Honeymoon

4.2K 390 13
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan sangat melelahkan, akhirnya Gahtan dan Leha tiba di Melbourne, Australia. Ya Gahtan membawa istrinya ke negara penggasil wol terbesar di dunia itu. Leha sempat merajuk saat Gahtan mengatakan kalau dirinya sedang sibuk. Gahtan ingat betul wajah Leha saat itu, padahal dia hanya menggoda sang istri.

Dan sekarang disinilah mereka berada, di salah satu negara persemakmuran Inggris, Australia, tepatnya di kota Melbourne. Sebelumnya Gahtan meminta maaf karena tidak bisa membawa sang istri ke kota impiannya, Cappadocia Turki. Tapi Gahtan bilang di Melbourne juga ada balon udara seperti di Cappadocia, karena tujuan Leha ke Cappadocia ingin naik balon udara.

Laki-laki itu memang sudah berencana mengajak Leha jalan-jalan ke luar negeri, karena ada kerjaan yang harus pria itu kerjakan di kota ini. Perusahan keluarga Gahtan bekerja sama dengan salah satu perusahaan terkenal di Melbourne dalam proyek pembangunan hotel bintang lima.

Sejak masuk hotel, Leha merasakan tubuhnya sakit. Mungkin karena pertama kali naik pesawat dan jarak Jakarta-Australia yang cukup  memakan waktu. Membuat wanita itu mabuk udara atau jetlag.

"Pelan-pelan, Dad," ujar Leha. Entah sudah berapa kali dia mengeluarkan isi perutnya sejak masih di dalam pesawat tadi.

"Emang kamu ga pernah bepergian jauh apa?" tanya Gahtan. Dia sempat panik saat istrinya hampir saja tidak sadarkan diri. Sungguh Gahtan takut terjadi sesuatu buruk pada Leha ketika melihat wajah sang istri begitu pucat.

"Lah, kagak. Pan aye mah tau diri, kalo pergi jauh suka mabok, jadi kagak pernah pergi jauh-jauh ampe keluar kota apalagi keluar negeri."

"Bukannya kamu tiap hari naik mobil kalau ngamen, kok bisa mabuk kendaraan?"

Leha menaikkan bahunya, dia sendiri bingung, kalau ngamen memang dia tidak pernah merasa mual dengan bau asap kendaran. Beda lagi kalau bepergian jauh, langsung muntah-muntah.

"Gimana mau ke Cappadocia, ke Melbourne aja udah mabuk. Turki lebih jauh jaraknya." Tangan Gahtan masih memegang koin sambil mengerik punggung istrinya.

Ya Leha langsung minta di kerik pake koin ketika tiba di kamar hotel. Katanya itu satu-satunya obat agar tidak muntah-muntah lagi. Awalnya Gahtan ragu, tapi karena Leha memaksa, dia menuruti perintah istrinya, yang penting wanita itu kembali sehat.

"Kapok dah, naik pesawat lagi. Rasanye aye mau mati."

"Tapi perjalanan kita belum apa-apa. Kita masih harus naik pesawat lagi untuk jalan-jalan."

Leha langsung membalikkan tubuh yang awalnya tengkurap menjadi telentang, hingga membuat Gahtan menelan salivanya karena melihat dua bukit indah terpampang jelas di depan matanya. Istrinya itu sedang tidak memakai baju, membuat tubuh bagian atas Leha terekspos sempurna.

"Emang kita mau kemana, bukannya Daddy ada kerjaan?" Leha belum sadar kalau Gahtan  sedang menatap dirinya seperti singa yang siap menerkam mangsanya.

Gahtan cepat-cepat kembali ke akal sehatnya, dia tidak boleh menerjang Leha untuk saat ini, karena perempuan itu sedang sakit. "Setelah kerjaan saya selesai kita akan melanjutkan honeymoon kita."

"Hanimun?" Jantung Leha berdetak kencang saat wajah sang suami mendekati wajahnya. Leha dapat merasakan hembusan nafas beraroma mint menusuk kulitnya.

"Iya, kita kesini 'kan sekalian bulan madu," ujar Gahtan lalu melumat bibir Leha kilat.

