15/15

1K 131 86
                                    


Joanna sedang berjalan cepat menuju jalan raya. Dengan keadaan kedua mata yang sudah sembab karena tertutup air mata. Sebab sakit hati pada suaminya yang lebih membela Miranda daripada dirinya. Bahkan sampai tega menamparnya di depan si wanita.

"BAJINGAN! JADI KEBAIKANMU SELAMA INI HANYA PURA-PURA SEMATA? MANA MR. RIGHT YANG SELALU MEMPERLAKUAKANKU DENGAN BAIK DAN BENAR!? BAJINGAN! SEMUA LAKI-LAKI SAMA SAJA! TIDAK ADA YANG BISA DIPERCAYA!"

Gerutu Joanna sembari berjalan cepat. Karena dia berniat mencari taksi yang lewat. Kemudian menginap di hotel terdekat. Sebab tubuhnya sudah terasa berat dan kakinya sudah bengkak seperti biasa.

"Bu Joanna mau ke mana malam-malam seperti ini?"

"Ada urusan mendesak, Pak. Bisa tolong berhentikan taksi yang lewat di depan? Saya sudah tidak kuat jalan."

Ucap Joanna pada security yang berjaga di pintu masuk perumahan yang ditinggali sekarang. Beruntung rumahnya dekat pintu keluar sehingga dia tidak perlu berjalan lebih jauh untuk menuju jalan raya.

Security tadi langsung lari ke jalan raya, lalu mengehentikan salah satu taksi yang lewat. Sebab depan pintu masuk perumahan memang langsung jalan raya besar yang selalu banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Saya bantu, Bu!"

Seru security tadi. Karena dia cukup mengenal Joanna dan Jeffrey dengan baik. Apalagi kalau bukan karena Joanna yang sering bagi-bagi makanan di malam hari. Ketika dia mengidam dan ingin makan ini itu dalam satu hari. Alhasil banyak makanan yang tersisa setiap hari.

"Terima kasih!"

Seru Joanna sebelum pintu taksi ditutup dari luar. Sebab Joanna benar-benar sudah merasa sakit semua. Di sekujur tubuhnya. Dari kaki hingga kepala.

"Mau ke mana, Bu?"

Tanya supir taksi pada Joanna. Karena sejak tadi Joanna hanya diam sembari menunduk guna melepas sepatunya. Sepatu hak tinggi yang kini masih berusaha dilepas karena kakinya bengkak.

"Ke hotel terdekat, Pak!"

Taksi langsung melaju pelan. Sebab jalanan masih macet sekarang. Membut Joanna semakin gelisah karena rasa mulas tiba-tiba dirasakan. Bahkan, celana dalamnya juga mulai basah. Membuatnya takut jika mengotori kursi penumpang.

"Pak, saya sedang hamil dan saya sepertinya mengompol saat ini. Tolong nanti dibersihkan sebelum mencari penumpang lain. Nanti saya beri tip, terima kasih."

"Iya, Bu. Tidak apa-apa. Saya sudah terbiasa membawa wanita hamil. Ini, kandungan Ibu sudah berapa bulan?"

"Tujuh bul---an. Pa---k, tolong berhenti di rumah sakit terdekat! Saya sudah tidak tahan!"

Seruan Joanna membuat si supir panik. Apalagi jalanan tidak lenggang saat ini. Membuat mereka tidak bisa lekas tiba di rumah sakit.

Sedangkan di kursi penumpang, Joanna sudah panik. Sebab terlambat menyadari jika yang baru saja keluar adalah air ketuban, bukan air kencing.

6. 30 AM

Joanna baru saja membuka mata dan orang pertama yang dilihat adalah Liana yang sudah menangis di sampingnya. Entah karena apa. Membuat Joanna semakin panik karena tidak menemukan bayi di sekitarnya.

Ditambah, perutnya sudah rata sekarang. Membuat perasaan takut semakin melanda. Apalagi Liana sedang menangis di sampingnya.

"Bayiku mana, Bu?"

Tanya Joanna dengan suara serak. Membuat Liana tersenyum lega namun masih belum berhenti menangis juga.

"Bayimu baik-baik saja. Kamu tenang saja. Istirahat. Sekarang kamu mau apa? Minum? Makan?"

MR. RIGHT [END] Where stories live. Discover now