14/14

666 135 153
                                    


Joanna sudah membaca pesan Jeffrey. Namun dia tidak membalasnya sama sekali. Dan justru lebih memilih mematikan ponsel sejak selesai makan siang hingga matahari tenggelam seperti saat ini.

"Bu Joanna tidak makan?"

Tanya Yusuf yang saat ini sedang duduk di samping Joanna. Berhadapan dengan Clara. Karena dia memang cukup dekat dengan Joanna pasca dua bulan bekerja. Maklum saja, ini karena dia yang harus menggantikan Joanna jika resign kerja.

"Tidak. Aku masih kenyang."

Ucap Joanna sembari meminum jus alpukat yang dipesan. Kemudian menatap sekitar. Takut jika Jeffrey datang dan menghancurkan acara perpisahannya. Karena bagaimanapun juga Joanna masih merasa bersalah atas insiden sebelumnya. Sebab telah membeberkan rahasia besar Miranda pada semua orang di kantornya.

Satu jam berlalu dan Joanna pamit pulang terlebih dahulu. Tentu saja naik taksi setelah membayar seluruh tagihan yang dihabiskan untuk makan malam mereka saat itu.

Ceklek...

Joanna langsung memasuki rumah dan menatap keadaan sekitar yang sudah berantakan sekarang. Piring dan gelas pecah. Isi bantal sofa berhamburan dan jangan lupakan layar televisi yang sudah pecah dan berlubang di bagian tengah.

"Jeffrey..."

Panggil Joanna dengan nada takut. Sebab dia memang merasa takut. Takut jika pria itu marah besar padanya karena insiden itu.

Prang...

Joanna langsung terlonjak. Jantungnya juga bagai jatuh ke kaki sekarang. Sebab baru saja melihat Miranda yang sedang menuruni tangga dan melempar beberapa botol skincare mahal yang selama ini telah disimpan rapi di rak meja rias depan ranjang.

"Miranda! Berhenti!"

Pekik Jeffrey dari belakang. Dia tampak ingin mencegah Miranda yang ingin melempar botol toner berbahan kaca pada Joanna. Berusaha mencegah dengan sekuat tenaga. Sebab Jeffrey tidak ingin Joanna dan anaknya terluka. Meksipun dia tahu jika istrinya yang memancing amarah Miranda.

"Jangan lempar! Aku minta maaf. Aku tidak mengajari istriku dengan benar! Aku---"

Prang...

Miranda melempar botol toner kaca di ujung tangga. Membuat benda itu pecah tidak tersisa dan hampir saja mengenai Joanna yang sedang berdiri tegang di bawah sana

"SUDAH KUBILANG INI BUKAN SALAHMU! TAPI SALAH ISTRI TIDAK TAHU DIRIMU ITU! SEKARANG, SILAHKAN ANGKAT KAKI DARI RUMAH INI! KALIAN SEMUA, TIDAK AKAN KUBIARKAN MENJADI PARASIT DI KELUARGAKU LAGI!"

"Miranda, tolong jangan seperti ini. Aku mohon, aku akan meninggalkan rumah ini. Tapi tidak dengan meninggalkan posisiku sebagai wakil Pak Louis. Aku memiliki tanggung jawab untuk---"

"AKU TIDAK PEDULI! KAU DENGAR SENDIRI TADI? KALAU PAPA AKAN MEMBIARKAN AKU MENGERUS INI! SETELAH ISTRIMU INI MEMBEBERKAN AIB KELUARGAKU PADA ORANG KANTOR DI KANTIN TADI! AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN KALIAN! KECUALI JIKA DIA BERLUTUT DAN MEMOHON AMPUN DI DEPANKU SAAT INI!"

Jeffrey tampak kalut sekarang. Dia menatap Joanna dan Miranda bergantian. Sebab tidak mungkin jika dia meminta istrinya berlutut ketika sedang hamil besar.

Dengan cepat, Jeffrey langsung menuruni tangga. Berdiri di depan istrinya dengan raut marah. Sebab dia kecewa pada istrinya yang telah kelepasan berbicara sebelumnya.

"Minta maaf! Jangan membuat keadaan semakin runyam!"

Dibentak demikian, Joanna langsung mengepalkan kedua tangan. Menatap Jeffrey dan Miranda bergantian. Seolah memang sedang menyimpan dendam pada mereka.

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMINTA MAAF PADA WANITA JALANG ITU!"

PLAK....

Iya. Jeffrey menampar Joanna. Menampar istrinya yang sedang mengandung darah dagingnya. Di depan perempuan yang sedang bermusuhan dengannya.

Joanna langsung meluruhkan air mata. Kemudian mundur satu langkah. Agar bisa menatap lebih jelas suami yang selama ini telah menyiapkan bekal makan siang empat sehat lima sempurna untuknya.

"Tutup mulutmu dan langsung minta maaf! Aku tidak ingin masalah ini semakin lebar!"

"Kau tuli? Aku bilang aku tidak akan pernah minta maaf! Dia yang memulai pertikaian! Dia menamparku di kantin pada jam makan siang! Mengataiku telah merebutmu darinya! Salah kalau aku membela diri di sana? Dan sekarang, kamu justru membelanya! Bahkan sampai menamparku, Bajingan!"

Pekik Joanna sembari berusaha pergi. Meninggalkan Jeffrey yang semakin diliputi rasa bersalah saat ini. Karena niat awal menampar istrinya sendiri adalah---agar Miranda puas dan tidak meminta Joanna yang sedang hamil berlutut saat ini.

"Joanna---"

Jeffrey berusaha mengejar Joanna. Namun Miranda sudah terlebih dahulu menahannya. Memeluknya dari belakang dan menempelkan kepala pada punggungnya.

"Ayo nikahi aku lagi! Aku janji akan menjadi istri yang baik! Tidak masalah jika kau tidak menceraikan istrimu yang ini! Karena aku rindu sentuhanmu lagi. Aku juga ingin mengandung anakmu seperti wanita tadi!"

Tangan Miranda mulai meraba dada, perut hingga selangkangan Jeffrey. Membuat si pemilik mulai menahan nafas karena geli. Namun dia masih menegang karena bingung akan melakukan apa saat ini. Sebab Louis sudah tidak bisa membantunya lagi. Karena kecewa pada Joanna yang telah mempermalukan anaknya di kantor tadi.

Karena makin sepi. Jadi aku pendekin. Sayang banget, padahal next chapter udah ending :)

Tbc...

MR. RIGHT [END] Where stories live. Discover now