***

Masa yang sangat menyakitkan bagi Nathalla hadir.

"Ayo berangkat sekarang!" cerca Papa.

"Iya Pa," jawab Ardhito.

Semua turut mengantarkan putra Tatjana itu ke bandara. Pertemuan terakhir untuk beberapa minggu, oh bahkan beberapa bulan ke depan. Tak dapat di pungkiri, baik Bumi, Nathalla, Tatia mau pun Dria sekali pun tidak ikhlas jika Ardhito harus pergi.

Papa terlalu egois, kecam Ardhito dalam batinnya.

Mau bagaimana lagi? Ambisi sang Papa terlalu besar. Ardhito lah harapan Abrar satu-satunya bagi kelangsungan karir dan nama baik Keluarga Prakasa. Sebagai anak sendiri, Ardhito merasa Ia tak dapat membalas jasa-jasa mulia sang Papa, maka dari itu Ia menuruti segala keinginan dan ambisi Abrar.

Dan bodohnya Ia baru merasa terkuasai saat ini. Saat dimana beberapa menit lagi Ia akan terbang ke Singapura, melangsungkan segala keinginan sang Papa.

Mama, Bumi sudah berhasil kan bikin Papa bangga? Tapi Bumi sakit Ma, menolog Ardhito dalam hati. Seolah berbicara kepada sang Mama yang telah tiada.

Dalam perjalanan Ardhito hanya diam sembari terus mengarahkan matanya keluar, sama seperti Nathalla.

Sama-sama tidak ikhlas.

Itu yang mereka rasakan. Ardhito tidak ikhlas meninggalkan Nathalla, dan Nathalla yang tidak ikhlas di tinggal Ardhito.

Mau bagaimana lagi? Semua telah terjadi bukan? Tidak ada yang bisa Ardhito lakukan selain menyetujuinya. Tidak ada hal yang bisa Ia lakukan untuk membatalkan semua yang telah terlaksana ini.

Dalam batin masing-masing berdo'a, agar kedepannya kisah mereka indah, kekal abadi nan jaya.

Malah lagu, AUTHOR YG CANTUEQQ NYA KEBAGETAN, KEDADAKAN, KETERLALUAN.

Tak terasa lamunan menghasut keduanya. Kini mobil yang di kendalikan oleh Abrar telah sampai pada bandara.

"Mito," ucap Nathalla lalu menangis. "Mito beneran pergi ya?" sambungnya.

Mito memeluknya. "Bisa ya sayang," ujar Ardhito untuk menguatkan Nathalla.

"Mito baik-baik ya. Kalau ada yang lebih cantik dan sempurna dari Na, jangan tinggal Na gitu aja ya," kata Nathalla.

"Engga sayang," seru Ardhito. Kemudian Ia melepas pelukannya pada Nathalla, melangkah ke arah Tatia.

"Tia baik-baik ya. Sekolah yang bener. Tia kan mau kelas 3, banyak belajar ya dek. Jagain Kak Thalla," pesan Ardhito.

Tatia mengangguk. "Pasti Bang. Rumah bakal sepi kalau lo pergi. Jaga diri lo baik-baik ya Bang. Selalu sama Kak Thalla," ujar Tatia di angguki Ardhito.

Ardhito beralih pada Bunda. Wanita yang susah-payah membesarkannya. "Bunda, Bumi minta do'a ya nda. Bumi minta do'a restu Bunda. Tolong anggep Nathalla kaya Tatia ya nda. Terimakasih sudah mau membesarkan Bumi. Rukun-rukun sama Papa, " pesannya untuk sang Bunda.

Bunda mengangguk dengan air mata yang sudah tak mampu terbendung lagi. "Jaga diri kamu baik-baik ya sayang. Do'a dan restu Bunda menyertai kamu selalu. Bunda akan memenuhi permintaan kamu. Cepat lulus anak laki-laki Bunda, cepat kembali. Kami semua akan merindukan kamu sayang," ucap Bunda.

Ardhito mendekap sang Bunda sekali lagi. "Bumi bersyukur punya Bunda. Tetap jadi Bundanya Bumi. Bumi sayang Bunda," ujar Ardhito.

"Bunda juga sayang Bumi. Jadi anak yang baik ya sayang. Bumi harapan Bunda, Papa dan Mama. Bawa nama baik Keluarga Prakasa," pesan Bunda di angguki Ardhito. "Pasti nda."

Kini giliran Ardhito mendekati sang Papa. "Pa, terimakasih atas segala yang Papa lakukan untuk Bumi. Bumi sayang Papa. Jaga Bunda, Tia dan Nathalla ya Pa. Kalau Bumi saja bisa memenuhi keinginan Papa, Papa juga harus bisa memenuhi keinginan Bumi. Bumi minta do'a dan restu Papa," ujarnya di angguki sang Papa.

"Iya Mi. Makasih sudah mau menuruti keinginan Papa. Jaga nama baik Keluarga Prakasa ya nak. Papa menaruh harapan besar pada kamu. Baik-baik di sana, cepat selesaikan pendidikanmu!" pesan Papa Abrar di angguki Ardhito.

"Sebentar lagi pesawat berangkat. Bumi pamit. Jaga diri kalian baik-baik," seru Ardhito lalu memeluk Nathalla, Tatia, Bunda dan Papa secara bergantian.

"Love you Na."

"I love you more To. Terus kasih kabar," ucap Nathalla terakhir.

Ardhito berjalan. Langkahnya lambat namun pasti kepergiannya. Nathalla menatap punggung sang pacar lesu.

Bohong kalau Nathalla ikhlas.
Bohong kalau Nathalla menerima.
Bohong kalau Nathalla tidak sakit.

Nathalla sedang tidak baik-baik saja. Ia butuh Ardhito, pusat kehidupannya.

***

CEILAH BUCINN

AKHIRNYA ARDHITO PERGI JUGA, SEMAKIN CEPAT CERITA INI MENDEKATI GOLDEN SCEENE

JANLUP SHARE CERITA INI YA GUYS YA, YA SENGKU YA?

YA? YA? YA?

YA DONG

/MAKSA BENER

JANGAN LUPA VOTE!!

TERIMAKAZII!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KOMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang