Waktu terus berlalu begitu cepat, tak terasa kini usia kandungan Leha memasuki minggu ketiga belas. Sehari setelah Leha tidak jadi bertemu dengan mertuanya, keesokan harinya dia pergi ke rumah orang tuanya di Depok, karena Gahtan akan pergi ke Bandung menjenguk Abah yang sedang sakit.
Sudah dua bulan Leha tinggal bersama kedua orang tuanya, ia memang sengaja tinggal disana sebab suaminya harus pergi ke luar negeri mengurus proyek di negara kakek buyutnya, Saudi Arabia. Kini laki-laki itu lebih fokus ke perusahaan, Gahtan sudah tidak lagi mengajar di kampus. Sudah dua bulan juga ia berada di negara yang di pimpin oleh Raja Salman bin Abdul Aziz itu, membuat Gahtan LDR-an dengan sang istri tercinta. Saat ini perusahaan yang Gahtan pimpin, bekerja sama dengan perusahaan sepupunya dalam pembangunan pusat perbelanjaan di Kota Jeddah.
Hingga detik ini Noah dan Yuyun belum tahu kalau putra kedua mereka sudah menikah. Bukan maksud Gahtan menyembunyikan pernikahannya lebih lama lagi, hanya saja ia sedang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga belum menemukan waktu yang pas untuk jujur.
"Bagaimana keadaan bayi aye, Dokter?" tanya Leha. Saat ini dia sedang berada di dokter kandungan ditemani ibunya. Ini kali kedua, calon ibu muda itu mereriksa kandungannya tanpa sang suami.
"Alhamdulillah, usinya sudah memasuki tiga belas minggu. Itu artinya sudah memasuki trimester kedua dalam kehamilan. Apa ibu masih mengalami mual?"
Leha menggeleng, " Udeh beberape hari, aye kagak ngalamin morningsiknes lagi, Dok?"
Dokter paruh baya itu tersenyum saat Leha kesulitan mengucapkan morning sickness. Kemudian berkata, "Itu bagus, memang di trimester kedua ini, ibu hamil lebih merasa nyaman karena gejala kehamilan di trimester pertama yang berat sudah terlewati. Coba lihat layar monitornya, Bu."
Leha mengikuti arah dokter yang sedang menerangkan apa yang ada dilayar monitor. "Panjang tubuh janin Ibu dari kepala sampai kaki saat ini 7 sentimeter, dan beratnya 30 gram. Sesuai dengan usia janin pada umumnya."
"Ape jenis kelaminnye udeh kelihatan?" tanya Enyak Leha, tak sabar ingin mengetahui jenis kelamin cucu pertamanya.
"Belum, Bu. Mungkin di pertemuan kita berikutnya, kita akan tahu, apa dia laki-laki atau perempuan."
"Itu bayi aye lagi nyusu atau ape, masukin jempolnye ke mulut?" ujar Leha penasaran, memang di layar monitor itu tampak bayi Leha sedang mengisap ibu jarinya.
"Bukan, Bu. Gerakan memasukan ibu jari ke dalam mulut itu menunjukkan kemampuan bertahan hidup yang dibutuhkan janin bila ia nanti dilahirkan."
"Ya Allah, Tong, lucu banget, sih. Nyai udah kagak sabar nunggu elu lahir," ucap Enyak. Dia sudah memutuskan ingin di panggil Nyai oleh cucunya kelak. Nyai artinya nenek dalam bahasa Betawi.
"Mungkin anak aye si Eneng, Nyak. Kok di sebut, Entong," protes Leha.
"Piling gua nih, Ha. Ntu bayi elu, Lanang," ucap Enyak tak mau kalah.
"Kita tunggu sampai bulan depan, Bu. Baru ketahuan bayinya laki-laki atau perempuan."
"Untuk pertemuan kita hari ini cukup sampai disini. Jangan lupa vitamin dan susunya diminum ya, Bu."
"Terimakasih, Dokter. Aye selalu minum vitamin mah, cuman kalo susu, aye kagak demen, suka enek." Leha memang tidak suka minum susu sejak kecil.
"Coba ibu minum susu yang rasa coklat, siapa tau bisa mengurangi rasa mual saat meminumnya."
"Nanti aye coba, deh. Ngomong dulu ame bapaknya utun."
"Baiklah kalau begitu, jika terjadi sesuatu segera hubungi saya."
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Istri Rahasia Duda Arab(Duda Araban jilid 4)
Короткий рассказCerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan dalam penulisan nama tokoh tempat dan lainnya, semua terjadi tanpa ada unsur kesengajaan. Squel dari Istri Kontrak "Kamu menjadi istriku hanya sampai melahirkan anakku, setelah itu kamu beb...
