40. Apa apaan?!

1.7K 125 34
                                    

 Halo, balik lagi nih sama aku. Heh kok kayak mau opening yutub aja 🤣 Apa kabar kalian? semoga baik baik aja ya.

Terima kasih ya yang udah nungguin cerita ini. Berkat komen kalian, aku jadi selalu semangat nulis dan inisiatif untuk up gak lama lama hehehe.

Sebelum baca jangan lupa Vote dan komen sebanyak banyaknya ya guys. Biar aku cepat up kalo komennya banyak uhuyyy😂

Happy reading📖😘

*****

" Nona, kita akan ke mana dahulu? apakah langsung pulang saja " tanya Siwan yang saat ini sedang menyetir. Ya, selesai meeting tadi dan mendapat kesialan Jisoo segera pergi dari perusahaan tersebut.

Jisoo diam beberapa saat, Siwan pun tak berani bertanya.Jisoo mengangkat tangannya untuk melihat jam.

" Siwan, aku ingin ke pemakaman xxxxx. Tapi sebelum itu antar dulu aku membeli bunga " pinta Jisoo. Siwan pun mengangguk, ia segera mengubah arah mobil. Jisoo ingin mengunjungi ibunya.

Jisoo memejamkan matanya. Ia sedang memikirkan, mengapa sekarang Jin tampak berbeda. Cara lelaki itu menatapnya, seperti seseorang  menatap orang yang ia cintai.

" Hahaha, apa yang aku pikirkan. Jisoo, sadarlah. Apa kau sudah gila. Jangankan mencintai, menyukaiku saja itu adalah sebuah keajaiban. Apa perasaan dulu yang selalu berharap masih tersisa dalam diriku. Oh no, itu bahaya. Mulai sekarang aku tak boleh terlalu baik dengan kak Jin. " Jisoo berujar dalam hati.

" Emmm nona, saya ingin bertanya. Nona ada hubungan apa dengan CEO perusahaan Jinix itu. Saya melihat interaksi nona dan tuan Jin terasa....berbeda? " tanya Siwan yang akhirnya berani bertanya. Dia memang sudah sangat penasaran.

Jisoo bingung, haruskah ia jujur. Ia terlalu malas jika banyak yang tau hubungan antara ia dan Jin. Akan merepotkan nantinya, " Bukan apa apa. Orang tuaku dan orang tuanya berteman, jadi...ya begitulah " jawab Jisoo bohong. Tetapi tak sepenuhnya berbohong, karena kenyataan jika orang tuanya dan orang tua Jin berteman.

" Ah, saya kira nona dan tuan Jin ada hubungan spesial hahaha " Siwan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. " Saya melihat cara tuan Jin menatap nona itu seperti seorang pria yang melihat kekasihnya. Apa itu hanya perasaan saya saja ya " Siwan menyengir kuda. Perkataan Siwan barusan berhasil membuat Jisoo langsung membeku. Ternyata bukan ia saja yang merasa seperti itu.

Jisoo hanya berharap pada tuhan, apa pun yang ia pikirkan saat ini salah. Sekarang perasaan Jisoo semakin tak karuan, bukan karena senang. Ia malah merasa takut, takut jika hal yang sudah tak ia inginkan akan membuatnya kembali menderita.

" Ku mohon, jangan buat aku menderita lagi dengan harapan yang sudah tak aku inginkan. "

***************

Sore hari

Jin baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia meregangkan otot ototnya. Lalu ia menoleh ke samping dan senyuman lebar terbit di bibirnya. Jin sedang memandangi ruangan kerja baru yang ada di ruangannya yang luas. Jin bisa dengan leluasa melihat ruangan itu, karena pembatasnya adalah kaca.

Jin berjalan mendekati ruangan itu lalu ia masuk. Memandangi ruangan yang pastinya untuk seorang yang spesial, tampak sekali bagaimana Jin mempersiapkan ruangan itu sedemikian rupa agar seseorang yang akan menempatinya merasa nyaman. Bahkan ia meminta cat di ruangan itu di ganti.

" Bagaimana sayang? apa kau menyukainya? " tanya Jin ntah pada siapa. Tak lama ia tertawa sendiri.

" Aku jadi semakin gila memikirkan akhirnya aku bisa melihatmu setiap hari. Aku ingin sekali memelukmu, namun sebisa mungkin aku harus menahan diri. " Setelah puas melihat lihat. Jin akhirnya keluar dari ruangan itu. Bersamaan dengan itu, seorang wanita masuk ke ruangan Jin.

If I Leave You✓Where stories live. Discover now