8. Glue

5K 640 140
                                    

Sesungguhnya, orang yang banyak ngeluh di chappie kemarin adalah orang yang tidak bisa menemukan hilal sesuatu 😏 apa itu? Apa aja. Terserah saya 😂

Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan dukungan, bestie :) Selamat menikmati.

*****

"Asya. Jangan dimakan, ihh...!"

"Mam."

"Jangan...!"

"Mamam."

"Itu punya Abang, Asyaaa."

Balita berumur 1 tahun tersebut nyengir polos pada abangnya, membuat si bocah berumur 4 tahun mengerucutkan bibir. Sudah malas mengomel jika adiknya semenggemaskan itu ketika menggondol sepotong buah mangga dari piringnya. Buah favoritnya.

Elvano akan berbagi makanan apapun, semahal apapun, asal jangan diusik saat memakan buah mangga. Sepiring mangga ranum yang sudah dikupas dan dipotong-potong Arin untuknya adalah mutlak miliknya sendiri. Hak hakiki kenikmatan dunia yang tidak boleh diganggu gugat oleh siapa-siapa. Termasuk Arsya, adik yang sangat ia sayangi.

Padahal, Elvano hanya ke kamar mandi sebentar untuk buang air kecil. Sepiring mangga manis tadi sengaja ia simpan di karpet supaya mudah dimakan sambil guling-guling di depan televisi seraya menonton bis biru kecil. Namun, Arsya yang sedang tidak bisa diam karena baru lancar berjalan malah mengusik piringnya. Pfttt.

Tak suka dengan perangai adiknya, Elvano pun berjalan ke arah meja makan. Tempat di mana para orang dewasa masih berbincang mengenai hal-hal yang membosankan sambil bersantai setelah makan malam. "Mama, Asya makan mangganya Vano!" adunya pada sang Mama.

Arin yang tadinya sedang menyimak pun menoleh, lantas tersenyum lembut dan mengusap kepala putranya. "Ya, gak apa-apa, Sayang. Kan, Arsya minta sedikit. Kalau kita punya makanan, kita gak boleh pelit. Vano juga gak suka, kan, kalau ada yang pelit sama Vano?"

"Tapi, Vano gak suka, Mama," keluhnya sebal. "Makanan lain gak apa-apa. Tapi, jangan mangga.... Itu kesukaan Vano."

"Vano tahu? Tuhan semakin sayang, loh, kalau kita suka berbagi makanan yang kita suka. Berbagi sedikit, gak apa-apa, ya?"

Muka Elvano masih masam. Apalagi ketika matanya melirik Arsya yang sekarang malah asik memberantakkan mangga potong miliknya di karpet depan televisi. Bocah kecil itu semakin cemberut.

"Liat, Ma...! Sekarang semuanya udah diberantakin Asya," adunya lagi.

"Eh? Ya, ampun. Arsya...!" Arin buru-buru beranjak dari kursinya untuk membereskan kekacauan yang dibuat Arsya. Langkah wanita dewasa itu kemudian diekori oleh Elvano di belakangnya.

Elvano yang masih berkabung atas mangga potong miliknya yang hancur lebur.

"Mama," panggil Elvano lagi.

Arin yang sedang repot memunguti potongan mangga dari karpet pun menoleh sekejap. "Kenapa, Vano?"

"Mau mangga...."

"Coba minta Papa, Nak. Mama lagi beres-beres dulu."

"Gak mau. Kalau sama Papa malah sedikit. Kecil-kecil lagi."

Batin Arin menepuk jidat. Elvano sepertinya sudah hafal sekali kelakuan Rafa yang suka korupsi potongan mangga. Tidak anak, tidak ayah. Entah mengapa dua-duanya susah menahan diri dari buah mangga.

"Kalau gitu, tunggu sebentar, ya, Nak? Mama bersihkan Arsya dulu."

Elvano pun menghela napas dan menyilangkan lengannya di depan dada. Tanggung sebal. "Vano minta Oma aja."

Z̶e̶l̶ian 3: Definisi SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang