13. w-why?

16 11 4
                                    


Chenle tersenyum, melihat wajah cantik suwah yang di sinari oleh rembulan, di tambah rambutnya yang beterbangan akibat kencangnya angin malam, tak lupa senyumannya terukir mengalahkan keindahan kota ini.

"Indahh sekali" Ujar suwah, sembari melihat ke bawah banyak manusia yang berlalu lalang, dan beberapa bangunan tua yang menjadi favorite nya.

"Iya indah seperti kamu" Gumam Chenle
yang duduk di kursi bianglala, Ia memperhatikan suwah yang duduk di hadapannya namun gadis itu memperhatikan object lain.

Bukan dirinya.

Beberapa menit sudah berlalu, kini mereka hanya berjalan sambil memakan salah satu kuliner yang sudah ia beli.

"Loe mau gak?" Tawar suwah ke chenle yang hanya memegang bubble tea.

Chenle menoleh mata mereke bertemu "Boleh" suwah mengharahkan roti ke mukut chenle yang ia pegang mengunakan kertas makanan.

Dan chenle melahapnya dengan senang,
Karena suwah menyuapinya.

"Enakk" Katanya.

Suwah menjauhkan roti itu dari hadapan chenle, lalu ia melahapnya kembali dengan bekas gigitan chenle.

"Inii enak banget sumpah!" Ujar suwah dengan mulut yang penuh membuata pipinya mengembung, ingin rasanya chenle mencubit pipi itu menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya. Namun ia hanya terkekeh sambil memotret wajah absurd gadis di hadapnnya.

"Chenle!" Tegur suwah dengan wajah cemberur, tidak terima dirinya di foto.

"Hahahaha ini untuk koleksi pribadi, aku gak bakalan upload kok, tenang aja" Ujarnya dengan wajah tenang iapun memasukkan hand phone nya ke dalam saku celana.

"Awas ya!" Suwah menunjuk chenle.

"Kamu sadar gak? Kamu tadi abis makan bekas gigitan aku"

"Iyaa"

"Gak jijik?"

"Buat apa? Itukan cuma bekas gigitan kamu adi gakpapa, aku suka" Tuturnya pelan membuat chenle jatuh cinta lagi kedalam karisma yang gadis ini miliki.

"Kita mau kemana lagi?" Chenle mengalihkan pembicaran.

"Hmmmm, naik sepeda aja gimana?" ide suwah.

"Ayoo" Chenle menarik tangan suwah menuju pria paru baya yang menyewakan sepeda.

"Ini nak sepedanya" Ujar pria itu.

"Iyaa, terimakasih yang pak" Kata suwah dengan sopan.

"Yaudah yuk naik" Suruh chenle suwahpun segera menaiki boncengan sepeda.

"Permisi pak" Chenle menunduk.

Perlahan kaki jenjang chenle mengayuh sepeda dengan pelan menususri taman dengan tangan suwah yang mencengkram sisi jaket chenle dengan erat, suwah mengadah pada langit yang di penuhi oleh bintang.

"Bund hidup berjalan......"

"Seperti bajingan"

"Seperti landak yang tak punya teman ia menggonggong bak suara hujan" Suara suwah mengalun dengan lembut.

"Dan kau pangeranku mengambil peran" Suwah perlahan meringangkan cengkraman di jaket. dan beralih memeluk pinggang chenle

"Sedikit ku jelaskan tentang ku dan kamu agar seisi dunia tahu. Keras kepalaku sama denganmu, caraku marah caraku tersenyum-"

"-Seperti detak jantung yang bertaut nyawaku nyala karena denganmu" Sambung chenle, mengambil tangan suwah dan menaruhnya di bagian dada.

Tangan suwah sedikit bergetar, merasakan detak jantung chenle yang berdetak dengan kencang.

Under Streetlight✔Where stories live. Discover now