19. Gravestone

6 5 1
                                    


Air mataku darahmu bercampur dengan air hujan......

"Bangun sayang"

Hatinya teriris

"Ayoo kita pulang!"

Berdenyut ngilu.

Tak ada hembusan napas terdengar hanya darah segar yang terus bercucuran. Suwah membisikkan sesuatu di telinga chenle, namun ia tak begerak sama sekali.

Bagaiman wajah itu terpejam dalam damai, membuat suwah mengeraskan tangisannya. Suwah menjerit histeris ia memeluk tubuh chenle yang terasa dingin itu dengan sangat erat.

Tidak ini tidak mungkin.

"Chenle sayang" Lirihnya dengan napas tersendak, dahinya menekan dahi Chenle dengan lembut.

Suwah menatap wajah chenle dengan dekat hatinya sesak tangisnya pecah "Chenle gak lucu!" Tubuh suwah bergetar hebat dia meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah lelucon chenle.

Namun kepala yang berdarah itu kelopak mata yang senang tiasa tertutup detak jantung yang tak terdengar, menjadi bukti ini bukan lelucon.

Tangisan suwah semakin mengeras, kedua tangannya kembali mendekap erat tubuh kaku itu mencium wajah indah chenle yang pucat. Tak memperdulikan darah yang mengotori baju bahkan wajahnya.

Aroma anyir angin kencang yang berhembusan, suara petir air hujan yang semakin deras air mata suwah yang tak kunjung berhenti dan darah yang mengalir ke bawah menyatu dengan rasa sakit.

Kenapa Tuhan setega ini? Hatinya hancur
Melihat kesayangannya berbaring tak bernyawa.

.......

Kedua netra basah milik suwah menatap nisan itu penuh pengharapan.

Suwah terduduk di atas tanah membawaka kakinya untuk menekuk, menekannya pada dada.

Wajahnya menoleh ke arah joy yang ada di sebelahnya "Chenle lagi tidur kan tante?" Suwah bertanya lirih, namun joy hanya diam sambil mengeluarkan air mata.

"Sayang bangun. Kamu pernah bilang kamu gak suka liat aku nangis, bangunya? Biar aku gak nangis!" Ia meremat nisan itu menggunakan kedua tangannya.

Joy memeluk tubuh suwah dari samping "suwah..chenle tidak tidur ikhlaskanlah dirinya agar chenle bisa tenang" Perkataan itu membuat kepalanya menggeleng dengan tangis yang pecah.

Suwah menekan dagunya dengan lutut, bertatapan dengan nisan seolah ia bertatapan langsung dengan chenle tatapannya tak berhenti menatap batu nisan itu denga air mata yang terus mengalir.

"Chenle, aku sayang kamu melebihi dari apapun itu" Tuturnya pelan, degan tangis yang berhembus tiba-tiba membuat surai hitam suwah berhambur.

Suwah mengusap air mata yang membasahi wajahnya.

Ia mencoba terseyum.

Menerima takdir.

Walaupun sulit.

Ternyata dunia tidak memberkati mereka berdua.

END

Under Streetlight✔Where stories live. Discover now