#45 Namanya Cemburu

2.3K 247 11
                                    

Minggu terakhir masa UTS, suasana kampus semakin ramai. Vanta tengok kiri dan kanan mencari tempat duduk. Hanya tersisa bangku-bangku tinggi di bagian tengah kantin yang mengelilingi pilar. "Yah, kaga ada sofa yang kosong,"

"Wajarlah, jam makan siang. Udah duduk di mana aja yuk!" ajak Jessi menarik pergelangan tangan Vanta, memillih tempat yang kosong.

Saat itu tempat yang kosong hanya bangku-bangku yang di sebelahnya dihuni oleh sekumpulan mahasiswa Teknik Sipil dan ... teman-teman Alvin. Betul-betul pilihan yang sulit. Vanta menghentikan langkahnya. Bingung harus duduk di mana. Kalau dengan anak-anak Arsitek, sudah pasti berisik melihat jumlahnya. Sementara di antara teman-teman Alvin, sedang tidak ada si kepala geng.

Andre yang sedang mengobrol dengan Edo dan Toto tanpa sengaja menoleh, sadar kalau Vanta dan Jessi melihat ke arah mereka. Dengan inisiatif cowok itu menggeser duduknya.

"Kalian mau duduk?" tanya Andre.

"Ummm ..." Vanta jadi canggung.

Tetapi Jessi, anak jurusan Ilmu Komunikasi sejati yang dituntut harus supel dan komunikatif, secara spontan merespon, "Boleh? Kita duduk ya." Sembari menarik pelan bahu Vanta yang masih bengong.

"Weits, kedatangan Ibu Negara, kita," celetuk Edo.

Jessi yang sedang membenarkan posisi duduknya segera bertanya, "Kalian udah tau? Soal Alvin sama—"

Tetapi belum sempat gadis cantik itu menyelesaikan kalimatnya, Vanta sudah menyikut lebih dulu sambil melirik tajam ke arah Jessi.

"Tau kok. Tapi tenang aja, cuma kita-kita doang yang tau," sahut Andre.

"Rahasia negara tetap aman selama Nyonya yang meminta." Edo mengangkat tangan ke depan mulut, bergerak seolah menutup ritsleting.

"Tuh, aman kok Ta! Tapi ... Alvinnya ke mana?" Jessi menoleh pada Vanta dan Andre yang duduk di sampingnya bergantian. "Tumben nggak bareng. Ke mana dia, Ta?"

"Tidur dia, abis begadang ngerjain karya. Ntar juga kalo udah saatnya jemput sang Ratu, tau-tau muncul," tukas Edo santai.

Selanjutnya Jessi malah jadi keasyikan mengobrol dengan teman-teman Alvin. Sesekali Toto yang sedang makan dan Vanta yang sedang membuka laptop masuk dalam percakapan. Rupanya cowok-cowok ini seru banget diajak ngobrol, begitulah menurut Jessi. Mereka nggak cuma membahas seputar kampus aja, tapi juga film dan hobi.

"Eh, kalian kapan selesai UTS?" tanya Andre kemudian.

"Gue besok, Vanta lusa."

"Mau ikut ngumpul bareng nggak?" Andre mencondongkan badannya ke depan, menoleh pada Vanta. "Sekalian bujukin cowok lo, tuh. Belakangan jelma jadi kura-kura gurun, jarang ngumpul."

Jessi membasahi bibirnya sebelum menjawab, "Gue kan beda jurusan sama kalian,"

"Nggak masalah. Lo kasih tau Pep—maksudnya Vanta aja kalo mau ikut." Hampir aja Andre keceplosan menyebut 'Pepsi'.

Di tengah obrolan itu Toto beranjak dari duduknya. Berpamitan pada kawan-kawannya untuk pulang lebih dulu. Vanta juga masih ada satu ujian lagi hari ini. Jadi dia bergegas merapikan barang-barang di meja.

Saat berbalik dan hendak memasukkan laptop ke tas, tanpa sengaja dia menyenggol ponsel yang tergeletak di meja. Gadis itu berusaha menggapai ponselnya sambil refleks memekik. Jantung Vanta sudah hampir copot, takut ponselnya terinjak. Beruntung Toto lebih dulu menangkap dengan cekatan.

Ketika ia mendongak, detik itulah dia menyadari. Jaraknya dan Toto sangat dekat. Buru-buru dia mundur dan mengangkat wajah.

Tapi coba tebak, apa yang terjadi? Belum juga mengucapkan terima kasih dengan benar, kepala indahnya itu dengan tanpa berdosa menyundul keras dagu salah satu malaikat kampus yang ada di hadapannya.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]On viuen les histories. Descobreix ara