47. All of Sudden

7.5K 935 456
                                    

Halo, bestie!

Acieee. Maaf, ya, telat up.

Ku sibuk banget minggu ini, aduh 😐

Anyways, selamat menikmati :)

******

"Kamu ... kerja hari ini?"

Mendapat pertanyaan itu, Damian pun terdiam beberapa saat. Ingin hati menjawab 'tidak'. Namun, realita berkata, 'ya'.

"Saya ada praktik pagi di Altheya," jawab Damian dengan berat hati. "Kalau kamu? Ada agenda apa hari ini?"

"Aku mau ke rumah sakit."

"Soal Daisha?"

Zelina pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Mau kontrol Si Buntung."

"S-Si Buntung?"

"Kaki kiri aku," jelas Zelina. "Kamu inget udah ringkus aku sampe jatoh guling-guling di tanah? Kaki baru aku, kan, rusak waktu itu. Yang aku pake sekarang udah jadul. Gak nyaman soket sama suspennya. Sakit."

"Maaf...," ringis Damian tak enak hati. "Nanti kamu ke bagian ortotik prostetik Altheya saja. Pilih model yang paling bagus dan nyaman. Saya yang ganti."

"Aku hampir lupa kamu anaknya yang punya rumah sakit."

"Saya tetap digaji seperti yang lain."

"Ada diskon keluarga, gak?"

"Zel...."

Ibu menyusui tersebut nyengir kecil. "Just kidding. Asuransiku bagus, kok."

Damian pun terkekeh pelan dan memutar bola mata. "Setelah dari rumah sakit, kamu ada kegiatan apa lagi?"

"Aku ... mau cukur habis rambut anak-anak."

"Hah? Kenapa?"

"Seperti yang kamu liat, rambut Daish tipis banget sekarang. Beda sama adik-adiknya." Zelina tersenyum sendu seraya mengusap kepala Daisha dengan lembut. "Karena setelah operasi Daish gak boleh ke mana-mana dulu, aku mau cukur rambutnya sekarang aja. Dalfa sama Dalfi juga sekalian, biar gak sirik-sirikan. Hopefully, sel kankernya bener-bener keangkat semua setelah operasi. Daish gak perlu kemo dan rontok-rontokan lagi. Jadi, rambutnya juga bisa tumbuh rata bareng-bareng dan gak menyedihkan kayak sekarang."

"Daisha tetap cantik mau bagaimana pun, Zel...."

"Anakku emang cantik. Aku gak pernah bilang dia jelek." Zelina membela diri. "Cuma, rasanya sedih aja liat Daish kayak gini. Dulu, rambutnya Daish itu yang paling tebel. Agak keriting halus gitu. Gara-gara kemo, rambutnya jadi tinggal sedikit." Wajah Zelina terlihat murung sekarang. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

"Saya tahu kamu ingin adil pada anak-anak. Tapi, apa memang harus cukur habis semua?"

"Rambutnya Dalfa sama Dalfi cepet banget tumbuh, kok. Yang kamu liat sekarang itu hasil tiga bulan. Udah selebat itu," kukuh Zelina. "Lagian, kamu gak tau rasanya kena omongan pedes tetangga. Kadang, kalau jalan-jalan sore di sekitar sini, aku kena tegur. Dibilang gak sayang sama Daish. Dikira pilih kasih, dikira gak kasih makan sampe Daish kurang gizi, soalnya dia yang paling kurus sama rambutnya paling tipis.

"Padahal, mereka gak tau kalau Daish sakit.... Mau naikin berat badan juga susah. Pas kondisinya membaik, makannya udah agak enak, Daish harus kemo lagi. Setelah kemo? Boro-boro lahap. Dia mau makan bubur semangkuk kecil tanpa muntah lagi aja aku bersyukur banget. Gitu terus siklusnya. Kemo, merosot, membaik, kemo lagi. Makanya, berat badan Daish baru naik sedikit keburu turun lagi." Zelina menarik napas sesak.

Z̶e̶l̶ian 3: Definisi SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang