JGCP 13.

972 60 0
                                    


Selamat membaca.

J a n g a n L u p a V o t e 🖤.

Ardigo membawa Dea menuju taman belakang yang berada disekolahan dan mendudukannya di kursi taman itu.

Dea hanya bisa pasrah ketika ditarik oleh calon suaminya. Ehh calon suami?

"Elo apa apaan sih asal narik gua?!" Tanya Dea penuh emosi. Padahal sedang enak enak membully anak orang malah ditarik paksa oleh lelaki ini.

Dea menduga kalau Nissa lah yang mengadukannya kepada ardigo. Memang dasar mulut sahabatnya itu ember.

"Kamu ngapain bully dia? Kamu enggak kasian" tanya ardigo lembut menatap Dea.

"Yaa terserah gua dong, lagian dia duluan yang cari masalah" jawab Dea membela diri.

Ardigo menganggukan kepalanya pertanda percaya. Dan terjadilah acara hening heningan.

"Kenapa lo terima tunangan ini?" Tanya Dea. Ia memberanikan diri memulai pembicaraan.

Ardigo menatap Dea polos lalu bergaya berpikir.

"Ardi mau ditunangin sama kamu karena kamu lucu, Ardi suka" jawab ardigo polos.

Dea yang mendengar itu salting, eakk salting. Tapi ia menutupinya dengan gaya sombong andalannya.

"Ohh-

Belum selesai menjawab, suara dari mikrofon membuat Dea mendengus kesal.

"PANGGILAN KEPADA DEA SAPUTRI UNTUK KERUANG BK SEKARANG"

"Gua ke ruang BK dulu" ujar Dea bangun dari duduknya dan berniat meninggalkan taman belakang.

"Mau Ardi temenin?" Tanya Ardigo. Dea menggeleng dan berjalan angkuh menuju ruang BK.

Sepeninggalan Dea, Ardigo dibuat senyum senyum sendiri karena bisa berdekatan dengan Dea.

Dari belakang nimbul kedua lelaki siapa lagi kalau bukan Lee dan Edward. Mereka keluar dari persembunyiannya ketika Dea telah pergi dan menghampiri ardigo.

"Dedek Ardi utang penjelasan sama Abang Lee" ujar Lee berpura pura marah.

Ardigo menatap kedua lelaki itu bingung, maklum otak lagi ngeleg.

"Lo ada hubungan apa sama tu Dea Dea?" Tanya Edward ketika melihat raut wajah ardigo Yang kelihatan kebingungan.

Ardigo mengangguk ngangguk dan menyuruh kedua temannya duduk.

"Jadi Dea itu tunangannya Ardi"

•••

Ceklek...

Dea memasuki ruang BK dengan wajah sombong lalu duduk dikursi yang langsung berhadapan dengan buk indah tanpa di suruh.

Disebelahnya sudah ada Dinda yang menunduk takut.

"Kenapa panggil saya?" Tanya Dea seperti tidak ada Masalah.

Buk indah menatap Dea tajam, anak satu ini sudah mencelakai anak orang masih bisa santuy dan bertanya seperti tidak bersalah.

"Kamu membully Dinda?" Tanya buk indah galak. Dan Dea menganggukan kepalanya, toh emang dia emang bully Dinda buat apa ngelak.

"Alasan membully Dinda?" Tanya buk indah lagi.

"Kepengen aja sih buk, lagian saya masih ada dendam pribadi sama tu bocah beasiswa" jawab Dea santai.

"Masa-

"Kok Ibuk banyak nanya sih kayak reporter aja" sela Dea kesal.

Buk indah menghela nafas pelan, anak muridnya yang satu ini memang suka membully orang yang menurutnya muka orang itu menyebalkan.

"Oke, kalau kamu Dinda bisa dijelaskan kenapa kamu dibully oleh Dea?" Tanya buk indah lembut.

Dea yang mendengar itu mendecih tidak suka, giliran dengannya saja marah marah sedangkan dengan bocah disebelahnya malah lembut kayak pantat monyet.

"Ee-emm..... Sa-ayaa" Dinda tidak melanjutkan ucapannya karena takut dengan tatapan datar dari gadis yang berada disebelahnya itu.

Buk indah menatap kedua muridnya itu bergantian lalu memijit pelipisnya lambat.

"Kamu saya laporkan ke mama kamu Dea!" Tegas buk indah tak mau dibantah.

Dea yang mendengar itu melototkan matanya, tidak jangan sampai mamanya tau soal ini. Bisa bisa ia tidak bisa berbelanja 2 bulan.

"Goblokk jangan bukkk!! Ibuk kok cepu banget sihh" ucap Dea tidak terima.

Buk indah tidak peduli, ia tetap menelpon mama Dea membuat Dea pasrah.

"Iya assalamualaikum"

"Ini Dea membully lagi Disekolahnya"

"Oo iya bu"

Buk indah mematikan sambungan teleponnya lalu menatap Dea tajam, Dea yang ditatap memutar matanya malas.

"Buk indah sama aja kayak Nissa, sama sama ember" batin Dea kesal.

"Baiklah kalian boleh kembali ke kelas masing masing, dan kamu Dinda boleh istirahat di UKS" ujar buk indah.

Dea dan Dinda keluar dari ruang BK bersamaan, dengan sengaja Dea menyenggol pundak Dinda dengan keras membuat Dinda hampir terjatuh.

Dea menatap Dinda datar.

"Mati aja lo, kalo enggak pergi aja dari sekolah ini. Jijik gua liat muka beruntusan lo" ejek Dea lalu pergi kelasnya.

Dinda menatap kepergian Dea dengan sedih, air matanya jatuh. Ia menangis karena merasa tersinggung dengan ucapan Dea.

•••

"APAAA??!!"

Lee dan Edward tidak percaya dengan yang dikatakan oleh ardigo, ternyata Dea adalah tunangannya dan akan menikah Minggu ini.

"Ini beneran weh? Lo kok kagak ngundang kita berdua" tanya Edward menatap Ardigo tajam.

Ardigo menundukkan kepalanya takut menatap kedua temannya itu, kenapa temannya itu kaget dan heboh hanya karena ucapannya.

"Maaf, kata ayah Ardi harus nyembunyiin ini dari orang orang" jawab ardigo.

Lee dan Edward saling tatap.

"Ternyata temen kita yang polos ini udah mau nikah... Hikss.... Abang jadi sedih" tangis lee lebay.

Ardigo menatap Lee bersalah, harusnya ia memberi tahu kedua temannya ini.

"Udahlah enggak usah drama, kasian tu Ardi jadi merasa bersalah" ujar Edward memukul kepala Lee keras.

"Anjirr Lo amnesia gua Lo getok" kesal Lee mengusap kepalanya yang membenjol.

[B E R S A M B U N G]

J a n g a n L u p a V o t e 🖤.

Jodoh Gua Cowok Polos [HIATUS]Kde žijí příběhy. Začni objevovat