Episode 3

54 4 0
                                    

"Sini??" tanya Kaizo tak yakin, setelah turun dari kapal angkasa mereka berdua langsung menuju tempat dimana buah obat-obatan itu berada, dituntunkan jalan oleh Alice membuat Kaizo merasa harga dirinya sebagai Kapten sedikit menurun, untung hanya ada mereka berdua disini

"Ah. Tengok" Alice menunjuk buah kecil bulat berwarna biru tua. "Ini salah satu dari banyaknya buah obat-obatan kat hutan ni, selalunya bila ada Vairy kat sini dia akan.."

"Dah-dah, jangan banyak cerita pulak cepat selesaikan kerja kau ni, lepastu kita balik" pinta Kaizo mutlak

"Heleh... Hmm" Alice menggumam sebal

"Kapten..." Alice memanggilnya tiba-tiba

"Ya?"

"Tolong ambikkan buah kuning tu kat atas pohon ni, saya tak sampai" Alice meminta sambil menunjuk

"Tak" jawab Kaizo pendek, cepat dan singkat

"Eh kenapa?" Alice heran, abang Ice tu tinggi kan? Pikirnya

"Malas, ada banyak buah yang jatuh kat tanah ni, ambik je yang ada jangan repotkan orang lain pulak" Kaizo menjawab angkuh

Alice menggembungkan pipinya kesal, wajahnya memerah menahan rasa marah yang menggebu gebu

"Buah ni dah busuk lah, mana boleh untuk obat" Alice berseru dengan nada kesal

"Ha pastu?" Kaizo bertanya tanpa dosa

"AARGGHH-!! Tak pe lah, tak payah nak susah-susah ambikkan, saya nak ambik buah lain je kat dalam hutan ni, Kapten tak payah ikut. Duduk. Diam-diam je. Kat. Sini" pintanya mutlak pada Kaizo dengan menekan beberapa kata terakhirnya, disertai dengan tatapan tajam dari netra menyejukkan milik Alice

Alice mulai membelakangi Kaizo, dengan kesal dia menghentak hentakkan kakinya kuat ke tanah dan mulai berjalan memasuki hutan lebih dalam

"Memang budak kecik la dia ni sebenar" heran Kaizo sambil mengelus elus rambutnya dan mengembuskan napas pasrah "dasar perempuan" keluhnya

Alice memetik buah-buahan berry merah segar yang ada di semak-semak dengan hati senang, tapi rasa senang itu musnah saat dia rasakan kesal pada Kaizo yang selalu mengikutinya kesana kemari. Oh ayolah Alice kau yang minta Kapten Kaizo untuk ikut, tapi kau pun kesal saat dia ikuti kau kemana saja? Hmm..

"Boleh tak berdiri je diam-diam" pintanya kesalnya

Kaizo hanya menatap tak ada niat untuk menjawab, dirasa diamnya Kaizo adalah persetujuan. Alice memulai aktivitasnya yang sempat terhenti sebentar tadi

"Esok kau ada kerja?" tanya Kaizo disela-sela kesibukan Alice memilah buah-buahan obat

"Ya. Banyak. Esok saya sibuk. Sangat" Alice berbohong

"Mm macam tu ke.. Bukan esok jadwal kau free hm?" Tanya Kaizo

"Bukan" Alice menjawab acuh tak acuh

"Oh iye ke" Kaizo meletakkan tangannya di dagu seperti orang yang sedang berfikir. Alice yang menengok itu hanya menatap datar melihat tingkah laku Kaizo yang terbilang sedang memasang wajah yang sedikit tidak elite, tapi mungkin dia tidak sadar karena sedang merasa kesal

"Nah, cuba Kapten rasa" Alice menyodorkan 3 buah berry lonjong kecil berwarna kuning cerah. Membuat Kaizo berhenti dari aktivitas konyolnya seketika, beralih menatap buah yang ada digenggaman Alice

Tanpa ragu ia langsung memasukkan buah kecil itu kedalam mulutnya hingga indra perasanya mulai kaku karena rasa asam yang memenuhi seluruh rongga mulutnya, Alice dengan jahilnya tertawa melihat ekspresi Kaizo yang sok kuat menahan asamnya buah itu

"Ha? Sedap kan, nak lagi?" tawar Alice, Kaizo dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat

"Hihi.. vitamin C tu baik untuk imunitas tubuh, jadi sering-sering je makan buah ni ye" Kaizo dari tadi diam tak mau membuka mulut sedikit pun

"Dah nak sore jom balik, buah dah banyak ni, pasti Vairy tengah tunggu" Alice melenggang pergi

Grab-!

Ia pingsan tiba-tiba, untung reflek Kaizo dengan sigap langsung menangkap tubuh rampingnya agar tidak jatuh menyentuh tanah

"Tch. Merepotkan" Kaizo mendecih kesal dalam hati

Tanpa adanya kesulitan ia menggendong tubuh Alice menuju kapal angkasa dan mendudukannya disalah satu kursi dekat dengan kursi kemudi, raut wajah bingung tercetak jelas di wajah Kaizo saat ini. Tak ada pilihan lain untuknya selain membawa Alice kembali pada Vairy

Ceklek. Sabuk pengaman sudah memeluk erat tubuhnya dan tubuh Alice sekarang, kapal angkasa dengan pasti meninggalkan Planet Hutan Tropis dan mengikis jarak antara daratan dan kaki kapal, kemudian mereka meninggalkan planet itu dengan segera

....

"Mama-!" seruan antusias seorang gadis kecil pada wanita berambut hitam yang tengah duduk disampingnya

"Mama, tengok gambar Alice" pintanya dengan penuh semangat dengan kedua bola mata merah muda yang berbinar cerah

"Eh? tu macam.." Ucap Alice remaja sambil memijit mijit kecil batang hidungnya pening

"Aku kat mana ni?, Mama.. Papa.." Sambungnya bertanya pada diri sendiri. Suaranya begitu menggema disini

"Alice.. Vairy nak main masak-masak, boleh tak Alice temankan dia?" Tanya papanya yang baru muncul dari daun pintu. Alice kecil langsung cepat merespon dengan anggukan, dan kemudian pergi meninggalkan papa dan mama untuk bermain. Tapi sebelum itu Alice kecil memeluk orang tuanya bergantian kemudian beralih mencium pipi mereka dengan bibir kecil basahnya, mama dan papa Alice tertawa renyah karena tingkah laku menggemaskan putri kecil mereka

Alice remaja hanya mampu terdiam melihat kenangan di masa kecil dengan kedua orang tuanya

Hingga atmosfer di kamar Alice kini berubah menjadi tegang, hawanya dingin dan mendebarkan. Alice yang melihat perubahan tatapan papa kepada mamanya langsung ikut duduk disebelah Robin, papanya. Toh saat ini dia tidak bisa terlihat oleh kedua orang itu

"Tak de pilihan lain Maya.." Ucap papa Alice pada istrinya, "semua ni demi putri kita" sambungnya lirih

"Demi..?" tanya Alice tak yakin dalam hati

"Tidak, awak tidak boleh ikuti mahu mereka-!" mamanya dengan tegas melarang. Suaranya tertahan oleh air mata yang tiba-tiba mengalir begitu saja. Maya menahan sekuat tenaga untuk berhenti menangis, takut-takut Alice tidak sengaja akan melihat pipinya yang basah karena air mata

"Mereka..?" Alice tidak tahu apa-apa saat ini. Dia kebingungan dan dipenuhi oleh banyak pertanyaan

"Hahaha.. Vairy tunggu aku-!" suara tawa Alice kecil begitu menggema hingga sampai ke dalam kamarnya, wajah ceria gadis kecil itu saat bermain dapat dilihat dengan jelas lewat celah pintu kamar yang tidak tertutup rapat

Sepasang kekasih yang tengah berpegangan tangan itu, kini saling menatap dalam. Penuh arti

Alice remaja yang semakin tak mengerti memasang wajah tegang disertai dengan keringat dingin, jantungnya memompa aliran darah jauh lebih cepat dari biasanya. Ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi dimasa lalu saat itu

Saat dia bermain kejar-kejaran dengan Vairy di usia 4 tahun. Saat ia dengan jelas mendengar mamanya berteriak dari dalam kamar. Dan saat papanya menarik tangannya paksa menjauh dari cahaya kuning menyilaukan itu..

Hingga dia menatap wajah dirinya sendiri dimasa lalu dengan tatapan sendu tak terbaca
Dan seketika itu juga, jelaga merah jambunya membulat sempurna dan dengan cepat dia langsung menoleh ke arah belakang

"Suamiku.. Mereka sampai" lirih Maya

Tarr-!!

Kaca jendela di belakang mereka pecah, bersamaan dengan munculnya suara ledakkan dan cahaya kuning didepan mereka bertiga. Masing-masing melindungi wajah dengan menggunakan lengan

"Suamiku-!! Bawa Alice pergi menjauh, saya akan menyusul awak berdua nanti. Tolong jagakan ice bear kecik kita" pinta Maya pada suaminya

Robin benar-benar dilema saat ini, dia tidak mau meninggalkan istrinya tapi dia harus melindungi putri kecil mereka. Hingga Maya mengalirkan energi berwarna biru muda dari tangannya di dada kiri sang suami. Tepat di jantungnya, energi itu dapat membuat suaminya merasa lebih fokus dan tenang. Robin menatap iris hijau menenangkan milik sang istri dan kemudian dengan mantap ia mengangguk dan segera pergi melarikan diri bersama Alice dan Vairy

"Sayang. Tolong awak bertahan, saya akan datang dengan segera-!" Robin dengan raut wajah serius mengikrarkan janji pada istrinya

Maya tersenyum tulus sambil meneteskan air mata, dan kemudian pandangannya beralih pada jendela kamar yang pecah tadi, ia memasang kuda-kuda siap menyerang

....

"Laksamana.. Tarung" ucapan Alice remaja terbata, dengan raut wajah tak percaya ia melihat sendiri Laksamana Tarung menerobos masuk lewat jendela kamarnya. Dan kemudian...

Pandangannya berputar.


Jangan lupa pencet Vote-lambang bintang, dan komen positif serta membangunnya (update 2× seminggu-Jum'at & Sabtu)



Leya_Purnomo
(15, April 2022)

Hyacinth UnguWhere stories live. Discover now