"NGGAK, KARENA GUE NGGAK YAKIN ITU ANAK GUE!" Pandangan Algra melipir ke Naya, seketika Bintang langsung menendangnya.

"LAKI-LAKI KURANG AJAR, BANGSAT, BRENGSEK! GUE NGGAK AKAN BIARIN LO HIDUP TENANG!"

BUGH...!

Adu fisik itu masih berlanjut beberapa menit setelahnya, baru berhenti ketika dua orang itu benar-benar kehabisan tenaga dan babak belur satu sama lain.

Di dalam kamar, Naya tampak mengobati luka-luka Bintang, sedangkan di dekat pintu Raya melakukan hal yang sama untuk Algra. Walau sudah mengakhiri adu fisik, tatapan keduanya jelas membuktikan kalau semuanya belum berakhir.

Tepat 10 menit kemudian, Algra pergi dari sana, membawa Raya serta keponakannya. Sama sekali tidak perduli sehebat apa tangis Naya, istrinya yang sedang mengandung.

Benar kata Bintang, Algra adalah laki-laki kurang ajar, bangsat dan brengsek.

"Nay, setelah ini kamu pulang sama Abang. Kita tinggal sama Mama dan Papa," kata Bintang tegas.

Naya menggeleng tak kalah tegas. "Naya sudah menikah, Bang. Naya harus sama-sama sama Algra terus."

"Tapi kamu itu—"

"Naya cinta sama Algra!"

"Tapi dia nggak cinta sama kamu." Bintang mencengkram pergelangan tangan Naya yang hendak mengobati bibirnya. "Kalau dia cinta sama kamu, dia nggak akan mudah terpengaruh sama ucapan orang lain."

Bintang meraih ponsel di sakunya. "Mama dan Papa harus tau semua ini sekarang juga."

"Jangan Bang, Naya mohon...." Naya berusaha merebut ponsel itu, tapi tidak berhasil.

Merasa itu tidak efektif, Naya bersujud didekat kaki Abangnya sambil menangis tersedu. "Kasih Naya waktu untuk buat kepercayaan itu balik."

"3 bulan kamu udah berusaha kan? Tapi apa? Laki-laki itu percaya, hmm?" todong Bintang seraya mengakhiri posisi Naya yang kurang enak baginya.

Santer terdengar dari penghuni rumah, Naya memang diperlakukan tidak baik mulai 3 bulan lalu.  Bintang  tau itu beberapa menit lalu.

"Naya yakin—"

"Kamu terlalu bodoh, Naya!" putus Bintang atas sikap adiknya yang kekeuh membela suaminya.

Bintang yang sebagian luka-lukanya sudah diobati lanjut berdiri, hendak pergi karena tak habis pikir dengan sikap Naya yang keras kepala.

Kepala batu memang! Sudah jelas disakiti, malah tak mau pergi.

Saat kaki Bintang menapak diluar pintu kamar, Naya terdengar merintih menahan sakit.

"Akh, anak Mama kenapa akhir-akhir ini suka sakit?" bicara Naya pada perutnya.

Bintang itu sangat menyayangi Naya, bisa disandingkan dengan rasa sayang Algra ke Raya. Atas rasa sayang itu Bintang urung pergi, ia kembali menilik adiknya.

"Ke rumah sakit ya?" tanya Bintang yang sudah siap menggendong Naya.

"Nggak usah Bang, Naya udah biasa keram perut." Perempuan berusia 17 tahun itu memunculkan senyumnya. "Naya istirahat aja, nanti juga hilang sendiri."

Kali ini Bintang mengiyakan, cowok 23 tahun itu menggendong dan membawa adik perempuannya ke ranjang.

"Biasanya minum obat nggak?" interogasi Bintang dibalas gelengan kepala dari Naya.

"Naya tidur dulu ya Bang, nanti kalo Algra pulang jangan lupa bangunin Naya," tutur Naya, senyum tipis menghantarkannya sampai menutup mata.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ALGRAFIWhere stories live. Discover now