Part 6

102 19 0
                                    

3.b

Happy Reading...

Kalau ada kesalahan penulisan dan semacamnya, Jangan lupa comment ya.

.

.

.

Saat bangun di pagi harinya, Farras sempat agak linglung, ia bingung dan bertanya-tanya dimana ia sekarang. Butuh waktu cukup lama sampai Farras menyadari apa yang terjadi padanya kemarin sehingga ia bisa tidur di kamar asing ini.

Farras mengedarkan pandangan dan tidak menemukan keberadaan Kayla, diatas kasur itu hanya terlihat tali yang sebelumnya mengikat perempuan itu. Dan...

"Hah? Kenapa Farras jadi tidur di kasur?"

Ia sampai terlonjak saking terkejutnya. Sudah pasti ada yang memindahkannya, tapi siapa? Apa mungkin itu Kayla? Kenapa perempuan itu tidak ada lagi disini? Apa dia sudah dilepaskan? Apa itu artinya Farras juga akan dilepaskan?

"Syukurlah kalau gitu, Farras nggak mau tinggal lebih lama disini. Orang-orang di panti nanyain Farras nggak ya?" Farras mengambil napas dan menghembuskannya dengan lega.

Ia melihat jam diatas meja kecil samping tempat tidur, terlihat jam menunjukkan pukul lima lewat sepuluh. Farras masuk ke kamar kecil di kamar itu, ada sikat gigi baru disana, segera saja ia membersihkan diri dan berwudhu.

Farras baru terpikirkan sekarang, di ruangan ini peralatan pribadi sangat lengkap, bahkan ada mukena juga. Ternyata Fay sangat perhatian walaupun yang ia lakukan adalah mengurung orang.

Farras tiba-tiba jadi penasaran lagi, kenapa Kayla dikurung disini? Kemarin dia juga diikat, itu untuk apa? Dan sekarang Kayla juga sudah tidak ada disini. Apa dia baik-baik saja?

Hah, sudahlah. Dibandingkan memikirkan nasib orang lain, Farras harusnya memikirkan dirinya. Waktu berlalu, sudah jam enam, apa yang harus dilakukannya sekarang? Apa ia bisa keluar dari ruangan ini?

Entah kenapa pintu itu jadi kelihatan angker dimata Farras, seolah-olah ia dapat melihat kedatangan Fay yang menakutkkan.

Ketika Farras berpikir dengan putus asa, tiba-tiba sepasang kaki dengan sepatu sport muncul di hadapannya. Ia mendongak kemudian menunduk lagi, ada Fay disana dengan setelan sporty-nya.

Farras memiliki keraguan tentang pendengarannya, kapan dia datang ke sini? Farras tidak mendengar langkah kaki, bahkan suara pintu membuka atau menutup pun tidak, semakin memikirkannya, semakin ia takut.

Kenapa dia seperti hantu? Tapi melihat penampilannya, apa dia dari berolahraga? Jogging?

Sebuah tangan mengangkat dagu Farras, Fay menatap langsung ke matanya dan bertanya,

"Kamu mikirin apa, anak kecil?"

Farras melihat Fay dengan mata berkedip lucu, di depan matanya terpampang wajah lembut dan senyum misterius itu. Untuk sesaat dia terpesona karena kecantikan Fay, tetapi dengan cepat mengalihkan tatapan kemanapun. Ia kesulitan karena Fay masih menguasai wajahnya dengan tangannya yang lembut namun ternyata kuat untuk menahan Farras agar tidak memalingkan wajahnya.

Meskipun sangat singkat, Fay menunjukkan kilatan kegembiraan di matanya. Dia hampir selalu tersenyum, terlihat seperti sangat bahagia. Tetapi bagi Farras tidak begitu, senyum Fay yang mempesona pun adalah sumber ketakutannya.

"Kenapa kamu nggak bicara? Lihat saya, dan ayo bicara." Fay tersenyum lembut dan mendekatkan wajahnya untuk mengamati apapun yang ditampilkan oleh gadis kecil dihadapannya.

Farras melihat wajah Fay yang terlalu dekat, ujung hidung keduanya hampir bersentuhan secara langsung. Hal ini membuat Farras terpaku dan menegang, dia tidak pernah berada dalam jarak sedekat ini dengan siapa pun kecuali almarhumah mama dan keempat kakaknya, bahkan tidak dengan bu Prita. Sadar akan hal ini, Farras reflek mendorong Fay sambil berteriak.

INNOCENT DAUGHTERWhere stories live. Discover now