagai calon babu segera menjalankan perintah sang atasan.





















Cuaca malam ini sungguh dingin. Angin malam yang biasa hanya berhembus pelan kini malah seperti badai. Beberapa orang hampir terhempas karena tubuh mereka yang sangat ramping.



Takemichi duduk di bangku dekat gedung apartemen dengan Rindou yang berada di sampingnya. Jaket yang Takemichi kenakan di berikan pada Rindou agar bocah itu tidak terlalu kedinginan.

"Kenapa kita di sini, Takemichi? " Tanya Rindou yang mulai mendekati Takemichi.

Modus ya

"Menunggu seseorang." Jawab Takemichi.

Rindou mengangguk paham. Ia terus melihat jalan yang sudah sepi karena seluruh umat telah di telan bumi. Sampai 2 siluet manusia tertangkap oleh matanya.

Satu wanita dewasa dengan surai hitam berjalan menuju bangku tempat di mana mereka duduk, jangan lupakan seorang anak yang seumuran dengannya berjalan di belakang wanita itu.

"Ah, ibu." Ujar Takemichi sambil berdiri.

Rindou hanya diam dan duduk di bangku. Menatap wanita dewasa yang berstatus sebagai ibu Takemichi. Satu anak yang tadi berjalan bersama ibu mertua menatap tajam ke arahnya. Seakan Rindou adalah ancaman bagi mereka.


'Sialan! Dia cukup tampan. Tapi aku lebih tampan darinya!!' batin bocah dengan surai hitam dan gigi bertaring.


"Kakak!" Ucap adik pungut Takemichi.

"Ah, Keisuke." Sapa Takemichi.

Keisuke yang senang mendapat respon sang kakak langsung memeluk nya. Tak lupa ia akan terus mengoceh mengatakan bahwa ia dan temannya telah membuat sebuah geng.

"Ibu harus pergi bersama ayahmu untuk beberapa hari. Jadi, tolong urus Keisuke untuk sementara waktu." Ucap Ibu Takemichi.

Takemichi mengerutkan keningnya. Merasa beban yang ia pikul akan semakin banyak.

"Hah, ibu. Rindou kemarilah."

Takemichi menarik pelan tubuh Rindou. Membawanya maju ke depan agar berhadapan dengan Keisuke.

"Perkenalkan dirimu, Keisuke." Ucap Takemichi.

Keisuke yang merasa kesal berniat untuk tak melakukan apa yang Takemichi minta. Namun, saat maniknya menatap Takemichi sedikit rasa takut mulai menguasainya.

Dengan sangat amat terpaksa ia mulai memperkenalkan diri, "Baji Keisuke."

"Haitani Rindou. Salam kenal." Salam Rindou.

"Jadi ada berapa anak yang kau adopsi?"



Bantu jawab nak, saya pusing.












Note : Di sini Baji itu adik tiri Takemichi.
























Jadi tumbal kelas itu ngenes banget ya.

Pinterest

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Pinterest.

Sweet Babysitter [ Izana x Takemichi ] ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum