07. Sweet Moment

42 5 0
                                    

Sudah satu Minggu aku bersekolah di sekolahku yang baru. Rasanya waktu terasa begitu cepat tanpa kusadari. Banyak hal yang lumayan sudah kudapat dari sekolah baruku seperti guru, lingkungan sekolah, cara belajar mengajar, teman, dan anak laki-laki yang akhir-akhir ini masih selalu terlintas dalam pikiranku. Tentu saja yang ku maksud adalah Bintang.

Semenjak aku mengetahui kekurangannya, aku semakin tersadar tentang bagaimana kehidupan yang tak selamanya menonjolkan tentang kelebihan. Bintang itu memang lebih menonjol dalam hal kekurangan yang dimilikinya namun kalau kalian lebih mengenal mungkin pendapat kalian akan berubah.

Aku mengakui jika otak ku berbeda dengan Bintang. Selama pelajaran berlangsung, aku bersumpah kalau Bintang lebih baik dariku. Dia mampu mengingat sebagian besar penjelasan dari guru daripada aku. Hanya saja dia tidak mampu menunjukkannya secara langsung bahwa dia mampu. Bintang itu ternyata begitu istimewa.

Ngomong-ngomong hari ini sudah hari Minggu dan kebetulan aku sedang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan temanku, alias Bintang dan Kenzo. Iya, aku menyarankan mereka untuk mengerjakan kerja kelompok hari Selasa kemarin disini, dirumahku. Tadinya aku menolak tapi Kenzo terus memaksa.

"Dek, itu ada temennya!" Suara kak Jean mengagetkanku. Dia langsung membuka pintu kamarku begitu saja dan hanya menunjukkan wajahnya sementara badannya terhalang dinding. Aku yang langsung menoleh tentu saja terkejut.

"Kak bisa gak sih ketuk pintu dulu? Terus main nongol aja, minus akhlak banget sih?!" Aku kesal. Karena hal yang dilakukan kak Jean sama sekali bukan yang pertama, ini sudah keberapa kalinya. Satu atau dua kali aku tidak tahu karena seingatku sepertinya lebih, iya sesering itu kelakuan kak Jean.

"Marah-marah mulu sih? Jadi pengen nyanyi" kata Kak Jean kemudian dia melangkah masuk kedalam kamarku. Mengambil bantal dari tempat tidurku dan dipeluknya.

Kemudian dia bernyanyi, "Chessa jangan marah-marah! Takut nanti lekas TUA!" Dan pada akhirnya kak Jean langsung melemparkan bantal tersebut ke arahku yang sedang duduk didepan meja rias.

Sumpah, kak Jean ingin sekali aku buang ke rawa-rawa.

***

Seperti yang dikatakan kak Jean kalau teman ku sudah datang. Segera aku turun kebawah dan menyambut mereka. Ternyata keduanya sudah duduk di sofa ditemani Bunda yang hari ini juga libur dari pekerjaannya. Berbeda dengan ayahku yang hari ini sedang berada di kantor, katanya ada sesuatu hal yang harus dikerjakan disana. Aku tidak marah malah justru aku merasa kasihan pada ayah yang belum ada waktu untuk menikmati hari libur.

"Nah itu Chessa." Bunda berdiri lalu menghampiriku dan menyuruhku untuk menyambut mereka.

"Katanya mau kerja kelompok bikin makanan yah?" Tanya Bunda pada kami. Aku yang ingin menjawab langsung terdiam karena Kenzo sudah lebih dulu menjawab.

"Iya Bunda, kita izin kerja kelompok disini yah?" Kenzo tersenyum kaku sembari menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.

Bunda mengangguk sembari tersenyum kemudian pamit pergi keluar rumah, "yaudah bunda tinggal nyiram tanaman yah? Kerja kelompoknya yang akur yah!?"

"Iya bunda." Jawabku yang bersamaan dengan Kenzo. Entah kenapa aku langsung menatap tajam kearah Kenzo.

"Apa?" Tanya Kenzo yang mungkin merasa aneh ditatap tajam olehku. Dia merasa mungkin ada kesalahan yang baru saja diperbuatnya, iya sejujurnya memang.

"Ngapain Lo manggil Bunda gua dengan sebutan bunda juga?" Tanyaku. Iya, tadi mendengar Kenzo memanggil bunda membuatku penasaran.

"Latihan."

"Latihan apa?" Tanyaku, karena jawabannya membuatku sedikit ambigu. Jawabannya benar-benar tidak jelas seperti orangnya.

Kamu Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang