#42 Ungkapan

2K 230 15
                                    

Sambil mengerjakan tugas UTS (Ujian Tengah Semester) di kamar, Vanta menguap beberapa kali. Berbeda dengan jurusan lain yang mengerjakan ujian tertulis di kampus, jurusan desain biasanya menerima tugas praktik yang harus dikerjakan di rumah. Hingga pada saat jadwal ujian, mereka hanya akan mengumpulkan tugas, dan... selesai.

Tak jarang mahasiswa jurusan lain menyuarakan rasa iri mereka. Tapi... hei! Mereka tidak tahu bagaimana perjuangan para mahasiswa DKV bergadang demi mengumpulkan tugas yang katanya 'tinggal kumpul doang' itu.

Tugas praktik harian dan tugas UTS yang jatuh tempo dikumpulkannya mirip-mirip sering kali membuat para mahasiswa mau tak mau menjelma jadi tukang sulap dadakan. Mengerjakan semuanya dengan mode SKS. Ehem, SKS-nya itu maksudnya Sistem Kebut Semalam.

Vanta menghela napas sambil mencampur warna cat air. Sesekali memukul-mukul pinggangnya yang encok. Karena kamarnya sempit, dia tidak bisa menaruh meja kerja di kamar. Akibatnya Vanta harus menanggung pegal dan sakit punggung saat membungkuk mengerjakan tugas di lantai.

Dia melirik ponselnya yang berdering singkat. Melihat nama yang tertera pada notifikasi pesan masuk membuat sudut-sudut bibirnya terangkat naik.

[Udah tidur?]

Segera dia membalas pesan dari sang pacar. Cieee, pacar. Vanta menahan senyum setelah meledek diri sendiri.

[Belom, lagi ngerjain tugas UTS.]

Baru sebentar terkirim, ponselnya berbunyi lagi. Tanda panggilan masuk.

"Kenapa? Kok telepon?" tanya gadis itu. Masih dengan senyum mengembang tanpa Alvin ketahui.

"Mau nemenin lo nugas, biar nggak bosen."

Vanta lalu meletakkan ponselnya di lantai. Menekan mode pengeras suara.

"Gue loudspeaker aja ya, sambil ngecat."

"Oke."

"Lo nggak ngerjain tugas?" Seraya mencampur warna kuning, biru, sedikit merah, dan putih untuk menghasilkan warna baru.

"Tadi baru aja ngerjain skripsi. Sekarang lagi istirahat, terus inget lo, yang tadi siang ninggalin gue."

"Ugh, sorry..." Dia memasang raut menyesal, meski tahu Alvin tidak dapat melihatnya. "Oh iya, lo sidang akhir semester ini ya. Terus gimana skripsi lo?" tanyanya mengalihkan topik.

"Yah, lumayan... penulisannya udah 60 persen, karya masih nunggu acc."

Sementara Vanta mengerjakan tugas, mereka masih mengobrol di telepon. Bercerita banyak hal di kampus, juga tentang tugas-tugas semester awal. Hanya dengan percakapan sederhana seperti itu saja waktu berlalu cepat. Tanpa terasa pekerjaan Vanta sudah hampir selesai.

"Gara-gara sambil nelepon, nggak berasa udah mau selesai nih," ujar Vanta memberikan sentuhan terakhir pada gambarnya.

"Baguslah... abis itu langsung istirahat lo. Udah hampir jam dua pagi,"

"Lo juga."

"Besok jangan pulang duluan lagi ya, tunggu gue," pinta cowok itu.

"Iya,"

"Lain kali kalo begadang, telepon gue aja biar nggak bosen."

Tugasnya benar-benar selesai. Vanta membereskan peralatan yang berserakkan di lantai seraya menjawab, "Okee."

"Van," panggil Alvin pelan.

"Apa lagi, Sayang?"

Hening. Keduanya terdiam. Sementara Vanta terkesiap sendiri dengan kata-katanya. Kebiasaan dengan Jessi mendadak muncul begitu saja. Bikin malu!

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Where stories live. Discover now