Part 7

97 17 4
                                    

3.c

Happy Reading...

Kalau ada kesalahan penulisan dan semacamnya, Jangan lupa comment ya.

.

.

.

Fay sedikit sibuk dengan ponselnya selama di perjalanan. Farras yang duduk bersandar ke arah pintu mobil sebenarnya tidak ingin mempedulikan itu. Entah kenapa ia tidak terlalu bersemangat, apalagi Fay ternyata benar-benar ikut mengantarnya.

Tapi pikirannya sedari tadi hanya berkata-kata tentang Fay.

"Apa dia tidak punya kesibukan lain?"

Dari gayanya Farras yakin Fay harusnya bukanlah orang yang biasa bersantai dan memiliki waktu luang untuk sekedar mengantarnya.

"O iya, dia kan punya perusahaan!!!"

"Kenapa Farras bisa melupakan itu?" Bisiknya pelan.

Semuanya terjadi karena ia menghadiri undangan Fay selaku donatur sekolahnya, lalu secara tidak sengaja tersesat dan terkurung semalam di sebuah ruangan seram, di rumah seseorang yang tidak kalah seramnya.

...

Setibanya di halaman panti, Farras hendak langsung turun. Namun Fay menahan tangannya yang sudah hampir membuka pintu mobil. Farras menoleh dan menemukan wajah Fay yang begitu dekat dengan wajahnya, mata mereka bertemu dan saling memandang pada saat yang sama.

Fay kemudian menunjukkan senyum penuh perhatian, membuat Farras tiba-tiba jadi bergidik.

"Kita sudah sampai. Kamu lihat bu Prita di luar sana? Kalau kamu mau dia tiba-tiba mengalami sesuatu yang buruk, bilang saja apa yang terjadi padanya dengan jujur."

Fay bicara untuk mengingatkan Farras, matanya sedikit melengkung ke atas, lalu mundur perlahan keluar mobil. Farras yang awalnya bersemangat melihat Bu Prita, tatapannya tiba-tiba menjadi kosong. Ancaman Fay tadi rasanya mampu meluruhkan tenaganya.

Tubuhnya masih menghadap ke arah yang sama, dan kemudian terlonjak saat Fay ternyata sudah membukakan pintu mobil untuknya. Ia hanya menurut ketika Fay menarik tangannya dan membawanya ke hadapan bu Prita yang sudah menanti di halaman tidak jauh dari tempat mobil yang membawa mereka diparkir.

Farras melihat ke arah tangannya yang sedang digenggam oleh Fay. Ia sudah merasa tidak baik-baik saja sejak kata pertama dikeluarkan Fay untuknya kemarin. Dan sekarang dengan ancaman halus Fay barusan, ia kehilangan kata-kata dan minat untuk pengaduannya pada bu Prita atas apa saja yang sudah ia dengar, ia lihat dan ia alami.

Farras sungguh tidak memiliki keberanian untuk membantah Fay. Bahkan sejujurnya, sepanjang ingatannya, Farras tidak pernah memiliki keberanian untuk melawan apapun yang membuatnya takut. Apakah itu teman masa kecilnya, teman sekolahnya, orang-orang yang tidak sengaja mengintimidasinya, bahkan kemarahan kecil bu Prita.

Farras tidak punya kekuatan untuk membela dirinya, sejatinya tidak punya, ia tidak pernah diajarkan dan dibentuk untuk itu. Yang ia rasakan selama perkembangannya sebagai kanak-kanak, sebelum akhirnya tinggal di panti, adalah masa penuh kasih sayang, tanpa sedikit pun bahaya mengancam.

Sejak pertama ia datang kesini pun, bu Prita bagaikan malaikat pelindungnya. Di panti ini, Fay tidak pernah melakukan apapun untuk membela dirinya. Saat ia bermasalah dengan teman di panti, ada bu Prita yang menjadi orang terdepan menyelesaikan masalahnya.

Saat ia bermasalah di sekolah, selalu ada teman seperti Sisi yang menjadi penjaganya dari serangan teman-teman yang ingin membullynya.

Orang-orang selalu membela Farras karena dia tidak pernah mencari masalah, dan tentunya memang terlihat lemah dan rentan untuk membela dirinya sendiri.

INNOCENT DAUGHTERHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin