Epilog❄🍦

1.6K 139 53
                                    

Satu minggu, semuanya berjalan seperti semula. Tidak ada yang berubah, Winter masih sama. Hatinya selalu merindukan sosok Jeno.

Sudah satu minggu pula tidak ada kabar dari mereka. Ningning dan Jeno mereka memutus semua komunikasi.

Meski sudah mencoba untuk membenci, Winter tetap tidak bisa. Seharusnya dia memang membenci Jeno, dan mengutuknya agar tidak pernah bahagia seumur hidupnya!

Namun perasaan dicampakkan itu tidak sebanding dengan rasa cintanya. Winter marah dengan dirinya sendiri, dengan hatinya sendiri, dan dengan otaknya yang hanya memikirkan tentang Jeno.

Kenapa?

Apa yang membuatnya sangat bergantung pada Jeno?

Kenapa melupakan lelaki egois itu lebih sulit dari yang dia duga?

Lamunan Winter di meja belajarnya buyar saat mendengar panggilan dari adiknya.

"Kak?"

"Kenapa? Butuh bantuan kakak buat ngerjain tugas?"

Jeha menggeleng pelan. Menatap ke bawah, dia bingung melihat banyak buku berserakan di lantai.

"Buku apa ini kak? Kok aku belum pernah lihat. Bagi satu dong!!" Jeha niatnya mau mungut satu, tapi tangannya keburu ditepis sama Winter.

"Itu sampah. Besok kakak beliin yang baru," Winter mungut buku-buku itu terus ditaruh asal ke dalam paper bag.

Buku diary-nya yang tidak berguna. Seharusnya dia tidak perlu memulainya. Sekarang tulisannya hanyalah sampah semata.

Winter mengeluarkan semua itu niatnya mau dia bakar. Setelah berpikir panjang, dia akhirnya akan melakukannya hari ini.

"Loh! Kakak mau bawa kemana!?!" Tanya Jeha, ngelihat Winter membawa paper bag-nya keluar kamar.

"Mau kakak bakar. Udah kakak bilang ini cuma sampah. Isinya cuma khayalan, bukan pelajaran. Gak ada gunannya."

Winter benar-benar pergi setelah mengatakannya. Sudah seharusnya dia melakukan ini sejak lama. Dan Winter juga baru sadar kalau paper bag yang dia bawa adalah pemberian dari Ningning.

Baguslah, dia tidak pernah berniat membukannya. Hari ini dia akan langsung membakarnya saja.

Tong di depan rumahnya, Winter tahu papanya sering membakar dokumen rusak di sana. Winter menyalakannya dengan segera, berniat langsung membuang buku sekaligus paper bagnya ke dalam sana.

Sayangnya tong itu terlalu kecil untuk menampung paper bag berukuran lumayan itu. Winter mutusin buat ngeluarin satu persatu isinya, melemparkannya asal ke dalam api membara.

Winter's Diary

Winter tersenyum getir menatap bukunya. Dia melemparnya tanpa mau membaca ulang semua kisah cinta monyet itu.

Ada tujuh buku, Winter membakar semua diary miliknya.

Namun gerakan tangannya terhenti, ditatapnya lamat buku tipis yang punya penampilan beda dari buku-buku miliknya.

"Kamus bahasa umpatan by Ningning," gumamnya membaca judul buku itu.

Winter tersenyum. Itu hal terkonyol yang pernah seseorang berikan padanya.

Meskipun Ningning pergi jauh, ajaran sesatnya masih saja mengalir.

Apa sih yang Ningning harapkan dengan ngasih ginian ke dia?

Winter mengurungkan niat untuk membakarnya. Dia meletakan buku itu kembali ke dalam, sebelum mutusin buat melihat isi paper bag itu. Ningning memberinya banyak aksesoris warna-warni disertai kalimat permintaan maaf. Lucu sekali sahabatnya itu.

Dear Winter [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat