#16 Last War

11.8K 816 13
                                    

Kalau kamu menemukan ketidakselarasan komen dan cerita, tandanya cerita ini sudah direvisi.

Hahaha...

Alur tetap sama kok. Hanya adegan banyak diganti.

=========

"Vin, ngampus lo?" Seorang cowok keluar dari Land Cruiser hitamnya. Lelaki berparas cool dan tampak lebih normal dibandingkan yang lain, tapi herannya mau main dengan geng Alvin.

Vanta dan Alvin yang juga baru turun dari mobil menoleh bersamaan, lalu Alvin menjawab singkat. "Yo."

"Bukannya lo nggak ada kelas hari ini?" tanya Toto menekan tombol pengunci mobilnya.

"Nganter dia." Alvin menunjuk Vanta dengan dagunya.

"Gue nggak minta dianter!" protes Vanta.

"Heh, udah bagus gue mau berbaik hati sama lo."

"Nggak berbaik hati juga nggak pa-pa. Kan tadi gue bilang nggak usah!"

Toto cuma melongo melihat kedua orang di depannya. Belum lama ia mendapatkan dua makhluk di depannya ini bak Belanda dan Indonesia, penjajah dan yang dijajah. Pertempuran sengit yang seperti "Perang Dunia" juga sudah berlangsung beberapa kali di antara mereka. Tapi sekarang, apa Belanda telah mengibarkan bendera putih?

Ehem, tentu saja Belanda itu maksudnya Alvin.

"Kok kalian bisa...." Pertanyaan Toto terhenti saking bingungnya hingga sepasang alisnya berkerut menyatu.

Kalau kalian bertanya, apa yang terjadi setelah peristiwa tadi pagi, Vanta menjitak kepala kudanil itu setelah terpeleset jatuh ke pangkuannya. Ya maksudnya kepala Alvin, siapa lagi? Gila, pokoknya dia nggak mau lagi dekat-dekat musuh bebuyutannya. Dia nggak bisa berjarak kurang dari setengah meter dari cowok itu karena jantungnya terus saja berisik kalau ada di dekatnya.

Setelah Vanta bilang mau pulang ke rumah karena harus buru-buru ke kampus, lelaki itu malah ngotot mau mengantarnya. Alasannya, kalau Vanta pingsan lagi gimana? Padahal dia sudah merasa jauh lebih baik dan sehat-sehat saja. Seharusnya cowok itu nggak usah peduli.

"Woi!" Terdengar suara lain yang lebih heboh, membuat ketiga orang yang berdiri di parkiran menoleh.

Andre rupanya.

Sama seperti Toto, Andre juga menatap Alvin dan Vanta bergantian dengan kening berkerut, nyaris keriting. "Pagi-pagi lo udah ngerjain anak orang, Vin?"

"Enak aja! Temen berbuat baik kok malah dituduh," gerutu Alvin.

"Terus ni anak lo apain?" Pandangan mata Andre tertuju padanya.

Alvin menyunggingkan senyum lebar. "Dia abis nginap di rumah gue."

"HAH?!" Toto dan Andre terperangah. Sementara Vanta cuma menunduk menahan malu. Kalimat ambigu makhluk sial satu itu bisa bikin orang lain salah paham.

"Lo apain dia?" sergah Toto langsung.

"Gila lo, Vin! Bales dendam sampe berujung di ranjang segala?! Kenapa nggak ngajak gue?"

Tanpa sadar ketiga cowok itu membuat wajah Vanta benar-benar merah. Ingin menyanggah kata-kata Alvin, tapi suaranya tidak bisa keluar saking malunya. Hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Habis sudah, mau ditaruh di mana mukanya?

"Sorry kawan, gue lupa." Si biang kerok menyeringai lagi.

"Eh, lo apain dia?" Pertanyaan yang sama diberikan Toto.

Tapi sayang pertanyaan itu lagi-lagi tidak diacuhkan karena Vanta yang ada di sisi lain mobil Alvin mendekati mereka kemudian menjerit, membuat Alvin cs menutup kedua telinga dengan telapak tangan.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang