[ Part 26 ] Sisi Gelap Genan

Start from the beginning
                                    

"Nama lo siapa?" Genan bertanya. Namun hanya dibalas tangisan dan gelengan memohon dari korbannya itu.

Tak kunjung mendapat jawaban, cowok itu mengarahkan pisaunya pada pipi mulus gadis itu. Lalu dengan perlahan mulai membuat goresan berdarah hingga membuat korbannya semakin histeris.

"ARGHH! STOP!"

"Thana. Artinya kematian," seringai Genan setelah menyelesaikan ukiran nama pada pipi gadis itu dengan pisau.

Genan tersenyum puas melihat hasil karyanya pada wajah korbannya. Sangat cantik.

"Mata lo cantik. Boleh gue ambil?"

Karena kesal tak mendapat jawaban, Genan langsung mencengkram kuat dagu gadis yang ia namai 'Thana' itu. Kemudian mengarahkan pisaunya tepat di hadapan mata Thana yang terpejam. Gadis itu sedari tadi terus meraung dan menggeleng saat tangan Genan memaksa membuka matanya.

"To-tolong ...," lirihnya yang justru membuat Genan tertawa.

"Teriak sekeras-kerasnya, Thana. Keluarin suara lo selagi lo masih bisa melakukan itu."

Jleb!

"ARGHH!"

Lagi. Genan tertawa puas saat berhasil menancapkan pisaunya pada mata indah Thana. Sementara Thana hanya bisa meraung kesakitan dengan pisau yang masih tertancap di matanya dan darah pekat yang bercucuran dari sana.

"Seru, kan?" tanya Genan dengan seringai.

Lalu cowok itu kembali mengambil sesuatu dari kopernya. Kali ini adalah sebuah palu.

Tanpa banyak bicara Genan dengan telaten membuka sepatu korbannya. Seringai menyeramkan juga tak lepas dari bibirnya. Sesekali cowok itu juga tertawa puas.

Dak, dak, dak!

Dan dengan tak sabaran Genan menghantamkan palu itu ke kaki Thana. Setiap pukulan ia layangkan dengan keras hingga terdengar bunyi tulang retak yang justru membuat Genan semakin bersemangat. Baginya, tangisan, teriakan, dan bunyi bagian tubuh yang ia hancurkan itu adalah alunan musik yang indah di telinga Genan.

Drtt... drttt...

Dering ponsel membuat Genan seketika menghentikan kegiatannya. Dengan kesal ia merogoh ponselnya. Cowok itu bertambah kesal saat itu adalah panggilan dari Papahnya.

"Kamu di mana? Kamu lupa kalo malam ini ada pertemuan relasi bisnis Papah? Cepat pulang!" gertak Damara di balik telepon.

"Hm." Genan berdehem lalu mematikan ponselnya sepihak.

Dengan terburu cowok itu mengambil pisau dengan ukuran lebih besar lalu menancapkannya pada dada gadis itu. Thana pun seketika mati karena kehabisan darah. Belum puas tak sampai di situ Genan juga menggesek pisaunya pada leher Thana dengan gerakan cepat hingga hampir terputus. Setelahnya ia melempar pisau itu asal.

Genan pergi dari sana setelah sebelumnya menelpon orang kepercayaannya. "Bereskan itu," pungkas Genan.

"Baik, Tuan."

°°°

Semua keluarga Deovannes ikut pada relasi bisnis itu. Tak terkecuali Opa Deo yang mengajak Nara juga. Namun, Nara justru menolaknya dengan halus. Bukan apa-apa, dia hanya tak mau mempermalukan keluarga itu nanti. Apalagi mengingat tak ada yang menganggapnya ada di keluarga Deovannes kecuali Opa Deo sendiri.

Belum lagi ia juga mendapat tatapan sinis dari mertua dan adik iparnya. Benar-benar membuatnya tak nyaman. Lebih baik Nara tetap di rumah saja. Lagipula ia juga tak begitu enak badan.

Silence Of Tears (TERBIT) Where stories live. Discover now