"Dingin," ujar Leha gugup setelah Gahtan menajuhkan bibirnya.

Gahtan terkekeh, tentu saja wanita itu kedinginan, karena selain tidak memakai baju, saat ini kebetulan sedang musim dingin, yang sudah pasti udaranya sangat dingin apalgi di malam hari.

"Pake lagi bajunya biar ga dingin." Gahtan memberikan baju  berlengan panjang pada Leha. Mereka memang hanya membawa baju panjang yang tebal, karena di Melbourne sedang musim dingin.

Leha langsung memakai bajunya, dia takut suaminya mengajak membuat anak onta lagi. Bukannya apa-apa, Leha hanya sedang tidak enak badan, malas mandi keramas.

*****

Hari kedua Leha di suruh istirahat total, keadaannya memang lebih baik. Gahtan sendiri sibuk melihat proyek pembangun hotel miliknya. Dari pagi laki-laki itu belum kembali ke hotel, membuat Leha uring-uringan karena tidak betah. Sebelum pergi, Gahtan sudah menyiapkan banyak makanan untuk istrinya, dia tidak ingin Leha kelaparan ketika dia berada di luar.

Sudah tiga hari mereka berada di negara yang mempunyai suku asli Aborigin. Leha sudah kembali menjadi Siti Julaeha sebelumnya. Gahtan bilang hari ini mereka akan pergi naik balon udara yang ada di kota ini. Sejak pagi Leha sudah bersiap-siap. Memakai pakaian tebal berlapis-lapis karena tidak ingin sakit lagi.

Memakan waktu empat puluh menit, kedua pasangan pengantin baru itu tiba di tempat tujuan. Meski suhu sangat dingin, salju di Melbourne jarang turun, sehingga mereka bisa naik balon udara berkeliling di atas kota yang mendapat gelar kota layak huni. Kota yang juga di juluki a city with four seasons day. Karena cuaca di kawasan ini terkenal sangat ekstrim, dalam sehari Melbourne bisa mengalami 4 musim, perubahan suhunya sangat drastis, mulai dari 40° hingga 20° Celsius.

"Bagaimana kamu suka?" Leha mengangguk senang, meski bukan di Cappadocia, yang penting dia bisa naik balon gede seperti cerita orang-orang.

Saat ini mereka sedang berada di atas balon udara. Gahtan memeluk erat sang istri, meski Leha memakai pakaian yang tebal, tapi Gahtan tahu istrinya belum terbiasa dengan cuaca seperti ini.

"Suka banget-banget. Terimakasih, Dad," ujar Leha, awalnya dia sempat takut, tapi Gahtan bilang perjalanan ke tempat ini membutuhkan perjuangan, rugi kalau sampai tidak jadi naik, akhirnya Leha memberanikan diri agar menikmati balon udara yang ia impi-impikan.

"Tapi ini ga gratis, ya. Harus ada imbalannya," ujar Gahtan tersenyum jail.

"Apapun yang Daddy inginkan, aye akan mengabulkannya," ujar Leha. Kemudian mengecup bibir sang suami. Gahtan sempat kaget, karena di sini bukan hanya mereka berdua, ada juga pilot yang mengendalikan balon.

"Biar kaye di film-film barat yang berciuman di depan orang," bisik Leha.

"Tapi ini bukan budaya kita," kata Gahtan membuat Leha memberengut.

Cupp

"Jangan cemberut. Terserah mau ngapain aja, yang penting kamu senang."

Gahtan lalu menarik tengkuk istrinya kemudian mengecup bibir Leha hingga mereka berdua kehabisan nafas, Leha melirik sekilas ke arah sopir, laki-laki itu sepertinya sudah biasa melihat pemandangan seperti ini, jadi dia terkesan cuek dengan apa yang di lakukan kedua pasangan itu.

"Ciuman di ketinggian 150 meter," ujar Gahtan. Keduanya pun tertawa dan kembali melanjutkan kegiatan mereka.

Bersambung

Jumat, 27 Jan 2022
THB

Istri Rahasia Duda Arab(Duda Araban jilid 4)Where stories live. Discover now