Episode 19

34 3 0
                                    

"Segera berangkat, misi ini dadakan dan sangat penting, segera hubungi markas bila ada kendala. Ochobot. Buka portal menuju Sel karantina sekarang!" pinta komandan Koko Ci dari layar monitor kapal angkasa

Ochobot mengangguk, dia mengerahkan kekuatan untuk segera membuka portal. Lima detik kemudian portal besar sudah tercipta, kapal angkasa segera terseret masuk kedalam liang pusaran hitam raksasa itu

****

"HAAAA-!!" Kaizo melompat sambil mengacungkan pedangnya, rencana mereka berempat benar-benar terancang akurat. "AARGGH-!!" Jo berteriak kesakitan, tangannya yang terdapat simbol Domu tidak lazim itu terpotong dan dihancurkan oleh Alice dengan satu pukulan keras. Lagi-lagi percikan darah terciprat kemana-mana

"Kamu bukan apa-apa tanpa simbol itu bukan?" Onyx menyungging senyum miring

Puluhan jarum tipis beracun mengarah pada Jo, tidak ada sama sekali yang menyadari serangan dari Aliya. Karena sudah kehilangan kekuatan regenerasinya, tubuh Jo melemah dan tidak bisa menahan racun dari jarum yang tertanam di setiap titik nadinya

Raut puas tercipta di wajah mereka berempat, Akhirnya. Tubuh Jo mengeluarkan asap putih, tanduknya menghilang, kulitnya kembali normal dan begitupun ukuran tubuhnya. Namun dia masih hidup

"Aliya. Tunggu sebentar" Alice menahan Aliya yang hampir mengakhiri hidup Jo, dia berjalan mendekat, perlahan menyentuh telapak tangan Jo dengan lembut

Secepat kilat, cahaya putih menguasai semua pandangan Alice, hingga ia mengerjapkan matanya berkali-kali, dan menyadari ia berada di suatu dimensi buatan, sama seperti yang Sara ciptakan, tapi kali ini. Ada Jo bersamanya

Taro menjitak kuat kepala Jo, ia memasang raut wajah kesal memerah, dengan hidung yang kembang-kempis. Membuat Alice tertawa kecil melihatnya

Jo mengaduh, dia terdiam melihat Taro dihadapannya sedang bersidekap dada. Alice melihat Jo mengepalkan kedua tangannya hingga gemetar. Satu pukulan telak mengenai wajah Taro, membuatnya terbanting jatuh

"Nanti Alice-!" Taro mengehentikan gerakkan Alice yang siap menyerang

Ia mendekati Jo, sambil mengelus pipinya yang tadi terkena bogem mentah dari Jo, tapi Taro hanya tersenyum hingga berada dihadapan Jo lagi. Apa yang Alice lihat ini membuatnya terdiam. Jo menangis

Air matanya mengalir deras, mata Taro menyendu ia mencengkram erat pundak sahabatnya itu, netra mereka bertemu kemudian saling memeluk erat melepas segala emosi

"Kau terlihat keren dengan kumis itu, uban di rambutmu juga terlihat bagus kawan" goda Taro, ia meninju pelan dada Jo membuat Jo tertawa kecil

"Maafkan aku" Jo menunduk, dia menggaruk lehernya yang tidak gatal

"Tidak kok. Aku tidak pernah dendam soal kau mencuri jatah makananku dulu, tapi dia" Taro menunjuk Alice

Alice menatapnya, Taro hanya tersenyum lebar sambil menggaruk rambut ikalnya. Ekspresi Alice benar-benar menunjukkan dia sedang kebingungan

Perlahan. Jo mendekati Alice, mengikis jarak diantara mereka "Maafkan aku nak, aku benar-benar sudah dibutakan oleh dendam akan Klan mu. Kau bisa meninju pria ini sepuas mu, tapi tolong maafkan aku" binar mata Jo benar-benar menyiratkan penyesalan

Senyum Alice menghilang. "Papaku" ucapnya

Mata Jo menyendu, dia ingin menyentuh pundak Alice tapi ditepis kasar.

Terdengar Jo mengembuskan napas berat "Aku. Aku memanfaatkannya sebagai alat untuk menyalurkan segala jenis kekuatan kedalam tubuhku, selama tiga belas tahun dia menjadi alat untukku" Jujurnya

Hyacinth UnguDonde viven las historias. Descúbrelo ahora