[2] - Last Chance

546 55 10
                                    





♡ -BARRA GENTLE- ♡



Meskipun semalam Amora tak mendapat kabar lanjut dari Calvin, hal itu tak membuat dirinya untuk bermalasan di sabtu pagi hari ini. Mengingat janji yang diutarakan Calvin jumat kemarin yang akan menculik dirinya sampai malam, membuat Amora menerka-nerka. Jadi nggak ya?

Selesai mempersiapkan kebutuhan yang akan ia bawa hari ini, Amora berniat ingin menelpon Calvin terlebih dahulu sebelum dirinya beranjak mandi. Namun tak disangka, justru ia duluan yang mendapat kabar dari Calvin yang mengatakan jika kegiatan menculik dirinya hari ini batal.

Psikopat Galak
Sayang, maaf
Hari ini aku nggak bisa ternyata
maaf ya, nanti aku telfon km

Amora merasakan kedua matanya memanas. Kejadian ini tak sekali, Calvin sebelumnya hampir sering membatalkan janjinya karena ada urusan mendadak. Urusan mendadak apaan jika masih ada Kak Bunga di dalamnya?

Amora memilih mengabaikan pesan itu dan kembali masuk ke dalam gulungan selimut. Ia hanya bisa meratapi sedikit nasib buruknya di hari sabtu. Yang harusnya ia bisa habiskan bersama Calvin, namun nyatanya harus ia habiskan dengan kasur dan selimut.

Harusnya ia tak pernah memberikan kesempatan lagi kepada Calvin jika tau ujungnya akan begini. Harusnya ia tak akan pernah goyah ketika Calvin memberikan kata-kata pemikat hati yang mampu membuat dirinya luruh. Harusnya ia tak menemui Calvin yang seharian menunggunya di teras kosan.


Harusnya, harusnya...

"Ah anjing, Calvin bangsat!" Amora mengutuk Calvin di dalam selimutnya. Kemudian dengan penuh amarah yang melingkupi ia segera menyingkap selimut itu dan beranjak mengambil ponselnya dan meraih dompet beserta masker dan topi.

Ia harus menuntaskan segera permasalahan dirinya dengan Calvin saat ini jika ia tak ingin terus-terusan makan hati. Ia akan tegas mulai hari ini demi dirinya.

Amora menyetop taksi di depan kosan dan meminta pak supir untuk segera melaju ke tempat tujuan yang baru saja ia beritahukan. Entah mengapa firasat Amora saat ini benar.

"Agak percepat dikit ya, Pak." Pinta Amora ke arah sang supir. Ia hanya takut jika ia ketinggalan momen yang penting.

Beberapa menit setelahnya, Amora sampai di apartemen kelas bawah yang setara dengan kos-kosannya. Yeah, apartemen Bunga. Kak Bunga. Jika Bunga ada di apartemennya berarti Calvin memang benar ada urusan, namun jika Bunga tak di apartemen? Siapa yang menjamin jika Calvin di luar sana bersama Bunga?

Amora berlari kecil ke arah lift dan memencet tombol 3, yakni menuju ke lantai 3. Dimana apartemen Bunga berada. Ia paham betul dimana letak apartemen Bunga beserta lantai dan unit berapa. Karena Calvin sering meminta Amora kemari hanya untuk mengobati rasa rindu ketika Calvin sendiri sibuk dengan proyek. Tentunya bukan hanya Bunga dan Calvin, namun ada teman-teman Calvin lainnya, yang menjadikan apartemen Bunga sebagai basecamp proyek.

Sesampainya di depan unit 312, tempat unit Bunga, Amora segera memencet bel yang terletak di sudut atas. Ia gelisah jika dugaannya benar. 

Dua menit, pintu akhirnya terbuka.

Amora mematung di depan sana, begitupun sang lawan yang membukakan pintu juga mematung di tempat. Amora menahan seluruh amarahnya sebelum menampar pipi kanan sang lawan sangat kencang.

"Brengsek lo! Lo emang anjing! Nggak seharusnya gue ngasih lo kesempatan. Lo tau nggak, njing? Lo tuh dikasih kesempatan udah tiga kali bangsat!"

Calvin menatap Amora dengan air mata yang menggenang. Entah perih, entah sedih kepergok.

BARRA GENTLEWhere stories live. Discover now