2/2

819 172 208
                                    

Coba absen dulu, ada berapa orang yang nungguin cerita ini?

Kalo mau aku cepet update, ramein ya!!! Usahain kasih komentar di setiap line kalimat supaya aku makin semangat nulis kelanjutan cerita :)

Jeffrey baru saja menurunkan Joanna di depan apartemen si wanita. Dia juga ikut turun dan menunggu lift yang Joanna naiki tertutup rapat. Sebab dia memang memiliki manner yang luar biasa. Tidak heran jika Joanna mudah terjerat meksipun sebenarnya dia agak pemilih orangnya.

Bahkan, dia resign kerja di perusahaan yang sebelumnya karena dia disukai oleh atasannya. Dia duda beranjak tiga dan masih muda. Namun Joanna tidak suka karena dia suka menyombongkan harta. Serta, suka memarahi bawahan dengan brutal. Bahkan, sampai ada yang pernah ditendang dan ditampar.

Ya. Meksipun akhirnya dia meminta maaf dan karyawan tadi diberi uang sebanyak satu bulan gaji untuk tutup mulut juga. Namun sama saja, kan? Joanna jelas takut dan tidak ingin dekat-dekat. Apalagi dia sering dipanggil ke ruangannya hanya untuk urusan tidak jelas dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan.

"Maaf, ya? Besok pagi aku akan datang, kita jogging seperti biasa."

Joanna menatap jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul dua. Membuatnya agak keberatan karena tidak yakin bisa bangun pagi besoknya.

"Tidak apa-apa. Tapi aku tidak yakin bisa bangun pagi."

Jeffrey tampak sedih. Karena dia memang takut Joanna akan menjauhinya pasca insiden tadi. Sebab si wanita sudah hampir telanjang dan kegiatan itu harus diinterupsi.

"Aku akan datang jam setengah delapan. Masih pagi, kan? Kita sarapan bersama saja, tidak perlu jogging juga."

Joanna mengangguk singkat. Lalu menyunggingkan senyuman sebelum akhirnya lift tertutup rapat. Karena dia memang malu sebenarnya. Sebab telah menggoda Jeffrey sebelumnya, namun akhirnya gagal karena Louis tiba-tiba memintanya datang.

Iya. Jeffrey mengaku pada Joanna jika Louis yang menelepon dirinya. Memintanya segera datang ke rumahnya karena ada hal penting yang ingin dibicarakan saat itu juga.

Sekedar informasi, Louis adalah direktur utama di perusahaan mereka. Sehingga dia dan Jeffrey akan terus berhubungan sebab Jeffrey telah resmi menjadi wakilnya. Menggantikan Dimas.

Setelah lift naik, Jeffrey langsung berlari menuju mobil. Lalu melajukan mobil menuju apartemennya sendiri. Karena istri dan kedua anaknya sudah berada di sana saat ini. Sebab tidak mungkin dia menyuruh mereka menunggu dua jam di bandara di tengah malam seperti ini.

2. 25 AM

Jeffrey baru saja tiba di apartemennya. Dia melihat banyak koper besar yang berada di ruang tamu dan depan kamar. Membuatnya segera masuk ke dalam kamar dan mendapati istri bersama anaknya yang sudah terlelap dengan keadaan saling memeluk sekarang.

Perlahan, Jeffrey menyentuh pundak Miranda. Wanita berambut coklat terang yang selama ini telah tinggal di Jerman bersama si kembar. Iya, kedua anak mereka kembar. Laki-laki semua. Jeno dan Juno namanya. Mereka kembar identik dan hampir tidak bisa dibedakan.

"Miranda---"

Miranda langsung membuka mata. Lalu bangun dari ranjang perlahan. Kemudian memeluk Jeffrey erat-erat. Sebab mereka tidak bertemu hampir satu tahun lebih beberapa bulan. Karena tahun baru kemarin Jeffrey tidak datang. Sebab menghabiskan wkatu libur panjang bersama Joanna di Bali dan Yogyakarta.

"I miss you!!! Papa pasti menyuruhmu sering lembur! Kamu terlihat semakin tirus!"

Miranda langsung melepas pelukan. Lalu mengalungkan tangan pada suaminya. Berniat mengecup bibir tebal si suami yang sudah dirindukan.

MR. RIGHT [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang