Chapter II : The Past-Butterfly

12 3 0
                                    

Notif +// Ini adalah bagian 2 dari Sternenklare Nacht, tapi, kalau kalian gak mau baca yang pertama, kalian bisa langsung baca yang 2.

Bagian pertama itu, lebih menceritakan relationship antara Schrei dan Lächeln dan introduction buat beberapa karakter yang akan ada dibagian 2.

Keputusan kalian mau baca yang pertama dulu atau langsung yang kedua. But, Orange rekomen kalian baca yang pertama dulu, agar lebih mengerti alurnya dan tahu beberapa informasi too.

Sternenklare Nacht
___________________

Semua berjalan dengan normal, menjalani tugas yang diberikan pada Boss setelah itu, sekolah dan bermain dengan teman sekolah.

Mereka masih belum melakukan pergerakkan sama sekali.

"Yah, ini pasti karena Schrei terlalu sibuk akhir-akhir ini, sampai tidak memerhatikan kesehatannya dan demam." Weich yang sudah membawa beberapa materi disekolah yang Schrei lewatkan karena sedang sakit.

"Dia memiliki 6 adik yang dia biayai setiap harinya, ini bukan berarti ibu panti tidak ingin mengurusnya, hanya saja, Schrei terus berkata, ia ingin membantu sebisa mungkin." Ujar Clever yang bantuannya sering ditolak oleh Schrei.

(Sesampainya, didepan rumah Schrei, mereka langsung mengetuk pintunya dan dibukakan oleh adik Schrei bernama Regen.)

"Kalian? Untuk apa kalian kesini?" tanya Regen dengan nada kesalnya. Regen tidak suka jika, banyak orang kerumahnya.

"Regen, kita kesini menjenguk kakakmu, jangan pasang wajah kesal seperti itu." Weich yang langsung masuk dan mengajak yang lainnya.

(Sesampainya didalam, mereka baru ingat, Schrei tidak suka jika ada orang masuk kekamarnya sembarangan disaat, Schrei sedang berbaring dikamarnya.)

"Berikan kuncinya." Clever yang menurunkan badannya dan memasang wajah baik.

"Heh, tidak akan! Kakak Clever, kakak Yara dan Weich tidak diizinkan! Aku sudah bilang, kalian hanya membuang-buang waktu, kakak tidak butuh jengukkan dari temannya." kata Hagel yang memegang kuncinya.

Keluarga Schrei sangat berbeda dariku.

"Namaku tidak disebut, artinya aku bisa masuk?" Lächeln tersenyum senang melihat kedekatan Schrei dengan adik-adiknya.

"Maaf sebelumnya, Kalian berteman dengan Schrei, artinya kalian tahu, dia tidak suka jika ada orang masuk kekamarnya tanpa izin." Ujar Sonne yang langsung berbicara atas nama adik-adiknya.

(Sonne merupakan adik Schrei yang tertua, karena itu, jika tidak ada Schrei, Sonne yang biasanya mengurus adik-adiknya.)

"Merepotkan sekali! Kita hanya menjenguk teman, memangnya kamarnya ada apa? Ada makanan segunung atau sampah yang tidak dibersihkan?" tanya Weich menjadi kesal, hanya ingin menjenguk teman namun, adik temannya menghalanginya.

"Maaf, kalian datang menjenguk tapi, tidak disambut dengan baik." kata Schrei yang tiba-tiba saja keluar karena mendengar suara temannya.

(Lächeln langsung kearah Schrei dan membantunya agar berjalan tetap seimbang, karena Schrei berjalan terhuyung-huyung.)

"Agh! Maksudku bukan begitu, hanya saja adikmu menyebalkan." Weich yang merasa bersalah atas perkataannya.

"Hah?! Menyebalkan? Ini rumah kita, atas dasar apa orang asing sepertimu mengatakannya?!" Regen yang kesal mendengarnya.

Sternenklare Nacht { Past }Where stories live. Discover now