53. Harga

11.8K 2.4K 1.5K
                                    

Milly mengemudikan mobilnya dengan tenang, melewati jalan demi jalan sampai tiba-tiba ponselnya berdering nyaring, ia sedikit menunduk untuk meraih benda pipih persegi panjang itu dan saat ia kembali menegakkan tubuhnya, seorang anak laki-laki penuh luka berdiri di depan.

Wanita itu berusaha sekuat tenaga menginjak rem sayangnya itu semua tak dapat dikendalikan hingga kecelakaan pun tak terelakkan terjadi.

Milly panik. Ia keluar mobilnya dengan tergesa, tubuhnya menegang sempurna melihat tubuh anak laki-laki itu di seberang jalan terbaring tak berdaya.

Ia berlari menghampiri tubuh itu dengan tubuh gemetar hebat, jiwanya seperti meninggalkan raganya saat melihat wajah anak laki-laki yang ditabraknya adalah putranya sendiri.

"Emillio," panggilnya pelan dengan air mata bercucuran.

"Emillio!" teriaknya membawa kepala anak itu ke pangkuannya. "Emillio maafkan Mama. Maafin Mama!"

Jalan kala itu sangat sepi hingga berteriak pun tak ada yang mendengar.

"Emillio buka matamu, Mama bilang buka matamu!" Isak Milly histeris.

Emillio membuka matanya dengan napas tersenggal, darah tak berhenti mengaliri pipi kanannya. Ia menatap dalam retina mata ibunya. Terbatuk hebat mengeluarkan darah yang sangat banyak dari mulutnya hingga mengotori gaun mahal ibunya.

"I-ini ya-ng Mama mau 'kan?" tanyanya dengan napas terdengar semakin berat.

Air mata ikut turun dari pelupuk matanya. "Aku a-akan mengabulkannya, Ma."

Milly menggeleng hebat dengan tangis semakin keras.

"A-aku hanya dosa masa lalu Mama yang membuat kalian malu," kata anak itu susah payah.

"Kalau aku pergi, Mama bisa puas, kan?"

"Apa yang kamu bicarakan? Hentikan omong kosong mu! Tidak ada seorang ibu yang menginginkan kepergian anaknya di dunia ini! Kenapa kamu berbicara seperti itu sama Mama, Emillio?" Milly memeluk tubuh lemah itu erat.

Tangisnya semakin menjadi saat suara Emillio berubah seperti bisikan di telinganya.

"T-tugasku untuk melindungimu sudah selesai, Ma." Milly merasakan tangan dingin putranya menggenggam tangannya. "Mama punya Rico sekarang."

"Aku harap Mama selalu bahagia di mana pun Mama berada."

Tangan anak itu terkulai di detik di mana Milly tak lagi bisa merasakan detak jantungnya. Karena itu, Milly menggila, terus menerus memanggil nama putranya.

"Emillio!" teriaknya terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin di mana-mana dan napas tersenggal seperti orang yang baru saja berlari jauh.

Milly tak tahu apa yang terjadi. Namun, ia hanya ingin menangis sekarang.

Suara bell terdengar berbunyi nyaring, ia melihat ke dinding, pukul 7 malam. Milly menghapus kasar air matanya, membenarkan penampilannya lalu turun menuju pintu utama membukakan pintu.

Ketika pintu terbuka, ia cukup terkejut melihat senyum cerah kekasih putranya.

"Kok Tante diam aja sih? Enggak nawarin aku masuk gitu? Di sini dingin loh Tan" Zetta merengut lucu membuat Milly tersadar dari lamunannya.

"Ah iya, maaf. Ayo masuk," ucap Milly.

"Enggak penasaran kenapa aku tumben datang kemari?" tanya Zetta saat mereka menuju ruang tengah.

Milly mengerjap beberapa kali. "Kenapa?"

"Ish Tante gak usah canggung gitu dong." Zetta memanyunkan bibirnya beberapa centi. "Aku tahu sekarang sifat kaku Leo nurun dari siapa."

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang