40: Pergi

34 9 5
                                    

Titik tertinggi kita mencintai seseorang ialah mengikhlaskan
-Nathalla Kenz Vitalia

Esok merupakan hari penerbangan Ardhito ke Singapura. Hari yang tentunya sulit di ikhlaskan untuk sang kekasih, Nathalla.

"Berarti ulang tahun Na kita ldr dong," keluh Nathalla.

Ardhito tersenyum sembari mengacak halus puncak kepala Nathalla yang tertutup hijab. "Kan aku bisa pulang Na," serunya.

"A tapi ga seru kalo ga ada Mito!"

"Makannya Na do'ain, biar Mito di sana cepet selesai kuliahnya, cepet balik ke Indo, terus kita nikah," ujar Ardhito dengan senyum yang selalu Ia pancarkan.

"Na do'ain terus kok, tenang aja!" seru Nathalla.

"Pinterr!!" puji Ardhito sembari menarik Nathalla ke dalam pelukannya.

"Mito sangat kali seribu juta triliun kubik mencintai Na," ucap Ardhito.

"Na juga!"

"Juga apa?" tanya Ardhito.

"Juga mencintai Mito sangat kali seribu juta triliun kubik," jawab Nathalla.

Ardhito terkekeh.

"Mito nggak sabar buat cepet lulus. Terus nikah sama Na," ujar Ardhito.

"Na juga! Na mau habiskan seluruh sisa hidup Na bersama Mito! Kita bahagia bareng ya Mito!" seru Nathalla.

Ardhito tersenyum. "Iya sayang," jawabnya lembut.

*gini amat ngontrak di bumi
-ila

"Hoamm" Nathalla menguap.

"Ck Ck Ck!! Anak kecil udah ngantuk?" tanya Ardhito yang gemas pada sang kekasih.

Nathalla mengangguk. "Na balik ya!! Bye!" pamitnya pada Ardhito.

Ardhito mengangguk. Ia menatap punggung Nathalla yang berjalan gontai ke arah kamar Tatia.

"Aku nggak pernah tau bakal bisa tanpa kamu atau enggak Na," ujarnya lalu kembali ke kamar.

***

Di esok hari, pukul 6 pagi Nathalla, Tatia dan Bunda sedang berada di dapur. Fokus akan pekerjaan mereka saat ini.

"Thalla siap kan?" tanya Bunda.

"Kayanya tanpa Thalla jawab Bunda udah tau deh," jawab Nathalla.

Bunda terkekeh. "Anak kuat harus siap!" ujar Bunda mantap.

Nathalla mengangguk serta tersenyum. "Nggak akan mudah Bun," serunya dalam batin lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.

Beberapa menit berlalu, Bunda Tatia dan Nathalla telah selesai berkutat dengan pekerjaannya di dapur.

"Alhamdulillah," ujar Bunda pasca duduk di meja makan.

"Akhirnya, Papa bangga sama kamu Mi! Kamu memang anak yang baik!" puji Papa.

Ardhito hanya tersenyum formalitas.

Setelahnya acara makan pagi di mulai dengan khidmat. Tak ada lagi potongan kata yang terucap. Hanya ada alunan suara garpu dan sendok yang tengah beroprasi saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KOMA [ON GOING]Where stories live. Discover now