27| Kedudukan tertinggi

16.7K 3.3K 830
                                    

Suasana di sana amat menegangkan. Zetta tak berhenti menangis sementara Dareen terus mengikuti istrinya yang dimasukkan ke dalam ambulan. Baru saja ia akan menemani sang istri yang sudah terbaring tak berdaya, mata Dareen terpaku pada kaca ambulan di sana ada pentulan dari satu-satunya kendaraan yang tak mengerim mendadak saat Milly nekat menyebrang jalan barusan. Sosok pria tua yang selama ini berperan besar pada penderitaan anaknya semasa kecil, Pak Tarjo.

Kemudian, dari Pak Tarjo berdiri dekat mobilnya sosok pria bertopi lainnya tersenyum miring kemudian memasuki mobil butut yang digunakan untuk menabrak Milly dan Emillio tadi.

Darko melambaikan tangan saat orang-orang mulai menyadari dirinya adalah pelaku di sana. Maka, saat banyak orang mulai berlarian mengejar, segera saja ia melajukan mobil bututnya kencang pergi dari sana dengan tawa.

*

Emillio melindungi Milly. Itulah yang terjadi. Mengorbankan nyawanya sendiri untuk wanita yang mencoba membunuhnya berulang kali bahkan saat ia masih menjadi janin dalam kandungan.

Semua itu benar-benar membuat Milly nyaris gila. Dari saat ia sadar, matanya perih karena terus mengeluarkan air. Namun, itu semua tak mengurangi sedikitpun rasa sakit di hatinya.

Pintu kamar rawatnya terbuka menampilkan Dareen. Milly tak bisa bergerak karena kaki dan tangannya terikat sebab ia tak berhenti mengamuk semenjak sadar.

Sekarang, ia hanya bisa menatap kosong langit-langit kamarnya. Air matanya senantiasa turun membasahi bantal yang ia gunakan.

"Dia baik-baik saja," ucap Dareen membuka suara dan tak menyangka perkataan dusta dengan niat menenangkan itu malah semakin menyulut emosi sang istri.

"Berhenti membohongiku!" teriak Milly, suaranya serak. Wanita itu lagi-lagi terisak hebat. "Semenjak aku menyadari dia tumbuh dalam tubuhku, aku selalu membencinya."

Suaranya berubah memelan syarat akan luka yang amat dalam. "Aku bersumpah aku membencinya apalagi saat kamu pergi meninggalkan kami tanpa rasa tanggung jawab."

"Dia aib, dia dosa yang harus ku hapus, dia adalah dalang kehancuran hidupku. Aku gak pernah ingin dia ada di dunia ini, aku selalu ingin dia mati," lanjut wanita itu. "Dulu."

"Tapi, saat dia selamat dari segala usaha untuk membunuhnya, memilih bertahan dan lahir dengan sehat. Tangisannya, tatapannya padaku untuk pertama kali." Milly berujar bergetar. "Dia adalah alasan aku harus bangkit. Satu-satunya orang yang menemaniku di masa-masa terburuk hidupku. Bayiku."

Dareen merunduk, memeluk erat istrinya yang terbaring tak berhenti menangis.

"Kita yang salah. Nafsu sesaat kita gak seharusnya bikin dia yang gak berdosa menderita." Milly mencengkram kuat lengan Dareen melampiaskan rasa sakit yang dia rasa. "Dia gak pernah minta dilahirin jadi gini."

"Bahkan setelah sekian lama dia menderita, dia datang pada kita. Aku tetap menyalahkannya saat dia mencoba melindungi harga diriku sebagai Ibunya. Aku lagi-lagi hampir membunuhnya ta-pi dia membalasku dengan cara terus menyelamatkan nyawaku. Tanpa sadar, putraku diam-diam selalu melindungiku." Milly tak bisa bersuara lagi karena tangis. "To-long se-lamatkan dia. A-aku bi-sa mati kalau di-a sa-mpe kena-pa-napa, Reen."

*

Perlahan, ia membuka masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya kemudian, kakinya yang terlapisi perban terjulur ke bawah menapaki lantai dingin.

Darah menetes ke lantai saat ia mencabut paksa selang infusnya. Berjalan tergopoh-gopoh pergi dari sana sesekali terhuyung karena tak bisa menjaga keseimbangan disebabkan tubuhnya masih sangat lemah.

Ketika ia terjatuh di dekat pintu ruangan itu, seseorang yang baru masuk terkejut.

"Leo!" pekik Zenna panik sembari menunduk dan saat matanya bertemu dengan mata sayu Emil, laki-laki itu membekap mulutnya.

EMILLIOWhere stories live. Discover now