Karena tarikan kuat tersebut, Zora ikut terdorong ke depan. Membuatnya jatuh terkelungkup di lantai. Dahinya membentur keras lantai, bahkan suara dengungannya terdengar jelas ditelinga Zeynar dan Reza.

"Zora!" Teriak Zila yang baru saja datang. Ia berlari menghampiri Zora.

"Zora!" Panggil Zeynar dan Reza secara bersamaan. Tampak jelas kekhawatiran diwajah keduanya.

   Zora merasakan kepalanya berdengung begitu hebat. Dia sampai memejamkan matanya merasakan pusing yang luar biasa. Ia berusaha bangkit dari telungkupnya dan duduk di lantai.

   Ketika Reza ingin menghampiri Zora. Zeynar langsung menarik pemuda itu dan membantingnya ke lantai. Zeynar mengunci Reza  dengan cepat dan duduk di atas perut Reza. Pemuda itu langsung menghajar Reza dengan membabi buta.

"SEBENARNYA APA MAU LO SETAN!!!"

   Reza tidak punya kesempatan untuk membalas. Zeynar terlalu cepat, pemuda itu terlihat sangat marah. Dia seperti ingin mencabik Reza. Meskipun Reza sudah terbatuk darah tapi Zeynar tidak menghentikan aksinya. Zeynar sangat murka sekarang.

   Disisi lain, Zora merasakan ada yang mengalir di keningnya. Ia meraba dahinya dan melihat tangannya yang berdarah.

"Lo nggak papa?" Khawatir Zila, ia panik melihat darah yang mengalir hampir mengenai mata Zora tapi gadis itu menahannya dengan tangan mungilnya.

"Zila darahnya terus mengalir," Ucapnya pada Zila. Keringat mulai bercucuran dileher Zora. Gadis itu tengan menahan sakit. Kepalanya masih merasakan dengung yang membuat kepalanya ingin pecah.

"Tahan terus, tahan!" Panik Zila ikut menumpukan tangannya ditangan Zora. Ia melirik kakaknya yang kesetanan memukuli Reza tanpa ampun.

   Dari arah yang berbeda dari kedatangan Zila tadi. Bara, Ginan dan Rendra datang menghampiri mereka. Ginan dan Rendra terkejut melihat Bos mereka yang sudah babak belur, bahkan Reza tidak mampu membalas sekalipun.

   Sedangkan Bara langsung menghampiri adiknya. Ia merasakan jantungnya ingin melompat dari tempatnya ketika melihat darah ditangan Zora.

"Zora," Terdengar jelas nada khawatir di suara Bara.

"Aku merasakan darahnya terus mengalir," Lirih Zora, bibir gadis itu memucat. Dari tadi dia berusaha menahan agar tidak menangis.

   Bara langsung memeluk bahu adiknya. Sedangkan Zila membuka tangan Zora untuk melihat lukanya. Betapa terkejutnya dia melihat luka tepat ditengah dahi Zora yang sedikit menganga.

   Dengan cepat dia kembali menutup luka itu dengan tangannya karena darahnya terus mengalir. Tidak peduli dengan tangannya yang penuh dengan darah Zora. Zila menatap Bara yang tidak kalah khawatirnya juga.

"Lepas seragam lo!" Perintah Zila pada Bara. Sedangkan pemuda itu menunjukkan wajah bingung.

"Buruan!!" Bentak Zila tidak sabaran.

   Bara langsung melepas seragamnya menyisakan kaos putih yang dia kenakan. Zila langsung mengambilnya dan menggunakannya untuk menahan darah Zora yang terus mengalir.

"Tahan!" Perintah Zila. Bara langsung menurut. Rasanya Bara sangat sulit mengeluarkan suara melihat keadaan adiknya. Tangannya yang menahan darah Zora menggunakan seragamnya bergetar. Ketika melihat darah yang mulai mengalir di seragamnya.

"Kak Cleo," Lirih Zora.

   Gadis itu membalas pelukan Bara dengan mengalungkan tangannya pada leher Bara. Badan Bara bergetar bukan main, air mata nya mengalir begitu saja mendengar panggilan yang sudah lama dia tidak dengar. Rasa khawatirnya begitu besar, dia merasa sangat ketakutan kalau adiknya ini akan pergi meninggalkannya.

Stay Alive || Claazora Transmigrasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang