Kenangan indah yang Taeyong kubur dalam-dalam, tangannya menarik laci nakasnya yang paling bawah dan menyimpan pigura itu di sana. Tak ingin lagi melihatnya terpajang di meja nakasnya.

Tanpa berganti pakaian dan hanya melepas jaket kulit yang dipakainya, Taeyong melemparkan tubuhnya pada ranjangnya yang besar. Taeyong lelah sekali, kepalanya terasa pening karena perjalanan yang memakan waktu cukup lama.

Matanya mulai terpejam, berusaha menghanyutkan diri pada alam bawah sadarnya. Namun sepertinya tubuhnya tak mengijinkan itu.

"Sial! Tubuhku gatal," makinya saat merasakan tubuhnya meronta meminta untuk bersentuhan dengan air.

Jadi Taeyong memutuskan untuk membersihkan diri lalu tidur setelahnya.

*****

Langit mulai menggelap, Taeyong sempat terbangun beberapa saat yang lalu namun kembali menjelajah alam mimpinya karena berniat tidur sampai esok hari.

Akan tetapi niatnya seketika gagal ketika Taeyeon memasuki kamarnya dengan langkah cepat dan mengguncang tubuhnya kuat.

Karena Taeyong tidak juga bangun, maka akhirnya Taeyeon menepuk pantat Taeyong, "Taeyong, bangun!"

Taeyong melenguh, sedikit kesal karena tidurnya diganggu, "Kenapa? Aku masih ingin tidur, Eomma," rengeknya.

Ibunya itu menyodorkan tempat makanan yang cukup besar ke arah Taeyong, "Antarkan ini ke rumah Jeong," suruh Taeyeon.

"Suruh Sehun Hyung saja," tolak Taeyong.

Dirinya terlalu malas untuk beranjak dari ranjangnya hanya untuk mengantarkan makanan ke rumah sebelah. Jujur saja, matanya masih mengantuk.

"Hyungmu pergi entah ke mana."

"Appa?"

"Appamu juga."

Taeyong mengerang pelan, "Suruh Chaeyeon atau siapapun mengambilnya. Aku benar-benar mengantuk."

"Kau saja yang mengantarnya, sekalian bertemu dengan Twins Eomma, dia selalu menanyakan kepulanganmu," sahut Taeyeon.

Taeyong melempar selimutnya dan bangun dari tidurnya, "Aishhh... Padahal besok juga bertemu," gerutunya.

Ibunya menarik lengan Taeyong agar segera beranjak dari ranjangnya, "Ayolah, cepat Lee Taeyong."

"Sepedaku masih ada, kan?"

"Sepedamu patah menjadi 2 bagian," sahut Taeyeon santai.

Mata Taeyong seketika membelalak mendengar itu dari ibunya, "APA?! KENAPA?! ITU SEPEDA KESAYANGANKU!" seru Taeyong.

"Appamu meminjamnya dan mengalami insiden tercebur ke dalam got hingga sepedanya patah," ujar Taeyeon.

Taeyong merengek kesal, "Tapi ke rumah sebelah itu jaraknya cukup jauh kakiku akan sakit jika hanya berjalan kaki."

"Tak ada penolakan, Lee Taeyong."

Taeyong merengut, jika Taeyeon berucap seperti itu maka Taeyong tak akan bisa membantahnya lagi.

"Ck! Baiklah, baiklah," ucap Taeyong pasrah, "Taruh saja di meja."

Taeyeon mengecup pipi Taeyong sayang, "Terimakasih, Sayang. Segera antarkan," kata Taeyeon sebelum meninggalkan kamar besar Taeyong.

"Iyaaa."

Taeyong berganti pakaian dengan jalan yang lesu. Sungguh dirinya sangat malas, tapi kalau menolak lagi bisa-bisa ibunya itu mengamuk.

*****

Taeyong sedang berdiri di depan pagar rumah mewah yang bertetangga tepat di sebelah rumah dengannya itu, menatap lekat pagar tinggi menjulang berwarna putih. Rumah Keluarga Jeong.

Back To You (JAEYONG)Where stories live. Discover now