Part 10

103 17 4
                                    

4.b

Happy Reading...

Kalau ada kesalahan penulisan dan semacamnya, Jangan lupa comment ya...

.

Keesokan harinya...

Fay berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah anggunnya, seperti biasa. Rautnya tak menunjukkan riak kelelahan, padahal ia cukup penat dengan pekerjaannya hari ini. Ia selalu bisa mengendalikan ekspresi-ekspresi yang dapat membuatnya tampak lemah.

Fay yang ambisius telah memiliki kemampuan itu sejak masa sekolahnya. Orang-orang tidak akan dapat menebak apapun perasaannya dengan benar, kecuali amarah tentu saja. Untuk urusan itu, Fay lebih suka menampilkan kemarahan lewat tatapannya.

Bicara saat marah hanya akan menyebabkan seseorang kehilangan kendali terhadap dirinya, dan ia akhirnya akan menyesal.

"Ma."

Panggilan seseorang dibelakangnya membuat Fay menghentikan langkah, ia menoleh dan menemukan Abel berjalan menghampirinya, anak tirinya itu masih mengenakan seragam SMA-nya.

Fay menghadapkan seluruh tubuhnya ke arah Abel, gadis itu berdiri tepat di depan mukanya, membuat Fay menyadari bahwa Abel menyaingi tingginya. Berbanding terbalik dengan Farras, gadis itu tampaknya akan pendek seperti neneknya.

"Mama!!!"

Panggilan Abel menyela jalan pikiran Fay, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak memelototinya. Meskipun ia mengakui telah mengabaikan Abel dalam pikirannya, tapi Fay tidak suka dikejutkan seperti itu.

"Hmm? Kenapa? Abel baru pulang?"

Pertanyaan yang membuat Abel tanpa sadar menggaruk kepalanya,

"Hehe. Abel tadi ngajak Zara main."

"Kemana? Udah izin sama tante Shani tadi kan?"

"Udah kok, mama tenang aja. Abel nggak mungkin bawa kabur anak orang gitu aja."

"Bagus kalau gitu. Jadi kemana?"

"Nggak kemana-mana ma. Cuma ke tempat dimana nggak ada mama disana."

Jawaban itu membuat Fay mengerutkan dahi bingung pada Abel, apa dia ingin bercanda sekarang?

"iih mama. Harusnya mama rileks sedikit, Abel padahal udah pilih kata-kata yang kira-kira mencairkan suasana."

"Mencairkan suasana? Yang ada mama kesal mendengar jawaban kamu. Memangnya kemana sih kalian berdua?"

"Bukan berdua sebenarnya ma. Tante Vea juga ikut, pulang sekolah dia ngajak kita makan, terus setelah itu kita ke mall deh sebentar. Cuma muter-muter, terus pulang."

"Terus nggak beli apa-apa?"

"Tante Vea sih mau beliin kita baju tadi. Tapi Zara banyak nggak sukanya, karena dia nggak beli, ya Abel juga nggak dibeliin dong ma." Raut ketidakpuasan Abel terlihat jelas dimata Fay.

"Lagipula kenapa malah bawa Zara beli baju? Kan udah tahu, Zara itu nggak akan bisa memilih apa yang dia mau. Belanja cemilan di warung aja sampai setengah jam, apalagi pergi ke mall." Fay tersenyum kecil mengingat putri dari Shani tersebut.

"Kalau mau membelikan Zara sesuatu, pilih aja sendiri. Dia nggak akan menolak, daripada bingung mengikuti kemauannya yang nggak pasti. Dia sendiri nggak tahu dengan jelas keinginannya."

Fay bicara dengan sedikit nasehat dalam kalimatnya, ia sudah sangat mengerti dengan tabiat Zara, jadi dia tidak akan membuang-buang waktu untuk menanyakan apa keinginan anak itu.

INNOCENT DAUGHTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang