19. Not Ready To Lose

25 1 0
                                    

Aku menghela nafas berkali-kali saat melihat begitu banyak pesan chat yang masuk. Terutama dari Lea yang menanyakan alasanku membolos. Aku tidak tahu kenapa Lea tahu jika aku membolos dan ternyata itu semua ulah dari Kenzo.

"Gak tau ah, males banget." Aku langsung melemparkan ponselku diatas ranjang dan memilih pergi keluar kamar dan turun ke bawah.

"Dek kamu bolos yah?!" Tanya Bunda tiba-tiba. Di bawah sudah ada Ayah dan Kak Jean. Sial, entah kenapa permasalahan tentang per-bolosan ku sampai ke telinga mereka.

"Kenapa kok bolos sekolah?" Kali ini Ayah yang bergantian bertanya. Kedua tatapan mata Ayah sungguh membuatku takut, aku takut jika nantinya akan diomeli habis-habisan.

Aku melirik ke arah Kak Jean dan dia malah meledekku dengan wajah begitu senang atas penderitaan ku. Tapi memang pada dasarnya ini semua kesalahanku.

"Maaf." Ucapku yang hanya bisa menundukkan kepala.

"Sini coba dek!" Bunda menyuruhku untuk menghampirinya lalu dengan cepat aku pun menurut.

Kak Jean yang melihatku malah terkekeh seperti sudah bisa menebak kali ini aku akan dimarahi oleh Bunda. Melihat itu aku pun menendang kaki Kak Jean yang sedang duduk dibawah sembari bermain PS seperti biasanya. Akibat tendangan ku, Kak Jean pun merengek kesakitan. Puas, biar saja Kak Jean kesakitan. Aku tidak perduli dengannya.

Ayah yang melihatku lantas menggelengkan kepalanya dan memilih untuk bungkam.

"Bantuin Bunda masak, sayang." Katanya. Aku mengangguk dan menurut.

Disaat aku sedang mengambil pisau, Bunda mendekatiku lalu menyentuh rambutku yang sekarang mulai agak panjang. Aku tidak tahu kalau rambutku kini sudah mulai memanjang padahal tidak lama ini aku memotong rambutku.

"Udah mulai panjang rambutnya." Kata Bunda sembari merapihkan rambutku dari belakang lalu mengikatnya dengan begitu telaten.

Aku tidak menjawab apa-apa ataupun menanggapi ucapan Bunda.

"Tadi Jean dapat pesan dari temen kamu yang namanya Kenzo. Dia bilang kalau kamu bolos sekolah."

"Kenzo?" Tanyaku. Nada bicaraku mulai meninggi sampai membuat Bunda kaget.

Sial ternyata Kenzo begitu bermulut besar sampai-sampai berani mengadukannya pada Kak Jean.

"Gak cuman Kenzo kok. Tadi wali kelas kamu si Pak Ezra juga telfon ke Ayah." Kata Bunda lagi. Bunda menyelesaikan kegiatan mengikat rambutku lalu kembali memasak.

Aku diam sembari menggigit bibir bawahku. Kali ini aku sedang ragu untuk mengutarakan alasanku kenapa membolos karena mau bagaimanapun untuk menjelaskannya memang sungguh konyol.

Dilain sisi aku senang karena keinginanku yang ingin bermain bersama Bintang terkabulkan tapi dilain sisi juga aku menyesal karena berani membolos hanya untuk alasan itu.

Disinilah permasalahannya, aku bingung bagaimana untuk menjelaskannya.

"Emang kenapa kamu bolos, hm?" Tanya Bunda.

"Mmmm itu Bun... Main sama Bintang ke pantai hehe." Jelasku tanpa sedikitpun berbohong. Aku tersenyum canggung supaya Bunda tidak memarahiku akibat penjelasan ku. Raut wajah Bunda kini terlihat begitu kecewa terhadapku.

"Kalo main kan bisa sehabis pulang sekolah, kenapa harus bolos?"

"Iya itu..." Aku terbata-bata, tidak tahu harus berasalan apa lagi.

Bunda menghela nafas lalu kedua tangannya menyentuh bahu ku "Bunda bingung harus bilang apa sama kamu. Jujur aja Bunda kecewa tapi mau bagaimana lagi? Semuanya udah terlanjur."

Kamu Dan HujanWhere stories live. Discover now