🪐Prolog🪐

7.5K 863 73
                                    

YEY!
WELCOME TO MY NEW STORY!

KANGEN BANGET NULIS.

SEPERTI SEBELUMNYA, DI CERITA INI ADA ANAK KEMBARNYA. SESUKA ITU SAMA ANAK KEMBAR : )

YUK KAWAL CERITA INI SAMPAI ENDING^^

<><><>

🌌 Happy Reading 🌌

"Bunda, kapan Angkasa sembuh?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Sang bunda hanya menggeleng pasrah sembari menatap salah satu putranya yang terbaring di brankar rumah sakit.

"Bunda nggak tau," jawab sang bunda tersenyum getir.

Alaska Regan Galenza, menatap sendu ke arah saudara kembarnya yang masih saja memejamkan matanya.

Angkasa Raga Galenza, seorang anak laki-laki yang tengah terbaring itu memang memiliki penyakit jantung sejak lahir. Akibatnya, terkadang ia harus dirawat di rumah sakit saat kondisi tubuhnya menurun.

Hal ini juga yang membuat Kania berpikir keras tentang bagaimana cara mendapatkan biaya pengobatan untuk Angkasa. Pasalnya, keuangan keluarga mereka sudah menipis, terlebih perusahaan yang dipegang oleh suaminya tengah berada diambang kebangkrutan.

"Bunda, Alaska mau ke toilet dulu, ya?" pamit Alaska yang membuyarkan lamunan Kania.

"Mau Bunda temenin?"

Anak laki-laki itu menggeleng. "Nggak usah, Bunda. Alaska udah hafal sama jalan rumah sakit ini."

"Bener?" tanya Kania ragu.

"Iya, Bunda."

Setelah itu Alaska pergi meninggalkan ruangan itu.

Kania menatap Angkasa, pikirannya kembali berkecamuk. Namun, tiba-tiba terdengar suara ledakan disusul suara alarm kebakaran rumah sakit yang berbunyi nyaring. Sontak saja suasana di luar berubah menjadi gaduh.

Wanita itu tersadar dan seketika menjadi panik. Ia segera melepaskan alat-alat yang menempel pada tubuh Angkasa dan menggendong putranya.

Saat membuka pintu, asap menyeruak ke seluruh ruangan. Seorang suster menghampirinya.

"Ayo, Bu. Kita harus segera keluar," ucap suster tersebut.

<><><>

Di depan rumah sakit, sudah banyak orang yang berhasil keluar. Namun, petugas kebakaran menduga bahwa masih ada beberapa orang yang berada di sana.

Tubuh Kania menegang kala teringat salah satu putranya. Ia mengedarkan pandangannya, berharap Alaska berada di antara banyaknya orang yang berhasil keluar.

Kania tak menemukan Alaska.

Angkasa yang berada di gendongan kania terbangun dan menatap sekitar dengan bingung.

Kania menurunkan Angkasa dan mendudukkannya di kursi taman.

"Angkasa, tunggu sini. Jangan kemana-mana," pesan Kania.

Lihat Angkasa, Bunda.Where stories live. Discover now