kamar

1.8K 307 19
                                    

Setelah selesai beradu mulut, akhirnya Izana sepakat mengizinkan dua Haitani ini untuk tidur sekamar dengannya. Kakucho juga menyetujui hal itu. Jika ia ikut melarang seperti Izana tadi, sudah dipastikan cengong plastik yang Takemichi pegang akan melayang padanya.

"Bagus. Sekarang kalian mandi lalu turun ke sini lagi untuk makan malam." Perintah Takemichi.

Keempat amak tadi mengangguk paham. Mereka mulai berjalan menjauh dari dapur untuk pergi ke kamar mandi. Kecuali, satu anak. Kakucho, ia masih menyimpan dendam pada Izana karena masalah 'budak'.

Takemichi yang melihat Kakucho belum pergi bingung. Kenapa dengan anak ini? Pikir Takemichi.

"Kaku chan? Kau tidak mandi? Padahal hari ini sabunnya baru lho." Ucap Takemichi.

Entah ada sangkut paut apa Kakucho dengan sabun. Yang pasti, anak satu ini punya fetish yang sedikit membagongkan.

"B-bukan, aku ingin itu. E-em, kemari, Takemichi." Ucap Takemichi pelan sambil menarik kaos nya.

Takemichi segera menyamakan tingginya sama seperti tinggi Kakucho. Kakucho pun segera mendekati telinga Takemichi dan membisikan sesuatu.

"Izana tadi bilang aku budaknya." Bisiknya pelan sambil sedikit Menyeringai.

Takemichi sedikit terkejut. Mana ada bocah umur 10 tahun tau seperti. Kecuali, ya bocah kecil yang satu itu.

"Benarkah? Baiklah, nanti aku akan memukul pantatnya." Takemichi sambil mengacungkan jempol.

Kakucho tertawa, ia mencium pipi Takemichi sebelum melesat menuju kamar mandi dan menyusul Izana dan dua Haitani.

Pemuda manis ini tersenyum kecil. Ia segera berdiri dan bersiap untuk memasak sesuatu. Makan malam hari ini cukup simple dan ringan. Fuyunghai dan sop merah cukup untuk hari ini.

Demi apa gua udah laper🙂 padahal sahur tadi lumayan banyak.




"Kakucho. Kenapa kau tersenyum, gila ya? " Tanya Izana.

"Bukan apa-apa." Jawab Kakucho tak berhenti tersenyum.

"Kau seperti merencanakan sesuatu. " Sela Ran yang sedang memakai pakaian.

"Benar-benar mencurigakan." Rindou menatap malas.











Takemichi telah selesai memasak, dan keempat anak pungut tadi juga sudah berada di meja makan. Menunggu pengasuh mereka menyiapkan makanan.

"Izana." Panggil Takemichi.

Izana yang merasa terpanggil segera menjawab "ada apa?"

Semangkuk sop merah ia letakan di hadapan Ran, membuat Kakucho menatap kesal.

"Kaku chan bilang kau dia adalah budakmu? Apa itu benar? " Tanya Takemichi sembari meletakkan sajian di hadapan Izana.

Izana segera melotot, menggenggam garpu yang berada di tangannya.

"Itu....tidak benar." Lirih Izana.

"Hmm? Aku tidak dengar." Ucap Takemichi duduk di sebelah Izana.

Izana diam. Tak lama sebuah pukulan pelan Takemichi layangkan di kepala Izana. Membuat bocah bersurai perak terkejut.

"Lain kali kau tidak boleh bilang seperti itu." Ujar Takemichi sambil tersenyum.

Terlihat di kursi sebelah sana Kakucho yang merasa tidak puas.

"Ini enak." Ucap Ran menatap sendok berisi sosis dan kuah sop merah.

"Benar, sangat enak." Balas Rindou dengan mulut penuh nasi.














Malam telah tiba. Suara berisik khas kota masih terdengar jelas di bawah sana.

Saat ini Takemichi tengah berada di dalam kamar Izana dan Kakucho. Membantu dua anggota baru untuk mengistirahatkan tubuh mereka.

Izana akan tidur dengan Kakucho, dan Ran akan tidur dengan Rindou.

"Jangan bertengkar, mengerti?"

Keempat anak tadi mengangguk paham. Setelah menyelimuti mereka, ia segera mematikan lampu. Menutup pintu dan membiarkan mereka beristirahat.

Suasana hening. Hanya terdengar suara dengkuran halus dan gemericik air karena malam ini hujan deras tengah melanda. Cahaya kilat terlihat jelas melewati kamar mereka. Membuat Rindou, gemetar dan berusaha memejamkan matanya.

"Oh, ayolah. Tidurlah diriku." Gumannya.

Ran sudah tertidur pulas di sampingnya dengan memeluk guling pemberian Takemichi. Ranjang sebelah juga sudah sepi karena Izana dan Kakucho telah terjun ke dalam dunia mimpi.

Ctarrrrr

Rindou terlonjak kaget, dengan cepat ia segera turun dari ranjang dan pergi ke luar untuk mencari Takemichi.

Berjalan pelan dengan tubuh yang gemetar.

"Rindou? Kenapa kau belum tidur?"

Ucap Takemichi lirih yang membuat Rindou meloncat kaget. Tubuh kecil itu gemetar dengan mata yang berair.

"Aku....takut petir." Gumannya.

Takemichi menatap Rindou. Mengangkat pelan tubuh kecil itu dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Jangan takut. Petir itu jauh di sana. Tapi jika kau nakal, dia akan datang dan menyambar mu sampai gosong." Ucap Takemichi semakin membuat Rindou takut.

Bocah dengan surai pirang itu memeluk Takemichi. Menyembunyikan kepalanya pada ceruk leher Takemichi.

Takemichi menidurkan Rindou di sebelahnya. Tangannya ia gunakan untuk menepuk pelan Rindou agar segera tertidur.

"Tidurlah. Aku ada di sini." Ucap Takemichi pelan.

Rindou menatap sejenak, manik biru itu nampak mengkilap ketika cahaya petir mengenainya.

Karena tepukan Takemichi, mata Rindou lama-kelamaan mulai memberat. Rasa kantuk mulai menguasai nya. Dan akhirnya suara dengkuran halus mengisi ruangan itu.

"Ini tidak buruk juga. Menjadi seorang pengasuh sedikit membuatku senang."


















Sore Jamal.

Bagaimana puasa kalian?

Bagaimana puasa kalian?

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Married?

Pinterest.

Sweet Babysitter [ Izana x Takemichi ] ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora