14| Ikatan batin

16.9K 3.9K 2.5K
                                    

Rico membuka pintu utama rumah besarnya disambut sang Ibu yang tengah bersedekap dada menatap dirinya tajam.

"Berhasil dikeluarin dari sekolah?" tanya Milly__Ibu Rico dengan dingin. Bunyi ketukan high heels yang beradu dengan lantai begitu memekakan telinga ketika wanita yang menggunakan gaun berwarna cream itu berjalan.

"Apa pernah Mama ngajarin kamu buat nyakitin orang lain di luar sana?" Milly menarik kasar tangan Rico membuat empunya berdecak. "Kamu tahu enggak, reputasi Mama hancur karena viralnya video kamu itu!"

"Jangan khawatir, Ma. Papa lagi beresin semuanya. Dia gak pernah ngecewain kita," balas Rico santai yang langsung dihadiahi tamparan di wajahnya.

Laki-laki itu meradang. Ia menatap sang Ibu tajam. "Ma!"

"Apa?" balas Milly dengan nada suara tak kalah tinggi. "Bisa enggak kamu jangan bikin pusing sehari aja? Baju-baju yang kemarin kamu beli kemana?"

Rico memalingkan wajah. Selalu saja. Ibunya dan sang Ayah sangat berbeda. Milly kerjaannya marah-marah sementara Dareen Ayahnya, sekalipun ia membuat masalah besar pasti selalu memihaknya.

"Kemana Erico?" Milly lagi-lagi berteriak membuat Rico mengepalkan tangan.

"Dipinjem temen," jawab anak itu kesal. "Gak mungkin aku minta balikin kan, Ma?"

"Terus kamu mau beli lagi?" Milly kembali bersedekap dada. "Beli dipinjem temen dan malu minta dibalikin. Kamu pikir belinya gak pake uang?"

"Sampul majalah yang ada foto Mama selalu laku di pasaran terus Mama juga bikin impact besar buat banyak iklan. Banyak yang mau bayar Mama buat jadi model mereka. Mama punya banyak uang masa sama anak sendiri perhitungan?" Rico berjalan pergi dengan tergesa-gesa tak mau lagi berdebat dengan ibunya. Bahkan, ia mengabaikan dan memilih berlari menaiki anak tangga saat Milly berteriak, "dan kamu penyebab Mama hampir kehilangan banyak job, Rico!"

"Kan aku udah bilang, kamu stop kerja biar aku yang kerja," sahut Dareen tiba-tiba masuk rumah sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

Milly berkacak pinggang, menatap sang suami tajam. "Temukan dulu putraku baru kamu boleh ngasih saran."

Dareen meneguk ludah kasar tetapi saat Milly mulai mengatur napas yang memburu, segera saja ia memeluk tubuh wanita itu dari belakang.

"Aku masih berusaha. Jessika ketemu, anak kita bakal ketemu. Aku janji." Dareen berusaha menenangkan istrinya.

Tetapi, Milly melepaskan diri dengan kasar dari pelukan suaminya. "Bulshit!"

"Sudah puluhan tahun, apa ada kemajuan?" Setetes liquid bening jatuh ke pipinya. "Aku bahkan sekarang gak tahu, dia masih hidup apa enggak."

"Kamu selalu bilang, tenang, dia akan ketemu, dia baik-baik saja, Jessika bersamanya dan pasti menjaganya," oceh Milly sembari mengepalkan tangan. "Kamu tahu apa yang dulu Pak Tarjo bilang sama aku?"

"Anak anda tumbuh dengan baik. Kami memberikannya fasilitas lengkap dan mewah, kami membahagiakannya tapi apa? Di belakangku mereka menyiksa anakku!" isak Milly dengan tubuh gemetar hebat. Dareen menariknya ke dalam pelukan, sama sekali tak bisa membayangkan seandainya Milly tahu perlakuan Ibunya Jessika pada anak mereka. Mungkin, wanitanya sudah gila sekarang.

"Aku hidup mewah di sini sementara di luar sana, aku gak tahu hidup anakku kayak gimana. Ibu macam apa aku?"

Dareen mengusap lembut punggung sang Istri. Jika sudah menyangkut anak mereka yang sampai sekarang belum ditemukan, Milly selalu sensitive.

Milly melepas pelukan seraya menghapus air matanya, ia mundur beberapa langkah. "Aku harus ketemu sama Mbak Mella."

"Biar aku antar," ujar Dareen diangguki setuju oleh istrinya itu.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang