17. Island

5 4 0
                                    

Suwah POV.

Aku mengangkat kameraku sejajar dengan mata, lantas membidik beberapa gambar.

Indah langit senja selalu menjadi favoriteku. Warna jingga yang mengingatkanku tentang ayah yang sangat menyukai warna orange.

Singkat namun bermakna. 

Aku melangkah maju, merasakan dinginnya air pantai yang menyentuh setengah kakiku.

Aku menunduk, memgambil air dan menjatuhkannya kembali.

Hampa.

"Turun dong! Jangan di situ-situ aja! Sini sama gue berenang!" Panggil renata teman sekelasku yang berenang di bawah sana.

Akupun mengangukan kepala, dan berjalan maju sekujur tubuhku seketika basah, rasanya dingin.

"Aaa dingin" Kataku.

"Air pantai itu baguss" ujar renata yang ada di depanku asik merendamkan tubuhnya.

"Yaa gue juga tau! Tapi ini dingin banget nata" kataku masih setia di bawah sini.

"Sekalai-kali, tuh yang lain ada di bawah sini asik-asikan! masa elu di atas doang sendiri" Protesnya.

Aku memancarkan mataku, melihat mereka yang saling menukar tawa memberi rasa hangat walau air terasa dingin.

Ia sempat menoleh ke arahku, aku membalasnya dengan senyum tipis. Namun ia hanya menatapku dengan wajah datar.

langit senja sudah tergantikan oleh langit biru gelap, dengan cahaya rembulan yang menerangiku dari atas sana memberikan rasa hangat.

Aku berjalan menepi ke pinggir pantai dengan memeluk tubuhku yang mengigil, aku merebahkan tubuhku di sunbed lalu mengambil cameraku di dalam tas, dan memotret diriku sendiri yang sedang kedinginan hahaha lucu.

Tanganku bergetar hebat saat memotret Bulan yang ada di atas sana membuat hasilnya menjadi kabur.

Hup.

Hangat, namun hampa.

"Kalau dingin, di hangatin jangan maksa foto-foto gitu! Kalau kamu masuk angin kan repot" Ujarnya, ia duduk di sebelahku sambil menatap lurus ke hamparan pantai.

"Aku juga gak pernah tuh ngerepotin kamu" Jawabku.

"Tapi aku khawatir"

"Aku bukan siapa-siapa di hidupmu"

"Siapa bilang?" Ia dengan cepat menoleh menatap wajahku. Shit jantungku berdetak tak menentu.

"Chenle dan suwah akan menjadi pasangan sejati hahahahah" katanya sambil tertawa Akupun ikut tertawa melihatnya.

Sangat receh.

......

8:38 PM

Setelah makan bersama dengan anak-anak sekelasku, kita semua kembali dengan kesibukan masing-masing, ada yang membakar api unggun dan banyak hal yang menyenangkan

Melepas rasa stress dengan ujian akhir semester.

"Suwah!" Panggil mark.

"Kenapa?"

"Tuhh ayang luu tuh, lagi mengsad di sono" tunjuk mark menggunakan dagunya.

"Bodoamat!"

"Idihh! kemarin aja loe overthinking gegara di diemin, sekarang berlagak bodoamat?" mark memutarkan matanya malas setelah itu ia pergi meninggalkanku.

Aku menghela napas panjang, dan melangkah ke arah chenle dengan tali camera yang bergantungan di leherku.

Aku mendudukan diriku di pasir pantai ini, dan menoleh ke arahnya yang tak menghiraukan diriku yang ada di sebelahnya.

"Kalau ada masalah itu di ungkapkan jangan cuma di pendam" Ujarku sok bijak.

"Suwah...." Lirihnya.

"Aku takut" Ia menoleh menatap mataku, ku lihat dari sorot matanya ada rasa sakit di sana. Yang sulit untuk di ungkapkan.

"Takut kenapa? Hmm?" Tanyaku meyakinkannya.

"I'm scared of loosing you!" Ujarnya setelah itu ia menunduk.

Aku merengkuh tubuhunya dari sebelah, mengusap punggunya dengan lembut ku rasakan airmatanya jatuh menyentuh tangan kananku.

"I'm always here, why you said like that?" Kataku meyakinkannya bahwa aku tetap ada di sini

"Chenle Dont worry"

"Thankss" Ku rasakan detak jantung chenle yang berdetak sangat kencang membuatku panik, juga dengan tubuhnya yang sangat hangat.

Semoga yang selama ini ku pikirkan tidak terjadi terhadap dirinya.

Please god.......

__________________

Maap alayy

Under Streetlight✔Where stories live. Discover now