51. Kecelakaan

10.7K 2.4K 1.2K
                                    

Emillio menatap kertas yang dulu diberikan Darko padanya. Semua permasalahan muncul bersama ibunya karena pria itu maka jangan heran kalau sekarang Emillio pergi ke kantor polisi dan memberitahu bahwa buronan seperti Darko tinggal di mana yaitu tempat di mana dulu pria itu mengajak nya bertemu.

Setelah selesai, ia menghampiri kekasihnya yang sudah menunggu di dekat sepedanya.

"Udah?" Zetta langsung bertanya yang dibalas anggukan kecil Emillio. Zetta benar selama ini, setelah menceritakan semua yang ia rasakan pada gadis itu, Emillio setidaknya merasa beban yang ia pikul lebih ringan.

"Leo," panggil Zetta dibelakang yang hanya dibalas deheman oleh Emillio yang fokus mengayuh pedal sepeda.

"Besok hari apa?" tanya Zetta pelan.

"Kamis," jawab Emillio cuek. Tanpa Zetta tahu, laki-laki itu tersenyum.

"Ish." Zetta kesal karena ketidakpekaan laki-laki itu. "Tanggal? Bulan?"

"Iya, Ta, iya. Besok hari ulang tahun kamu," balas Emillio yang membuat Zetta tersenyum lebar dan dengan girang memeluk pinggang laki-laki itu.

"I love you," ucapnya yang dibalas tawa kecil Emillio.

Emillio menghentikan sepedanya hanya untuk berbalik menatap wajah cantik Zetta. "Kamu mau apa dari aku?"

"Itu urusan kamu," balas Zetta. "Berjuang dong buat tahu aku sukanya apa."

"Nanya sama orangnya langsung bukannya termasuk berjuang?"

"Mana ada!" Kesal Zetta yang lagi-lagi membuat Emillio tertawa. Entah mengapa hari ini laki-laki itu terus tertawa untuk hal-hal kecil dan juga ... beberapa kali Emillio menatap dalam juga lama dirinya.

Apa hanya perasaan Zetta saja kalau hari ini Emillio agak berbeda?

"Aku maunya disayang-sayang sama Leo." Zetta mengedipkan matanya beberapa kali yang justru membuat Emillio bergidik ngeri.

"Kayak Tante-Tante, Ta."

Lengan Emillio dicubit kuat. "Masak bilang pacarnya sendiri kayak Tante-tante?"

Emillio tak menimpali, lebih tepatnya menghindari perdebatan panjang jika ia melawan.

Ia lebih memilih turun dari sepeda dan menarik tangan Zetta.

Akar kayu besar yang muncul ke permukaan tanah yang mereka lewati membuat kaki Zetta tersandung dan berakhir gadis itu mengeluarkan umpatan karena kesal. "Anjing."

Emillio terkejut dan menoleh ke belakang. "Cantik, gak boleh ngomong kasar."

Zetta lebih terkejut lagi akan ucapan manis pacarnya. Ada apa dengan si cuek dan si kaku Emillio?

Ditatap tajam Zetta membuat Emillio kembali tertawa kecil seraya bertanya. "Kenapa sih?"

"Kok beda?" bingung Zetta.

"Apanya?" tanya Emillio.

"Aku lagi berusaha jadi cowok yang bisa bikin kamu senang loh, Ta ini," kata Emillio membuat Zetta mengerti terlebih saat laki-laki itu melanjutkan, "Selama ini kan sering bikin kamu nangis."

Zetta tersenyum akan ketulusan yang berusaha diberikan kekasihnya.

"Cewek kan suka banget dipuji," tambah Emillio.

Zetta meraih lengan tangan Emillio untuk dipeluk erat kemudian mengambil potret mereka berdua dengan senyum lebar.

Sementara di sisi lain, Milly berdiri di depan kamar Rico sembari tak henti memohon dengan tangis.

"Meskipun kamu enggak lahir dari rahim Mama, Mama menyayangi mu melebihi apa pun di dunia ini, Rico. Buka pintunya sayang," isaknya.

Di balik pintu, Rico menghapus kasar air matanya. Ia kasihan pada Emillio malam itu, ia pikir hidup Emillio sangat menyedihkan tetapi setelah mendengar ucapan ayahnya ternyata hidupnya jauh lebih menyedihkan.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang