Episode 6

34 2 0
                                    


   *DI DALAM KAPAL ANGKASA

  
   Vairy terus memeluk lengan Aliya, sepertinya benar dia sedikit trauma. Sedangkan Alice fokus memperhatikan pemandangan luar dari kaca tembus pandang kapal angkasa, menyentuh kaca dengan telapak tangan membuatnya sadar bahwa jas putih yang dia kenakan sekarang adalah milik sang mama dulu
  
   Setelah selesai mengemas pakaian tadi, dia melihat sebuah koper cokelat didalam lemari. Awalnya dia tidak perduli, tapi setelah ingat akan isi didalamnya segera dia pusatkan perhatian penuh pada koper cokelat itu
  
   Pisau kecil, jas putih serta beberapa foto dirinya bersama Komandan Koko Ci. Itu lah isinya, memeluk erat jas putih itu kemudian mencobanya. Pas, sangat pas dengan ukurannya hanya saja lengannya kepanjangan, tak masalah, dia tetap akan memakainya. Secara. Jas barunya belum selesai dibuat dan jas lamanya robek
  
   "Ekhem.."
  
   Kapten Onyx sudah berada disampingnya, ikut memandangi galaxy, deheman kecilnya menyadarkan Alice dari lamunan
  
   Onyx berbisik "Tak baik melamun, nanti terhantup, apa ada masalah?"
  
   "Saya rindu kawan-kawan je"
  
   "Oo.. Boboiboy?" tanya Onyx lagi
  
   "Iya, die orang tengah belajar kat sekolah agaknye, entah kapan datang balik" Alice berkata jujur, matanya menyendu, dia memang rindu teman- temannya yang pulang ke Bumi. Alasannya akan ada ujian akhir semester kenaikan kelas nanti
  
   "Saya pun kawan awak juga, jangan sedih-sedih" Onyx mencoba untuk menghibur, mereka bersenda gurau layaknya teman dekat. Sementara Kaizo saat ini hanya bisa bersandar didinding dan memperhatikan mereka berdua
  
   "Kita akan sampai satu jam tiga puluh lima menit lagi..." Komputer canggih yang ada didalam kapal angkasa berbicara, perjalanan masih lumayan panjang setelah sekitar tiga puluh menit lepas landas dari markas
  
   Di sebuah kursi panjang Alice duduk sendirian sambil membaca buku novel romansa pemberian Fang, Kaizo masih ragu untuk mendekat, tapi dia itu LAKIK-!! Setelah beberapa pertimbangan kecil, dia putuskan akan duduk disampingnya
  
   Kaizo berdehem ringan "Khem.."
  
   Tapi Alice terlalu fokus dengan bacaannya, lihatlah binar mata merah mudanya, ditambah dengan senyum-senyum tipis yang ditahan-tahan
  
   "Seru sangat kah buku tu?" Kaizo membatin
  
   "Khem-!.. Khemm-!" mengulangi beberapa dehaman, sengaja agak dinyaringkan agar menyita perhatian Alice. Tapi tidak berhasil
  
   Surai putih panjang yang terlihat sangat lembut, dengan sebuah bando biru muda polos yang selalu menghiasi kepalanya. Kaizo kagum, Alice adalah anggota medis yang andal dan cekatan, Kaizo akui Alice memang orang yang menyenangkan. Tapi, setiap ada didekatnya Kaizo sering bingung harus bagaimana merespon setiap tingkah laku Alice yang bertolak belakang dengannya. Alice cukup petakilan untuk ukuran gadis remaja
  
   Terkadang melihat cetakan raut wajah Alice yang kesal akan respon singkat yang selalu ia berikan, Kaizo merasa sedikit khawatir jika Alice tidak ingin berbicara lagi dengannya
  
   Matanya menyendu, memperhatikan senyum tipis-tipis yang tertahan indah pada bibir merah muda gadis musim dingin ini
  
   Kaizo hampir saja mengumpat, lihatlah anak rambut sialan yang menutupi wajah Alice. Ingin sekali dijambaknya hingga tidak ada lagi rambut yang menghalangi kegiatan favorit nya ini—entah dari kapan memandangi wajah Alice menjadi hal favoritnya
  
   Tapi dia sadar bahwa menjambak rambut Alice itu sama saja dengan percobaan bunuh diri
  
   Entah dapat keberanian dari mana, dia menyelipkan rambut itu ke belakang telinga Alice. Sang empunya surai menoleh, netra merah jambunya bertabrakan langsung dengan netra ruby milik Kaizo. Jarak mereka tak lebih dari sepuluh senti meter
  
   Sepertinya Vairy sudah merasa agak mendingan, tapi tiba-tiba saja dia langsung oleng, merasa tiba-tiba ada banyak bintang yang mengelilingi kepalanya. Oh ternyata ini semua karena dia tidak sengaja melihat Kaizo dan Alice saling adu tatapan, berasa deja-vu Vairy trauma akan terulang hal yang sama seperti dikamar tadi, jadi lebih baik dia memilih menjauh walau untuk terbang saja dia oleng
  
   "Ya?" Alice bertanya lembut disela sela tatapan mereka
  
   "Rambut kau.." balas Kaizo, juga disela sela tatapan intens mereka
  
   "Aku tak nak, bila saat aku tengok hal yang aku suka ada yang menghalangi, macam anak rambut ni" ucapnya terus terang setengah berbisik, sambil menyelipkan lagi rambut ke belakang telinga Alice
  
   Entah Kaizo sadar atau tidak dengan apa yang dia katakan, yang pasti jelas membuat detak jantung Alice memacu jauh lebih cepat. Wajahnya merah padam sekarang
  
   "Ekhheemm-!! Hem-hem-!!"
  
   Lagi-lagi dehaman menyadarkan mereka, Onyx berjalan mendekat dengan memasang raut wajah datar, berbeda seperti raut wajah yang tadi-tadi
  
   Kaizo meladeni dengan mencetak smirk tipis dibibirnya
  
   "Maaf bila saya mengacau"
    Onyx tersenyum pada Alice, dia hanya melihat Alice tidak sama sekali menganggap Kaizo ada diantara mereka
   
    "Ya. Dah sadar? kau boleh pergi dari sini" Kaizo mengusirnya dengan sengaja
   
    "Tch. Aku tak de urusan dengan kau. Kaizo. Urusan aku ada pada dokter Alice"
   
    "Alice, ada panggilan masuk untuk kamu dari Komandan Koko Ci" Ucapnya menghilangkan embel-embel dokter
   
    "Ah. Baik"
   
    "Jom" Kaizo menarik Alice menjauh. Onyx menatap kepergian mereka berdua dengan enggan, tapi memilih berjalan mengikut dari belakang
   
    "Dokter Alice, ada yang nak kamu sampaikan?"
    Sesudah berbicara panjang lebar dilayar monitor, Komandan Koko Ci memeberi Alice kesempatan untuk berbicara
   
    "Jangan rindukan saya. Papa" Alice memasang senyum jahil
   
    Onyx dan Aliya terkejut, mereka tidak salah dengar bukan. Alice memanggil komandan dengan sebutan 'papa'. Komandan Koko Ci? Mereka tidak tahu soal itu sama sekali
   
    Tepatnya Alice adalah putri angkatnya, walau tidak ada ikatan darah setetes pun ikatan mereka tidak kalah dari seorang ayah dan putri kandung
   
    "Tolong profesional dokter Alice" Komandan Koko Ci masih tetap pada ekspresi datar nya
   
    "Hehe.. Maaf Komandan" Alice tertawa dengan manis, Komandan Koko Ci juga ikut tersenyum walau sangat tipis
   
    "Baik mungkin hanya itu saja yang kita bahas untuk sekarang, anggap liburan korang sebagai misi, jalankan dengan baik dan santai"
   
    "Baik Komandan" jawab mereka berlima serentak
   
    Layar monitor mati, menyisakan layar berwarna hitam
   
    Dipojok ruangan, sepertinya Aliya dan Vairy terlihat tambah dekat. Lega sekali rasanya melihat itu, Alice berpikir. Jika Vairy bisa akrab dengan Aliya, dia pasti juga bisa.
   
     Melupakan semua kesinisan yang Aliya lakukan, Alice memutuskan berjalan mendekat
   
    "Aliya. Kita berkawan mulai sekarang ye" sambil tersenyum, Alice mengulurkan satu tangannya untuk berjabat
   
    "Tch. Jangan sebab kau putri Komandan, aku langsung nak berkawan dengan kau. Jangan berharap sangat. Dokter" Aliya pergi begitu saja, entah kenapa rasanya semakin hari Aliya bertambah sinis dan dingin padanya
   
    Menarik kembali tangannya yang terulur, Alice membuat gerakan seakan menyisihkan anak rambut ke telinga, dia dan Vairy saling tatap
   
    "Kita akan sampai lima puluh menit lagi" komputer canggih memperingatkan
   
    "Mm.. Aku pergi kejar Aliya dulu ye" Vairy juga ikut pergi
   
    Mereka dekat, tapi. Alice segera menepiskan kemungkinan jika nanti Vairy lebih dekat dengan Aliya. Tidak mau terlalu ambil pusing, dia memilih untuk berjalan jalan saja
   
    "Pinjam buku tadi" di sebelahnya sudah ada Kapten Kaizo dengan tampilan berbeda. Sekarang dia mengenakan kaos santai biru tua dengan bawahan celana putih pendek sejengkal dibawah lutut, dan.. Ada kaca mata hitam dikepalanya
   
    Alice menahan tawa, menurutnya ini bukan lah Abang Ice yang dia kenal, yang ini terlihat narsis. Dengan tampilan seperti ini Kaizo terlihat seperti seorang playboy. Tapi tidak masalah, dia terlihat tiga kali lebih tampan dan.. Unyu >\\<
   
    "Apa? Kau pun kena ganti baju sekarang, kita dah nak sampai" Alice tahu Kaizo malu, jadi dialih kan pembicaraan dengan menyuruh Alice untuk ganti pakaian, padahal perjalanan masih lima puluh menit lagi
   
    "Hahaha.. Nah" ia menyodorkan novel romansa pemberian fang
   
    "Saya pikir, Kapten tak pernah tertarik mengenai cinta atau pun lawan jenis" Alice berusaha menahan tawanya, dia memilih untuk stay cool. Entah kemana mereka berjalan pun tidak ada yang menghiraukan satu sama lain, mereka asik mengobrol
   
    "Hei-! Aku ini. Nnorrmal" menekan kata 'normal' dengan mata yang memincing tajam, jelas Kaizo tidak terima saat dianggap tidak tertarik dengan lawan jenis, dia juga laki-laki waras dan normal, bisa-bisa nya Alice berkata demikian
   
    "Hahahaha.. Saya bergurau je, paham bila Kapten ni laki-laki warrass dan nnorrmall" ikut menekan kata waras dan normal
   
    Kaizo terlihat kesal, dia juga merasa malu. Apa karena dia tidak pernah terlihat dekat dengan seorang gadis makanya banyak yang menganggap bahwa dia tidak tertarik dengan cinta dan lawan jenis
   
    Hmm.. Tapi sekarang berbeda. Kaizo tersenyum tipis. Memperhatikan pucuk kepala Alice disampingnya, gadis yang hanya setinggi pundaknya saja. Ingin hati menjegal kakinya tapi Kaizo tahan sekuat tenaga
   
    "Aku nak baca buku kat kursi tu, kau nak kemane?"
   
    "Aku nak pergi berkeliling dulu, bye-bye" perjalanan singkat mereka diakhiri dengan tujuan masih-masing
   
    Hmm.. Tujuan masing-masing ')
   
    •
    •
    •
   
    "Kita akan sampai dua puluh menit lagi" lagi-lagi komputer canggih itu memperingatkan, rasanya cepat sekali waktu berputar
   
    "Kapten Kaizo"
   
    Aliya menegur pelan, awalnya dia berdehem kecil tapi sepertinya sangat kecil hingga tidak ada respon. Kaizo mengisyaratkan untuk Aliya duduk disampingnya, dia menepuk nepuk tempat kosong disebelahnya
   
    Menarik napas dalam-dalam, tidak tahu kenapa Aliya merasa canggung
   
    "Maaf bila, saya dah. Ganggu masa Kapten baca buku" ucapan Aliya tidak stabil, ragu-ragu, dia terlalu canggung
   
    "Hmm.. Tidak masalah Aliya" Kaizo merespon sambil mengangguk, fokusnya masih pada buku novel romansa pinjaman itu
   
    Mata Aliya menyendu, dia memilih untuk duduk saja dan memperhatikan galaxy lewat kaca tembus pandang didepan mereka
   
    Memperhatikan galaxy ditemani Kapten Kaizo. Ya. Walaupun tidak masuk hitungan tapi bagi Aliya sama saja
   
    "Warna baju kita sama" Suara Kaizo memecah lamunan, Aliya memperhatikan kaos polos yang dia pakai dengan kaos yang Kaizo pakai, warnanya memang sama
   
    "Kebetulan je. Mm.. Tak habis bace lagi?"
    Aliya jadi salah tingkah
   
    "Belum. Nanti aku lanjutkan, kita mengobrol je dulu" Aduhduhduh. Aliya jadi merasa diprioritaskan
   
    "Terakhir kali kita berjumpa, masa rapat para Kapten kat markas tempur A tujuh tahun lepas. Kamu pendek masa tu, sekarang dah tinggi" goda Kaizo
   
    "Ah. Iye, saya selalu ingat. Kita ni beda tiga tahun je, tak lah Kapten tinggi sangat masa tu" Aliya bersidekap dada dan menggembungkan pipinya
   
    Lengang sesaat
   
    "Hahaha..." tawa mereka berdua pecah terdengar, kemudian tak sengaja saling bertatapan
   
    Aliya memperhatikan Kapten Kaizo yang tertawa karena dirinya.
   
    Awal mula mereka bertemu, saat rapat para kapten di markas tempur A. Hari itu Aliya sedang kesal dengan Onyx yang tidak mengizinkan dia untuk berada di dalam ruang rapat
   
    Duduk melamun di samping kursi tunggu dengan wajah yang sudah terlipat. Hingga tanpa sadar Kaizo datang menghampiri dan memberinya satu buah permen rasa mint
   
    Mood Aliya berubah membaik setelahnya. Mulai saat itu. Hanya karena sebuah permen mint, Aliya menaruh rasa kagum pada Kaizo, menaruh perasaan yang dia sendiri ragu itu apa. Rasa ingin untuk terus berada di sisi Kaizo
   
    "Sedang mencari tempat untuk mendarat.."
   
    Suara dari komputer canggih kapal mengambil alih perhatian. Akhirnya mereka sampai, semua mendekat kearah kaca tembus pandang, memang benar jika planet Buma sangat indah
   
    Ada lautan biru luas dan tiga pulau besar berbeda warna ditengahnya, planet ini hampir sama seperti planet Bumi dan planet Hutan Tropis. Tapi pemandangan diplanet ini lebih dominan dengan lautan
   
    Dan kita menuju pulau tengah yang berwarna hijau




Mood banget untuk nulis hahaha...😸

Leya_Purnomo
(18, April 2022)
    

Hyacinth UnguWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu